Ep 18 Ujian?

4.2K 177 4
                                    

Semua tentangku sekarang adalah tentangmu, semua milikku sekarang adalah milikmu.

🍁🍁🍁

"Terkadang Kak Fatim atau Umma sering menginap disini jika Aba dan suami Kak Fatim sedang keluar kota." Fatih menjawab pertanyaan Raisya seraya membawa koper-koper miliknya.

"Ohhh... Begitu." gumam Raisya.

"Kita Sholat Magrib, setelah sholat kita makan baru setelah itu kita beres-beres lagi!" Fatih melengang memasuki kamar mandi setelah mengatakan ucapannya tersebut.

Sungguh deg-deg an bukan main,  pasalnya ini baru pertama kali baginya menjadi makmum dari seorang imam. Memang biasanya ketika di mesjid pun ia menjadi makmum, namun berbeda dengan sekarang. Dari mulai Fatih mengucapkan kalimat takbir pun sudah mampu membuat hati Raisya berdesir. Bahkan saat Fatih memulai membacakan surat-surat pendek justru Raisya menangis, terharu mendengarnya pun juga sangat bahagia. Rasanya damai, tenang, tentram. Nyaman. Ya. Ia nyaman bersama Fatih.

"Mas aku ke bawah dulu ya, mau masak untuk kita makan malam." Raisya melipa mukena nya seraya memandang Fatih meminta persetujuan.

"Ah iya. Nanti Mas susul ke bawah." Fatih mengangguk tersenyum.

Raisya menuruni anak tangga satu persatu, sesungguhnya ia sangat takut lupa akan dimana tempat dapur berada. Namun untung saja ia memiliki ingatan yang kuat, buktinya kini di hadapannya sudah terpampang jelas perlengkapan dapur dan sebagainya.

Malam ini Raisya tak banyak membuat makanan, ia hanya membuat ayam bakar beserta lalapannya. Bukan ia tak ingin banyak menghabiskan waktunya di dapur, melainkan ia takut masakannya tak enak. Karena ia pun masih dalam kondisi belajar.

Saat semua sudah selesai Raisya siapkan, ia memutuskan kembali ke lantai atas —kamarnya dengan Fatih— untuk memberitahu Fatih jika makanannya sudah siap. Namun sepertinya Fatih sangat kelelahan, terlihat dari matanya jika Fatih sedang terlelap di atas ranjangnya dengan masih menggunakan koko dan sarungnya lengkap. Sebenarnya Raisya tak tega membangunkannya, namun jika tidak dibangunkan Fatih belum makan dan akan berakibat fatal nantinya. Akhirnya mau tak mau Raisya memutuskan untuk membangunkan suaminya tersebut.

"Mas... Makan dulu yuk di bawah!" Raisya berusaha menepuk-nepuk pipi Suaminya tersebut. Namun sepertinya Sang Empu enggan untuk bangun. Terbukti dari caranya merespon Raisya hanya dengan gumaman tak jelas.

"Mas...." Raisya berusaha lagi.

"Heummm...?" Fatih membuka matanya bertanya.

"Makan dulu Mas. Habis itu Mas Fatih bisa tidur lagi." Raisya membantu Fatih bangun dan meninggalkan Fatih yang ingin mengganti bajunya terlebih dahulu.

Saat Fatih sedang menuruni tangga, ia melihat Raisya sedang membereskan meja makan. Sebelum Fatih menegurnya rupanya Raisya telah terlebih dahulu mengetahui jika Fatih telah disini.

Tak membutuhkan waktu lama, Fatih segera menempati kursi duduk seperti biasa dengan Raisya di hadapannya. Ia melihat tak cukup banyak makanan yang terhidang di hadapannya.

"Mas, maaf aku cuma masak ini. Aku juga belum mahir dalam memasak. Maaf apabila masakanku tak enak." ucap Raisya menunduk.

"Apapun makanan buatan istriku aku akan memakannya. Jadi tetaplah menjadi dirimu sendiri aku menyukai apapun usahamu." Fatih tersenyum menggenggam tangan Raisya.

"Mas.. "

"Hust.. Sudahlah, tak apa. Aku percaya padamu."

Raisya mengangguk dan dengan sigap segera mengisi piring Fatih dengan nasi dan lauk pauknya. Begitupun dengan piring miliknya. Hening. Setelah Fatih memimpin doa sebelum makan tak ada lagi yang berbicara, memang sudah sunnah Rosulullah apabila sedang makan jangan berbicara, karena ditakutkan jika itu terjadi akan tersedak.

Pelabuhan Cinta (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang