Pagi hari berikutnya. Xie Xi bangun, mandi kemudian mengenakan seragamnya. Ketika dia akan turun untuk sarapan, smartphone–nya berdering dan nomor tidak kenal muncul di layar. Xie Xi mengerutkan kening, seingatnya dia hanya memberikan nomor ponselnya pada Baba, A-Die dan Xiao Feng selaku ketua kelas.
Dengan ragu, Xie Xi menerima panggilan dan suara wanita terdengar di seberang.
"Xixi!"
Mata Xie Xi terpejam seketika langsung mengenali siapa yang meneleponnya. "Luo Ru, kenapa kamu tahu nomor ponselku?"
"Xiao Feng memberikannya." Luo Ru menjawab. "Malam tadi, semua orang membicarakanmu."
"Membicarakanku?" Xie Xi bingung, menjepit ponsel di antara bahu dan pipinya, dia mengenakan sepatu. "Kenapa mereka membicarakanku?"
"Kamu tidak tahu? Kaisar Film mengunggah fotomu di weibo malam tadi."
"APA?!" Xie Xi terkejut, dia tidak memiliki akun weibo dan sama sekali tidak tahu bahwa dirinya sedang menjadi objek pembcaraan jutaan orang. Dia tidak menyangka ayah bodoh itu mengungkapkan identitasnya begitu saja tanpa memberitahunya. "Dasar tua bangka sialan."
Luo Ru membeku, "Maksudmu Hua Cheng?"
Xie Xi menghela napas, melirik layar ponsel dan bertanya. "Kamu tidak marah padaku?"
"Tentang kamu anak idolaku?"
Xie Xi menganggukan kepalanya. "Iya."
"Tentu saja aku marah. Kamu tahu aku sangat mengidolakan Kaisar Film tapi kamu tidak mengatakan apapun padaku." Luo Ru bergumam, bibirnya mengerucut. "Tapi, aku mengerti situasimu. Hal seperti ini tidak bisa begitu saja kamu bicarakan pada orang lain."
Xie Xi terdiam, bibirnya sedikit melengkung. "Terimakasih."
"Aku belum memaafkanmu." Kata Luo Ru, dia terkekeh lalu melanjutkan. "Kecuali jika kamu memberiku tanda tangan Hua Cheng."
"Baiklah." Xie Xi menghela napas. "Itu bukan hal sulit. Sampai jumpa di sekolah."
"Hm." Luo Ru mengingatkan. "Hati-hati, semua orang sudah mendengar tentang masalah ini. Mungkin akan ada wartawan yang datang ke sekolah."
Xie Xi mengikat dasinya, menganggukan kepalanya tanda dia mengerti. "Identitasku akan terungkap cepat atau lambat, aku sudah siap."
Turun dari tangga. Seluruh keluarganya bersama Mama Chen sudah menunggunya di meja makan. Melihat Xie Xi agak terlambat, Xie Lian bertanya. "Apa kamu kesiangan?"
Xie Xi mengambil roti dan menggigitnya. Dia menggelengkan kepala. "Temanku menelepon dan kami berbicara cukup lama sampai lupa waktu." Dia melirik Hua Cheng dengan marah. "Ayah bodoh, apa kamu mengunggah fotoku tanpa izin?"
Hua Cheng menjawab dengan tenang. "Itu karena seseorang menyebarkan foto kita di toko buah. Jutaan orang menyerang akun weiboku untuk meminta penjelasan. Jadi aku unggah saja fotomu. Bukankah aku memotret dengan baik? Kamu terlihat tampan di sana."
Xie Xi memutar mata, tidak mau menanggapi. Sebaliknya mengambil note dan pulpen dari tasnya dan memberikannya pada Hua Cheng. "Berikan tanda tanganmu."
Hua Cheng terkejut, memandang note dan puteranya secara bergantian. "Xixi, jadi selama ini kamu sebenarnya sangat mengidolakanku?"
"............" Xie Xi mendengus. "Hanya orang bodoh yang akan mengidolakan orang sepertimu. Itu untuk temanku."
Bibir Hua Cheng berkedut, meski begitu ia tetap menandatanganinya. "Akan ada wartawan di sekolahmu, kamu yakin akan masuk sekolah hari ini?"
"Aku murid beasiswa. Tidak bisa seenaknya bolos begitu saja." Xie Xi menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] [END] Pearl And Peanutes [Heavenly Official Blessing Modern AU]
FanficTittle : Pearl and Peanutes Written By : Chikakoo_ Original Novel By : Mo Xiang Tong Xiu Cover Illustration : Instagram/@Cloverbl Ini adalah fanfiction kedua saya dan saya masih menggunakan karakter Hua Cheng dan Xie Lian. Sebelum membaca, saya peri...