Ep. 8 Lillah

3.8K 173 0
                                    

Assalamualaikum sahabat hijrah
Yang masih setia membaca PC ini aku ucapkan terimakasihh 😆 karena adanya kalian yang membuatku semangat untuk terus menulis. Tapi mohon maaf baru kali ini bisa update lagi setelah sekian lama hehe...

Jadi selamat membaca ya teman

"Tetap Al-Quran yang dijadikan bacaan utama"

---------------- Happy Reading ---------------

"Sya, kamu sakit? Ko ga bilang-bilang Sya?." cecar Fatih tak terima karena tak ada seorang pun yang memberitahunya.

"Untuk apa? Bukankah kepentingan kita hanya sekedar laporan? Lagipula bukannya Raisya sudah memberikan laporan nya pada suster yang piket?." Raisya merasa aneh atas apa yang diucapkan Dokter Fatih. "Perihal presentasi, Insya Allah Raisya akan menemani Dokter Fatih karena itu juga merupakan tanggung jawab Raisya." tambahnya yang membuat Fatih kebingungan harus menjawab apa.

"Hmm, lagipula kamu ini kan partner saya dalam penelitian, harusnya saya mengetahui dong bagaimana kondisi partner saya. Apalagi kalo sampai terjadi apa-apa nanti saya yang repot sendiri harus presentasi sendiri bukan?." geram Fatih tak kalah sarkasnya dengan Raisya.

"Raisya tidak apa-apa Dok, Dokter tenang saja." Jujur saja sebenarnya Raisya sudah ingin mengakhiri telpon ini mengingat Dokter Fatih sudah memiliki tunangan, Raisya takut akan terjadi kesalahfahaman antara keduanya nanti.

Akhirnya dengan segala alasan yang Raisya miliki, Dokter Fatih mematikan telpon nya. 'Maafkan Raisya Dok, Raisya hanya tak ingin perasaan berharap ini akan semakin besar melebihi harapan kepada Tuhan-ku' lirih Raisya.

Setelah 7 hari lamanya ia hanya berdiam diri di dalam rumah dan mempelajari segala macam materi yang akan dipresentasikan nanti dengan Dokter Fatih, hari yang sangat berkesan pun tiba. Bukan tak rela, sebenarnya umi dan abinya tidak ingin putrinya berangkat sekarang, mengingat dirinya belum pulih total bahkan dilihat dari wajahnya pun masih terlihat pucat. Namun mau bagaimana lagi dia harus mengejar target bulan depan harus sidang untuk menyelesaikan S1 nya.

"Mi, Bi. Raisya berangkat dulu, Assalamualaikum." pamit Raisya setelah mencium tangan kedua orang tuanya.

Selama di perjalanan pun, tak jarang Raisya terus-menerus menguap. Mengingat dirinya semalam hanya tidur dalam waktu 2 jam hanya untuk mengejar materi, dia tak ingin mempermalukan Dokter Fatih dan mengecewakan semua pihak yang telah memberi amanah padanya.

Hingga gedung tempat dirinya akan mempresentasikan laporannya pun terlihat dengan tulisan "Gedung Riset dan Teknologi Pusat" bukan main jantung Raisya berdegup sangat kencang. Raisya tak ingin masuk lebih dulu karena dirinya sudah memberi janji dengan Dokter Fatih untuk bertemu di depan gedung.

Saat dirinya sedang sibuk membenarkan hijabnya yang sudah tak beraturan, dirinya mendengar suara sirine mobil mengarah padanya, siapa lagi jika bukan Dokter Fatih.

"Sudah lama?." tanyanya setelah memarkirkan mobilnya dan menghampiri Raisya.

"Lumayan." jawabnya singkat.

"Ya sudah, ayo masuk." tanpa menunggu jawaban Raisya, Fatih melangkah lebih dulu kemudian disusul Raisya dibelakangnya. Setelah mereka diberitahu oleh resepsionist dimana letak ruangan untuk mereka bersiap-siap. Akhirnya lagi dan lagi Dokter Fatih melangkah terlebih dahulu kemudian disusul Raisya dibelakangnya.

Bukan karena dirinya tak ingin menjaga Raisya dengan melangkah di depannya, tapi dia teringat akan kisah Nabi yang sangat menjaga terhadap wanita. Yaitu Nabi Musa as., Nabi Musa as., ini memiliki sifat terpercaya: Beliau tidak mau berjalan di belakang seorang perempuan, tetapi minta agar beliau berjalan di depan dan tidak berkata-kata agar tidak menimbulkan fitnah dengan anak perempuan yang bersama beliau.

Pelabuhan Cinta (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang