"Salah satu gejala demam berdarah adalah demam tinggi mendadak. Demam mungkin sering terjadi pada banyak penyakit, dan nyeri pada otot. Setelah gejala demam berdarah seperti demam terjadi, pasien akan merasakan nyeri pada bagian otot dan sendi." Terdengar suara seorang dokter muda yang sedang mengisi acara seminar yang diikuti oleh Raisya dan Alia. Alia sahabat Raisya merasa kesal akan sahabatnya yang tak menggubris ucapannya untuk kedua kalinya. Kalau kamu tetap tidak mendengarkan ucapanku untuk ketiga kalinya, tunggu saja akan ada seorang petugas toko menghantarkan gelas cantik kepadaku bertuliskan "Kacang". Ucapnya bersungut-sungut.
"Al, Al lihat deh dokter itu menjelaskannya detail banget. Aku suka dari cara dia menjelaskan nya, lembut tapi dapat membuat semua yang mendengarnya mengerti. Iya kan ?" Raisya mengeluarkan suaranya, namun tetap tidak mengalihkan pandangannya dari para dokter yang ada di depan.
"Sya kamu kok aneh banget hari ini, jelas-jelas ini seminar tentang kedokteran. Harusnya kamu mengikuti seminar tentang kefarmasian bukan kedokteran, aku gak ngerti lagi Sya." Alia merasa kesal dengan tingkah Raisya dari sejak pertama mereka memasuki kawasan gedung ini, Raisya sudah asik dengan dunianya sendiri tanpa menghiraukan kehadirannya.
"Sya."
"Sya."
"Hellowww!!! Raisyaa." Raisya terlonjak kaget mendengar teriakan nyaring dari sahabatnya tersebut lantas menoleh dan menegurnya.
"Kenapa si Lia, seminarnya seru banget loh. Apalagi dokternya menjelaskan nya dengan cara yang sangat lembut tapi mengena, salut aku sama dokternya." Lagi lagi Raisya kembali asik dengan dunianya.
Karena merasa tak dihiraukan keberadaannya, Alia hanya bisa memainkan ponsel nya. Hingga tak terasa dari batterai ponsel nya yang semula 97% kini tinggal 35%, semua karena Raisya. Geram Alia.
Namun, Alia tetap tidak membenci Raisya, bagaimanapun Raisya adalah sahabatnya. Maklum jika Raisya mengikuti banyak seminar tentang kedokteran, toh memang impian Raisya dari kecil ingin menjadi seorang dokter. Namun, karena kendala dirinya yang tidak mampu melihat banyak darah mengharuskannya untuk mengubah mimpinya. Menurutnya, tak ada salahnya untuk memiliki ilmu seputar kedokteran meski dirinya bukanlah seorang dokter.
"Al, kita ke mesjid seberang yuk! Kita sholat dhuhur dulu disana." Alia yang masih merasa kesal tetap menuruti kemauan Raisya, karena bagaimanapun memang sudah waktunya melaksanakan shalat dhuhur.
Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( Surah Al-'Ankabut [29:45] )
Setelah melaksanakan shalat dhuhur, mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka untuk mencari makan.
Memerlukan waktu sekitar 15 menit untuk sampai di tempat restoran yang dituju, bangunan berwarna silver yang terlihat mewah mengikuti zaman yang semakin hari semakin canggih, ditambah dengan pemandangan pegunungan yang sangat indah, sangat cocok untuk anak-anak zaman milenial menghabiskan waktunya di tempat ini. Karena, bukan hanya restoran melainkan ada juga spot foto yang instagramable dilengkapi dengan fasilitas wifi, menambah kesan elegan untuk restoran ini. Tak salah jika Raisya memilih tempat ini.
"Sya, dengar-dengar kamu dijodohkan. Benar itu Sya?" Alia memasukkan sesendok eskrim kedalam mulutnya.
"Iya nih Al, tapi aku belum mau untuk menikah. Mengingat aku belum selesai kuliah. Aku takut mimpiku jadi terhambat, karena akupun belum mengenal dia. Apakah dia akan mendukung semua mimpiku atau tidak, aku tak tau." Raisya menerawang melihat pemandangan pegunungan yang dilihatnya lebih menarik daripada makanan yang ada dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelabuhan Cinta (Completed)
Romance[Part masih lengkap] [follow sebelum membaca] dr. Fatih Al-Farisy mendapat amanah untuk melakukan penelitian dan mengharuskannya untuk mengenal seorang wanita sebagai partnernya. Yang diam-diam menaruh hati kepada wanita tersebut. Allah Sang Maha Me...