Lima tahun kemudian.
Studio foto dipenuhi kesibukan, beberapa produk iklan di tata rapi di atas meja dengan latar belakang kuno ala ruang jamuan teh kerajaan zaman dulu. Xie Lian duduk di samping sutradara dengan cemas, melihat ekspresi omega cantik ini. Beberapa staf di sana menjadi panik.
"Apakah masih lama?" Xie Lian bertanya.
Orang studio itu tersedak. Sutradara juga merasa tidak nyaman dan meminta staff–nya untuk menghubungi aktor yang belum tiba. Dia menoleh kearah Xie Lian dengan canggung. "Nyonya Hua, tampaknya aktor cilik itu sedang terjebak kemacetan. Kita tunggu sepuluh menit lagi, oke."
Xie Lian tidak marah dan hanya menghela napas. Dia melirik jam tangan berlian di tangannya dan memejamkan mata gelisah. Setelah lulus SMA, putera tertuanya mengikuti kakek dan nenek buyut mereka untuk kuliah di Berlin. Memiliki begitu banyak bakat, Hua Xi rupanya cenderung mengikuti gen keluarga Hua dan sangat tertarik dengan bisnis dan pasar saham.
Bagaimanapun anak itu sudah menyukai uang sejak lama. Kakek dan Nenek buyut tentu saja bahagia dengan keputusan cucunya dan memasukan Hua Xi ke kampus terbaik di Jerman.
Musim dingin akan tiba, kemarin puteranya menelepon bahwa dia akan pulang untuk liburan musim dingin. Xie Lian berjanji padanya untuk menjemput langsung ke Bandara. Seharusnya dia akan pergi ke Bandara setelah memantau pengambilan iklan untuk produk gelasnya terbaru. Tapi siapa sangka, aktor cilik yang seharusnya muncul kini terlambat datang.
Dia bisa saja meminta Supir Su menjemput Xixi. Tapi hatinya tidak nyaman karena dia sudah berjanji.
Lima belas menit berlalu, staff mendapatkan telepon dari Ibu aktor cilik itu dan berkata bahwa mereka tidak bisa datang karena ada kecelakaan di jalan raya sehingga ada penutupan jalan sementara. Xie Lian menghela napas. Bagaimanapun konsep ini adalah idenya dan dia harus mengawasi proses syuting.
Melihat wajah ayahnya, Hua Jierui menutup game dan menghampiri Xie Lian. Dia menarik-narik celana ayahnya bertanya, "Baba, kapan kita menjemput kakak?"
Xie Lian menoleh kearah putera terkecilnya dan hatinya meleleh. Dia menarik Jierui, meletakan di pangkuannya. Dia melihat semua alat dan studio yang sudah disiapkan, merasa sedikit sedih. "Apa kita tunda saja sutradara?"
Wajah sutradara berubah suram. "Semua alat sudah siap Nyonya, perlu usaha jika harus melepasnya lagi."s Sutradara melihat kearah anak kecil lima tahun berwajah imut di pangkuan Xie Lian. Matanya cerah. "Bagaimana jika puteramu saja yang menggantikannya? Aku tahu ini sedikit lancang tapi wajah puteramu jauh lebih baik dari seorang bintang. Dia akan cocok."
Xie Lian terkejut dengan usulan sutradara, dia baru akan menolak ketika lengan pakaiannya ditarik.
Jierui. "Baba, aku bisa melakukannya."
Xie Lian menatapnya. "Kamu mau difoto?"
Hua Jierui mengangguk. "Itu mudah, lagipula aku ingin cepat pergi menjemput kakak."
Xie Lian masih ragu tapi melihat wajah percaya diri puteranya dia hanya bisa menyetujui. Dia melirik sutradara. "Ayo kita coba."
Sutradara gembira, dia meminta staf penata rias mengganti pakaian Jierui dan memberi sedikit riasan. Ketika Hua Jierui keluar dari ruang rias, semua staf langsung menoleh padanya dengan tatapan kagum. Jantung semua orang berdebar dan hati mereka meleleh karena keimutan Jierui. Beberapa dari mereka tidak bisa menahan diri untuk mengambil foto.
Hua Jierui mengenakan pakaian kuno, rambut palsunya panjang tergerai dengan sedikit kepang halus. Mengenakan vambrace berwarna emas di pinggangnya dan sepatu bot hitam. Dia tampak seperti putera bangsawan yang bermartabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] [END] Pearl And Peanutes [Heavenly Official Blessing Modern AU]
FanficTittle : Pearl and Peanutes Written By : Chikakoo_ Original Novel By : Mo Xiang Tong Xiu Cover Illustration : Instagram/@Cloverbl Ini adalah fanfiction kedua saya dan saya masih menggunakan karakter Hua Cheng dan Xie Lian. Sebelum membaca, saya peri...