Uap dari tungku membawa aroma tanah kering. Xie Lian duduk di belakang roda putar, bersama dengan dua pegawai wanitanya. Di samping mereka, gelas tembikar mini berjejer siap di hias. Pegawai wanita itu muda dan tua. Gadis muda itu bernama Banyue, dia baru lulus SMA tahun lalu. Akan tetapi karena keterbatasan ekonomi orangtuanya, membuatnya tidak bisa melanjutkan kuliah dan bekerja disini.
Sedangkan wanita tua itu adalah tetangganya yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Mulanya wanita itu hanya ingin belajar cara mengolah tanah liat, akan tetapi melihatnya begitu bahagia menekuninya, Xie Lian membawa wanita ini bekerja padanya.
Seribu gelas mini tidak bisa dibuat dengan mudah. Perlu waktu dan tenaga, gelas-gelas itu juga perlu disortir untuk menghindari terjualnya barang yang rusak. Setelah tiga hari, tiga ratus gelas telah selesai.
Xie Lian tersenyum melihat kotak-kotak kardus berisi gelas yang siap dikirim di gudangnya. Dia berkata pada Banyue, "Besok Xixi akan membantumu memanggang gelas, dengan begitu pekerjaan kita bisa lebih cepat."
Banyue memiliki wajah bundar dan kecil, dia sangat manis ketika tersenyum, "Xixi anak yang baik, beberapa waktu lalu dia menunjukan ukiran naga pada saya. Kualitasnya cukup baik, itu membuat saya terkejut."
Mendengar seseorang memuji puteranya, Xie Lian menjadi senang. Dia mengangguk, "Hm, dia anak yang berbakat."
"Itu karena ayahnya berbakat." Banyue menggoda.
Xie Lian terdiam, tersenyum sangat tipis. Tiba-tiba dia teringat perkataan Feng Xin beberapa tahun lalu. Saat itu, Xie Xi berumur 7 tahun. Meskipun tubuhnya tidak tinggi, perbedaan nyata antara dia dan anak-anak lain bisa dilihat dengan jelas.
Xie Xi sangat berbakat. Saat masuk sekolah dasar dia sudah mengenali hukum dan filosofi China hanya dengan mendengarkan TV. Di kelas tiga, Xie Xi mampu memecahkan persamaan linear dua variabel pada usianya yang baru tujuh tahun. Walaupun Xie Xi juga pintar, dia tidak yakin apakah gen miliknya yang mempengaruhi Xie Xi sekarang. Dia berpikir, mungkin ayahnya (Hua Cheng) yang menyebabkan Xie Xi menjadi seperti sekarang.
Xie Xi berpikiran dewasa. Dia lebih matang daripada usianya. Dan itu membuat Xie Lian takut.
Dia takut, dengan bakatnya yang luar biasa. Keluarga Jun akan membawanya pergi dari sisinya. Dia ingin melindungi puteranya, jadi di beberapa dokumen keluarga non-resmi, dia menyembunyikan gender Xie Xi.
Xie Lian memikirkan ayah Xie Xi, dia berharap sebelum keluarga Jun mendapatkan informasi tentang Xie Xi, alfa itu bisa dia temukan. Dia berharap, jika suatu saat terjadi sesuatu padanya, alfa itu bisa menggantikannya melindungi Xie Xi.
"Tuan Xie?"
Xie Lian tersentak.
"Kamu melamun." Banyue menegur, "Tembikarnya sudah mengeras, kita harus mengeluarkannya dari tungku."
Xie Lian membuat suara "Ah," dan segera berlari menuju tungku bersama Banyue. Mereka bekerja hingga sore hari, 500 gelas telah dikirim pagi berikutnya dan Xie Xi menerima keuntungan yang sangat besar.
Tidak suka menyimpan keuntungan untuknya sendiri. Xie Lian memberikan upah lebih pada Bibi Su, wanita tua yang bekerja pada Xie Lian, Banyue dan beberapa kurir yang mengantarkan barang ke konsumen. Semuanya tampak bahagia menerima uang itu. Bibi Su dengan mata berseri-seri memperlihatkan amplop tebal itu pada Banyue, memamerkan bahwa dia ingin memasak daging untuk suaminya.
Xie Lian juga segera pulang, dia bersyukur Xie Xi juga baru pulang sehingga belum sempat memasak. Ayah satu anak itu menghampiri puteranya, berkata dengan penuh semangat, "Xixi, ayo barbeque di luar."
Xie Xi yang baru saja akan mencuci sayuran mengerutkan kening, tapi melihat wajah bahagia baba-nya, dia tersenyum, "Apa yang membuatmu senang hari ini?"
"Taraa~" Xie Lian mengeluarkan amplop dari tasnya, dia bercerita, "Keuntungannya lebih besar dari yang baba kira, tampaknya klien kita memang sangat kaya. Mereka berani memberi kami keuntungan bersih enam ratus ribu. Jika baba selalu mendapatkan keuntungan seperti ini, mungkin kita bisa memperluas toko suatu saat nanti."
Xie Xi tertawa, "Kita baru saja melunasi pembayaran ruko itu bulan lalu, tapi baba sudah ingin memperluasnya."
"Tidak, tidak." Xie Lian menggeleng, "Maksud baba, itu tujuan di masa depan, oke. Baba juga harus menabung dulu untuk uang sekolah dan kuliah Xixi."
Hati Xie Xi menghangat, dia mengeringkan tangannya dengan lap bersih dan menggenggam tangan Xie Lian yang seputih susu namun tampak kasar karena pekerjaannya. "Baba tidak perlu memikirkan itu untuk saat ini, prioritaskan kesehatan baba sendiri, oke?"
Xie Lian tersenyum lembut dan mengangguk.
Xie Xi terkekeh, "Baba tidak boleh makan daging dan aku juga tidak ingin makan daging. Ayo kita makan hotpot jamur sebagai gantinya!"
Keduanya kemudian pergi ke luar, menggunakan bus menuju pusat kota dan singgah di restoran China yang megah. Xie Xi mengerutkan kening, ketika mereka tiba di pintu masuk, Xie Lian menyadari puteranya berhenti.
"Ada apa?"
"Baba, kamu yakin ingin makan disini?" Xie Xi melihat sekeliling, pada para pekerja kantoran dengan jas dan wanita bergaun yang keluar dari pintu. Ini seperti restoran formal yang hanya didatangi pejabat dan orang kaya.
"Kenapa?" Xie balik bertanya, "Baba sudah mencari di internet dan makanan di restoran ini sangat enak."
Xie Xi menghela napas, melihat wajah babanya yang bersemangat. Dia tidak bisa lagi menolak dan ikut masuk ke dalam. Interior restoran itu indah dan didominasi warna merah, lampion-lampion dengan lukisan naga bergantung di sisi-sisi restoran, membawa kesan oriental tahun baru.
Pelayan itu profesional, meskipun dia dan babanya tampak hanya mengenakan jaket dan pakaian sederhana. Pelayanannya tetap yang terbaik, dia bertanya dengan ramah pada keduanya, "Apa Anda ingin memesan ruang pribadi?"
Xie Lian memikirkan uang di sakunya dan menggeleng, "Kami akan makan di sini."
Pelayan itu mengerti, dia membawa ayah dan anak itu ke salah satu meja, mempersilahkan mereka duduk dan menuangkan air. Pelayan memberikan mereka buku menu. Xie Lian maupun Xie Li membaca dan tidak bisa menahan diri untuk terkejut ketika melihat harga yang tertera disana.
Xie Lian sudah menebak hal ini akan terjadi. Tapi keputusannya untuk menghabiskan waktu bersama puteranya tidak akan dia tarik. Xie Xi tampaknya mengerti, dia berkata pada pelayan sebelum Xie Lian dapat membuka mulut, "Kami pesan satu porsi hotpot jamur."
Pelayan itu tampak terkejut.
Xie Xi menambahkan, "Dengan dua piring dan sumpit." dia memandang babanya dan tertawa, "Sebenarnya aku makan banyak di kantin sekolah jadi aku sedikit kenyang."
Pelayan itu mencatat pesanan dan pamit.
Xie Lian menghela napas, "Tidak masalah kamu sudah makan di sekolah, seharusnya kita tetap memesan dua porsi. Baba ingin Xixi makan banyak."
"Baba, aku ini atlet, aku tidak bisa makan sebanyak itu."
"Justru karena kamu sering berolahraga, kamu harus banyak makan. Lihatlah betapa kurusnya kamu." Xie Lian cemberut.
Xixi mendesah, "Baiklah, baiklah, nanti kita pesan nasi lebih banyak." Xie Xi melanjutkan, "Mulai besok, baba tidak perlu memberiku uang saku."
Xie Lian terkejut, "Kenapa?"
"Sekolah sudah memberiku uang tunjangan hidup, 3000 yuan per-bulan. Itu sudah cukup untukku."
"Bagaimana bisa?" Xie Lian terpana, "Bukankah beasiswa hanya untuk uang sekolah, sejak kapan Zhuji juga memberi beasiswa tunjangan hidup."
Xie Xi mengulum senyum, dia mengedikan bahu, "Mungkin itu kebijakan baru mereka. Lagipula nereka punya banyak uang."
Xie Lian, "......."
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] [END] Pearl And Peanutes [Heavenly Official Blessing Modern AU]
FanfictionTittle : Pearl and Peanutes Written By : Chikakoo_ Original Novel By : Mo Xiang Tong Xiu Cover Illustration : Instagram/@Cloverbl Ini adalah fanfiction kedua saya dan saya masih menggunakan karakter Hua Cheng dan Xie Lian. Sebelum membaca, saya peri...