Ikhlas menerima lebih baik daripada menerima tapi tidak ikhlas
🍁🍁🍁
Hari yang bersejarah baik bagi Raisya maupun Fatih akan datang dua hari lagi. Dan selama itu pun Raisya maupun Fatih sibuk mempersiapkan segala sesuatunya yang akan mereka gunakan selama tinggal di Jerman nanti.
Urusan imam maupun makmum bagi Fatih dan Raisya, keduanya masih sama-sama tidak mengetahui. Keluarganya sangat pintar dalam hal menutupi, hingga tidak ada kecurigaan baik dari Raisya maupun Fatih.
Dan dalam jangka waktu dua hari itu pula, Raisya harus mengurus visa nya mau bagaimanapun harus selesai dalam waktu satu hari. Karena Tantenya mengatakan H-1 pernikahan ia ingin Raisya tetap berada di rumahnya.
Seperti saat inilah sekarang. Raisya hanya berdiam diri di rumahnya mempersiapkan yang lainnya disaat yang lain sedang mendekorasi rumahnya.
"Kak, Ara mau di hena juga!" Amara yang semula sedang bermain sudah berada di sampingnya dan ingin memakai hena juga seperti dirinya.
"minta sama Mbak nya. Bilang sendiri yah." perintah Raisya pada Amara, ia ingin keponakannya tersebut berani untuk berbicara.
"Mbak, Ara mau juga. Boleh yah." mintanya dengan nada memelas.
"boleh sayang, sebentar ya. Mbak selesaikan dulu Mbak Raisya baru setelahnya Ara."
Setelah Raisya selesai, ia segera menghampiri tamu-tamu yang bukan lain adalah sahabat dekatnya selama dirinya sekolah dahulu.
"Ya Allah Sya. Ga nyangka aku, ternyata kamu nikah juga." ucap salah satu teman dekatnya dulu semasa SMP di Pesantren.
"Alhamdulillah. Cepet nyusul ya."
"Sya, OMG. Baru sebulan aku tak menemuimu sudah akan dinikah saja. Huh." teriak kesal Alia.
Memang Raisya tidak memberitahukan pertunangan ataupun semacamnya. Karena dirinya sendiri pun cukup terkejut dengan kabar yang cukup mendadak tersebut. Namun kini dirinya sudah mencoba untuk ikhlas menerima segalanya. Menerima siapa kelak calon imamnya, dan menerima segala kekurangannya.
💉💉💉
Ruangan yang besar di rumahnya kini sudah dirubah dengan dekorasi-dekorasi bertema flower. Berbagai macam bunga telah di desain sedemikian rupa sehingga terlihat sangat elegan.
Hari yang sudah ditunggu oleh sebagian besar keluarganya sudah tiba. Namun apa kabar dengan Raisya? Ya, Raisya hanya bisa tersenyum masih mencoba untuk ikhlas. Bahkan disaat dirinya sudah rapih menggunakan gaun berwarna putih untuk ijab pun, Raisya sendiri rasanya masih tak percaya jika dirinya akan menjadi seorang istri.
"Assalamualaikum.. " saat Raisya mengalihkan pandangannya menuju pintu, ia melihat Umminya masuk seraya mengucapkan salam.
"Waalaikumussalam.. Ummi" ucap Raisya menghampiri Umminya dan memeluknya masih tak percaya.
"Nak. Sebentar lagi tanggung jawab Umi dan Abi sebagai orang tua akan beralih pada suamimu kelak. Nak, Umi dan Abi berpesan jaga Izzah mu sebagai wanita, jangan membantah perintah suami. Ikuti semua yang menjadi perintahnya, apalagi kamu akan tinggal di negara orang Umi sangat berharap kamu bisa menjaga diri kamu disana... " Ucap Uminya menenangkan seraya mengusap punggung putri tercintanya tersebut.
"Mi.... Maafkan Raisya, Raisya punya banyak salah sama Umi. Ridhoi Raisya Mi, Karena Ridho Allah ada pada Ridho Umi." Raisya ingin sekali menangis rasanya. Namun lagi-lagi perkataan Abinya yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelabuhan Cinta (Completed)
Romance[Part masih lengkap] [follow sebelum membaca] dr. Fatih Al-Farisy mendapat amanah untuk melakukan penelitian dan mengharuskannya untuk mengenal seorang wanita sebagai partnernya. Yang diam-diam menaruh hati kepada wanita tersebut. Allah Sang Maha Me...