Keesokan paginya, disaat Raisya terbangun untuk melaksanakan shalat tahajud. Raisya merasa ada yang aneh dengan ponselnya. Pasalnya ponselnya kemaren ia simpan di atas nakas, lantas sekarang mengapa ponsel tersebut ada di atas tumpukkan buku.
Karena Raisya merasakan ada yang tidak beres, Raisya memilih untuk segera bangkit dan mengambil ponselnya. Dan benar saja, ada satu panggilan dari nomor yang tidak dikenal menelponnya. Tapi siapa?. Pikirnya dalam hati.
Raisya tidak mau berpikir terlalu dalam ini nomor siapa, karena dia lebih memilih untuk melangkahkan kakinya ke kamar mandi dan berwudhu. Selesai berwudhu niat hati ingin membangunkan Alia untuk ikut shalat bersama, diurungkannya mengingat Alia sedang tidak shalat.
Setelah Raisya menyelesaikan shalatnya, dia meraih Al-Qur'an untuk dibacanya. Suara bacaan Al-Qur'an dari Raisya pun rupanya tak bisa membangunkan tidur nyenyak Alia.
"innallaziina aamanuu wa 'amilush-shoolihaati innaa laa nudhii'u ajro man ahsana 'amalaa." Hingga pada saat Raisya membaca ayat 30 surat Al-Kahfi tersebut terdengar deringan dari ponselnya. Raisya bangkit dan mengambil ponselnya, takut-takut memang ada seseorang yang ingin berbicara penting.
Saat Raisya melihat nama yang tertera di layar, dia kembali mengernyitkan dahinya. Sebenarnya ini nomor siapa?. Gumamnya. Namun karena rasa penasarannya yang tinggi Raisya memutuskan untuk mengangkat telponnya.
"Assalamualaikum." Raisya mengernyitkan dahinya. Suara laki-laki?.
"Waalaikumussalam...maaf ini dengan siapa?" Raisya tidak ingin terlalu bertele-tele.
"Ini saya Fatih, Rai saya ingin memberitahumu. Mohon maaf saya tidak bisa bertemu denganmu untuk menyelesaikan laporan penelitian, karena mendadak saya ada jadwal operasi." Raisya mengangguk-angguk, tanda bahwa ia mengerti.
"Oh iya dokter, tidak apa-apa. Biar nanti saya kerjakan dulu separuhnya." Raisya melipat mukenah nya dan beranjak dari tempat duduknya.
"Saya benar-benar minta maaf, dan maaf mengganggu. Assalamualaikum." Fatih mengucapkan salam dan menutup teleponnya sebelum Raisya mengucapkan salam.
Setelah Fatih memutuskan teleponnya, Raisya lebih memilih untuk mengambil laptopnya dan membukanya, kembali melanjutkan laporannya yang belum selesai. Beruntung laporan yang akan diberikan nanti hanya dalam satu format, yang artinya laporan dirinya dan dokter Fatih nanti tidak harus membuat dua laporan.
Raisya kembali merenung melihat ke arah layar laptopnya, huh dari kemarin laporan tidak ada kemajuan. Hanya latar belakang, tidak bertambah dan tidak berkurang. Keluhnya tak bersemangat.
"Latar belakang." Raisya terperanjat mendengar ada yang mengatakan latar belakang hingga laptop yang ada di meja hampir terjatuh.
"Astaghfirullah Alia,bikin orang jantungan saja, untung aku gak punya riwayat penyakit jantung." Raisya mengusap-usap dadanya karena merasa terkejut oleh tingkah Alia.
"Apa?!! jadi dari kemarin kamu mengerjakan laporan masih di latar belakang? Tumben banget loh Rai, kamu bikin laporan lama gini?." Alia menatap wajah Raisya dengan penuh selidik.
"Apa sih Al jangan liat aku begitu dong, siapa juga yang mau di latar belakang aja. Aku juga maunya sudah sampe materi, cuman kan kamu tau sendiri Al. kalau dikerjakan berdua gimana jadinya, pasti adu pendapat kan? Nah itu yang terjadi antara kita Alia." Raisya beranjak mengambil air minum untuknya dan untuk Alia, mengingat waktu sudah mendekati shubuh dan tak ada waktu untuknya memasak sehingga mereka sahur dengan seadanya. Karena sudah terbiasa bagi keduanya, hingga tak heran rasanya jika melihat tubuh mereka langsing atau bahkan dapat dikatakan kurus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelabuhan Cinta (Completed)
Romance[Part masih lengkap] [follow sebelum membaca] dr. Fatih Al-Farisy mendapat amanah untuk melakukan penelitian dan mengharuskannya untuk mengenal seorang wanita sebagai partnernya. Yang diam-diam menaruh hati kepada wanita tersebut. Allah Sang Maha Me...