Aroma obat-obatan menguar ke udara, membuat sesak paru-paru setiap orang. Di depan ruang unit gawat darurat, pria besar dan kecil duduk bersampingan dengan wajah pucat pasi. Mata mereka cemas dan gelisah, sesekali melihat pada pintu utama menunggu dokter keluar dari sana.
Setelah situasi yang menegangkan mereda satu jam lalu, Xie Lian yang telah depresi ditambah penyakit menggerogoti tubuhnya beberapa hari terakhir akhirnya tumbang kesakitan dan pingsan. Hua Cheng sangat panik, dia keluar membawa Xie Lian ke rumah sakit tanpa mengenakan penyamarannya.
Tapi itu bukanlah masalah lagi. Setelah identitasnya sebagai ayah Xie Xi terungkat, dia akan segera berhenti dari dunia hiburan.
Xie Xi duduk di samping Hua Cheng, rambutnya yang hitam berantakan dan wajahnya kuyu. Matanya bengkak dan hidungnya merah muda karena menangis terlalu lama. Meskipun sekarang anak itu tampak tenang, wajahnya masih terlihat putus asa.
Xie Xi berkata dengan suara serak, "Ini salahku, aku tidak menyadari baba sakit beberapa hari terakhir ini dan aku malah membuatnya marah."
Ada keheningan diantara mereka setelah Xie Xi berbicara. Hua Cheng menarik napas, andai mereka harus memutuskan, maka mereka berdua pantas disalahkan. Hua Cheng terlalu sibuk beberapa hari terakhir mengurus rumah baru itu, dia berpikir untuk menyenangkan hati kekasihnya namun malah berakhir mengabaikannya.
"Aku juga bersalah. Kita berdua bersalah." Hua Cheng berkata, dia menepuk kepala Xie Xi, "Berhentilah menangis, itu hanya akan memperburuk suasana."
Xie Xi hanya diam, matanya sesekali melihat pintu ruangan namun hanya mendapati keheningan tanpa ada tanda-tanda akan terbuka. Hua Cheng meliriknya, bertanya untuk mengalihkan topik.
"Apa kamu tidak terkejut?" Hua Cheng mengusap pipi, mengurangi kegelisahannya, "Tentang aku adalah ayahmu."
Tanpa disangka Hua Cheng, Xie Xi menggeleng, "Aku sudah tahu."
Terkejut, Hua Cheng menatapnya, "Bagaimana bisa?"
"Aku memeriksanya sendiri, aku mengambil rambutmu dan memeriksanya. Sejak awal aku sudah curiga, baba adalah orang yang sensitif terhadap feromon alfa. Tapi dia tidak terganggu ketika berada di dekatmu." Xie Xi melanjutkan dengan murung, "Aku berpikir mungkinkah karena memang kamu adalah alfanya sejak awal."
Hua Cheng terkesan, anak ini benar-benar mewarisi gennya yang cerdas. Andai dia tidak menyebalkan, dia akan memujinya setiap hari, "Lalu, apa kamu menerimanya?"
"Tidak."
Hua Cheng, "........."
Xie Xi menatapnya, "Kamu mencurigakan. Kenapa kamu meninggalkan kami belasan tahun dan baru muncul baru-baru ini?"
Wajah Hua Cheng berubah dingin, "Kamu pikir aku meninggalkan ayahmu?"
"Bukan seperti itu?"
"Bukan!" Jawab Hua Cheng. "Babamu yang meninggalkanku."
Kali ini Xie Xi yang terkejut, "Baba? Tidak mungkin, baba selalu berusaha mencarimu selama ini, hanya saja dia tidak memiliki petunjuk dan informasi. Baginya, kamu hanya seperti kenangan yang samar."
"Aku memang bersalah, itu tidak akan disangkal lagi. Pertemuan dengan babamu sangat tiba-tiba dan tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Tapi kamu harus percaya, bahwa aku tidak pernah sekalipun memiliki niat untuk meninggalkannya." Hua Cheng menjawab tulus, "Saat itu sangat kebetulan, babamu mengalami heat pertamanya dan terjebak di toilet sebuah gedung karaoke. Aku tanpa sengaja menemukannya. Aku bermaksud membantunya, tapi dia menarikku. Feromonnya sangat wangi dan wajahnya sangat cantik. Aku.. Aku terpengaruh."
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] [END] Pearl And Peanutes [Heavenly Official Blessing Modern AU]
FanfictionTittle : Pearl and Peanutes Written By : Chikakoo_ Original Novel By : Mo Xiang Tong Xiu Cover Illustration : Instagram/@Cloverbl Ini adalah fanfiction kedua saya dan saya masih menggunakan karakter Hua Cheng dan Xie Lian. Sebelum membaca, saya peri...