Bertahanlah, setidaknya untukku.
Karena tidak mudah bagiku menjalani situasi seperti ini.
Aku yakin aku dan kamu mampu melewati
Semua yang telah digariskan oleh Illahi.
Allah with you, sayang.
-Fatih Al-Farisy-🍁🍁🍁
Saat usia kandungan Raisya menginjak 9 bulan, Raisya harus kembali bed rest. Karena setelah acara seminar waktu itu, Raisya jadi sering menerima tawaran menjadi pembicara di lain seminar, hingga akhirnya tubuhnya sudah tak kuat untuk memforsir itu semua.
Sudah tiga hari ini Raisya hanya berdiam diri di apartemen, karena menolak untuk di rawat di Rumah Sakit. Sehingga mau tak mau Fatih harus sering bolak-balik antara Rumah Sakit dan apartemen untuk mengecek kondisi Raisya.
Khusus hari ini, karena hari minggu. Fatih diberikan izin libur oleh dokter seniornya karena sudah digantikan oleh dokter koas. Ia sebenarnya tak tega melihat Raisya seperti ini terus menerus, sampai-sampai Umi dan Umma akan menyusulnya kesini lusa karena hari ini Umma sedang ada acara pengajian.
Fatih sempat menolak karena tak enak, namun mau bagaimana lagi. Lusa jadwal operasinya sangat padat, bahkan satu hari itu ia harus melakukan tiga kali operasi. Seharusnya memang hanya dua kali, namun karena dokter lainnya berhalangan jadi pasien di alihkan pada Fatih.
Fatih hanya mampu memandang Raisya yang sedari tadi hanya tidur dengan suhu tubuh yang masih tak turun juga. Membuat Fatih enggan sedikitpun meninggalkannya karena khawatir.
Fatih kembali mengerjakkan tugas yang diberikan oleh Aba. Karena waktunya di Jerman hanya tinggal satu tahun lagi, Aba mewariskan Rumah Sakitnya pada Fatih. Sehingga saat Fatih kembali ke Indonesia nanti ia sudah menjadi direktur di Rumah Sakit yang sangat terkenal di Jakarta itu.
Raisya perlahan membuka matanya, ia langsung dihadapkan pada suaminya yang tengah memegang laptop, ingin bangun untuk menegakkan tubuhnya namun rasanya kepalanya masih terasa berat.
"mas? Tidak dinas?" ucap Raisya dengan suara seraknya.
Fatih yang merasa terpanggil segera mengalihkan pandangannya dari layar laptop dan mengusap kepala Raisya.
"mas diberi izin libur, karena sudah ada yang menggantikan mas." Raisya kembali terdiam.
"shalat dhuhur dulu, yu!" setelah Fatih melirik jam di atas nakas ia baru teringat jika sudah masuk waktu dhuhur, akhirnya ia memutuskan untuk mengajak Raisya agar bisa shalat berjamaah.
"nanti dulu ya mas, lagipula waktu dhuhur masih panjang." bukan Raisya berniat menunda shalatnya, lebih karena rasa pening di kepalanya belum juga hilang.
"tidak baik shalat dinanti-nanti. Masih pusing? Nanti mas bantu ke kamar mandi. Paksakan lah walau itu berat untukmu, karena shalat adalah kewajiban semua umat muslim." Raisya terdiam.
"kamu tahu? Terkadang ibadah itu perlu dipaksakan." Fatih membantu Raisya agar bisa bersandar di kepala ranjang dengan tetap menghadapnya guna meminimalisir rasa peningnya.
"kalau begitu bukan karena Allah dong mas, dia ibadahnya." Raisya memandang Fatih dengan mata sayunya.
"memang, diawal mungkin karena terpaksa, dia menjalankannya belum ikhlas karena Allah. Tapi percayalah, jika ia sudah mulai merasa nyaman dengan ibadahnya, mas yakin dengan tanpa dia sadari semua itu perlahan akan berganti dengan ikhlas lillahitaala." Fatih tersenyum.
"berarti hidayah itu juga dicari dong mas bukan dinanti?" karena merasa penasaran akhirnya Raisya kembali bertanya, ia memang menyukai sesi tanya jawab begini dengan Fatih. Karena menurutnya hal ini lah yang mampu membuat hubungannya dengan Fatih semakin dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelabuhan Cinta (Completed)
Romance[Part masih lengkap] [follow sebelum membaca] dr. Fatih Al-Farisy mendapat amanah untuk melakukan penelitian dan mengharuskannya untuk mengenal seorang wanita sebagai partnernya. Yang diam-diam menaruh hati kepada wanita tersebut. Allah Sang Maha Me...