Hua Cheng panik. "Ah Lian, jangan menakutiku. Di mana yang sakit?!" Dia membawa Xie Lian ke pelukannya, wajah Xie Lian tanpa warna, keningnya mengerut dan dia tampak tidak nyaman. Hua Cheng menoleh pada Xie Xi. "Xixi, panggil Mu Qing kemari cepat!"
Xie Xi mengangguk dan berlari menuju telepon.
Hua Cheng mengangkat tubuh kurus Xie Lian, membawanya ke kamar dan membaringkannya ke tempat tidur. Melihat keluarganya ikut masuk ke dalam ruangan, dia melarang. "Jangan berkerumun, dia akan kesulitan bernapas!"
Nyonya Hua sangat khawatir. "San Lang, apa istrimu baik-baik saja?"
"Stressnya menumpuk semenjak Xixi diculik. Perkataan Nenek yang ingin membawa Xixi ke Berlin pasti membangkitkan traumanya." Hua Cheng menggenggam tangan Xie Lian, dia menoleh pada Liu Shi dan menatapnya dingin. "Dia sangat rapuh, Nenek tolong jangan menakutinya lagi."
Mendengar itu, Liu Shi tidak bisa tidak merasa bersalah. Dia hanya ingin agar cicitnya menerima pendidikan yang baik, tidak menyangka bahwa apa yang dilakukannya malah membuat keluarganya tersakiti. "Maafkan Nenek, San Lang."
Hua Li menghibur ibunya. "Ibu tidak sengaja. Jangan memasukannya dalam hati. Ah Lian akan baik-baik saja."
Tepat saat itu pintu di buka, Xie Xi muncul bersama Mu Qing. Melihat ada banyak orang di dalam kamar, dia menghela napas. "Aku tidak suka ditonton ketika mengobati, aku tidak mengenal kalian tapi kumohon semuanya keluar segera."
Sikap tidak sopan Mu Qing membuat Liu Shi marah. Namun Hua Xiaofeng menepuk pundaknya, mengisyaratkan untuk pergi ke luar. Xie Xi berdiri di dekat tempat tidur enggan pergi, Hua Cheng meliriknya. "Xixi kamu juga!"
Xie Xi ragu sejenak, namun akhirnya berbalik dan melangkah keluar kamar. Mu Qing menghela napas, menggerutu. "Asal kamu tahu, aku harus melewatkan jadwal pemeriksaan seorang pasien demi datang kemari."
Hua Cheng tidak peduli. "Aku akan membalasmu dengan layak. Kumohon obati Ah Lian."
Mu Qing tidak berbicara lagi, dia memeriksa tubuh Xie Lian dengan teliti, beberapa saat kemudian muncul kejutan di wajahnya. Hua Cheng menangkap ekspresi Mu Qing, buru-buru bertanya, "Kenapa? Apa ada sesuatu yang salah dengannya?"
Mu Qing menghela napas, melepaskan stetoskop. "Tidak-tidak, dia mengalami stress dan itu mempengaruhi janinnya."
"Oh." Hua Cheng mengangguk, detik kemudian dia terkejut. "Apa kamu bilang?!"
Mu Qing sudah mengharapkan ekspresi ini dan dia tertawa. "Dia hamil, aku tidak bisa memastikan berapa umur janinnya sekarang karena alatnya di rumah sakit. Tapi perkiraanku mungkin sudah sekitar tiga minggu."
Hua Cheng terdiam, detik kemudian senyumnya melebar. Dia sangat bahagia hingga hatinya seolah meledak.
Mu Qing berkata, "Tubuh Xie Lian lemah dan ini mempengaruhi bayinya, dia mungkin akan mengalami gejala kehamilan yang lebih buruk dari omega biasa. Kamu harus merawatnya dengan baik, aku akan meresepkan beberapa vitamin dan nutrisi."
Hua Cheng mengangguk. Setelah mengucapkan terimakasih, Mu Qing segera pergi dan kembali ke rumah sakit. Hua Cheng menarik selimut, mengecup kening istrinya dan membiarkannya beristirahat. Ketika Hua Cheng keluar dari kamar, semua orang segera menghampirinya.
Hua Cheng ingin mengejutkan keluarganya. Wajahnya buruk dan matanya memerah. Melihat eskpresi Hua Cheng, Xie Xi ketakutan sampai ingin menangis. "Apa yang terjadi pada baba? Katakan padaku dia baik-baik saja!"
Nyonya Hua juga panik. "San Lang, Ah Lian baik-baik saja, bukan? Dia tidak akan meninggal, kan?!"
Hua Cheng menunduk, tidak menjawab. Liu Shi sudah gelisah sejak awal, dia tidak tahan lagi dan menangis tersedu-sedu. "San Lang, ini salah Nenek! Nenek jahat pada kalian! Maafkan Nenek San Lang!"
Hua Cheng menghela napas, wajahnya serius ketika menjelaskan, "Ibu, Nenek, Semuanya. Aku mohon dengarkan dengan tenang. Ah Lian dia sudah..."
Mata semua orang melebar dan jantung berdebar kencang. Xie Xi sudah siap menerima berita terburuk dan air matanya jatuh.
Hua Cheng melanjutkan. "Ah Lian, dia sudah.. hamil."
Semua orang, "........."
Hua Cheng menyingkirkan wajah seriusnya, dia tersenyum. "Ah Lian sedang hamil, tiga minggu. Dia mengalami stress ringan sehingga mempengaruhi janinnya oleh sebab itu dia pingsan."
Bahu semua orang jatuh. Tuan Hua adalah yang pertama kali tenang, dia sangat marah. "Anak bau! Kamu menakuti ayah dan ibumu sampai mati!"
Nyonya Hua tercengang, detik berikutnya dia sangat gembira, "Aku akan mendapatkan cucu lagi!" Dia menggoyang-goyangkan lengan Liu Shi. "Ibu, kamu dengar itu. Aku akan ibu akan menggendong cucu dan cicit bayi yang imut!"
Hati Liu Shi menghangat, membayangkan bahwa dia akhirnya menggendong bayi kecil di usianya yang sudah tua membuatnya sangat bahagia. Hidung Liu Shi memerah dan mata wanita tua itu berair. Hua Li berusaha menghibur ibunya. "Ibu, ayo kita berbelanja pakaian bayi bersama."
Hua Xiaofeng tertawa. "Kamu ini, menantumu baru hamil tiga minggu. Terlalu cepat untuk membelikan hadiah."
Xie Xi juga terpana. Hamil? Babanya hamil? Dia melirik Hua Cheng dengan kesal. Orang ini ternyata meletakan tangannya di tubuh babanya ketika dia pergi! Akan tetapi membayangkan bahwa dia akan memiliki saudara, Xie Xi tidak membenci perasaan itu, justru diam-diam dia menantikannya. Yi Lang dan Er Lang menepuk pundak adiknya. Memberinya selamat. Di siang hari yang cerah itu, seluruh anggota keluarga Hua berbahagia.
Ketika langit menjadi gelap. Xie Lian akhirnya sadar, hal yang pertama kali dia lihat adalah wajah Hua Cheng yang sangat tampan tepat di depannya. Merasakan gerakan dari orang di pelukannya, Hua Cheng membuka mata. "Ah Lian, kamu terbangun?"
Xie Lian sedikit pusing, dia menjauh dari tubuh Hua Cheng dan memijit pelan keningnya. "Sudah berapa lama aku pingsan?"
"Hanya beberapa jam." Hua Cheng menjawab. "Kamu merasa lebih baik?"
"Hm." Xie Lian mengangguk.
Sudut bibir Hua Cheng terangkat, matanya menatap istrinya penuh kelembutan. "Ah Lian, terimakasih."
Xie Lian bingung. "Terimakasih?"
Hua Cheng. "Terimakasih sudah mengandung anakku."
Xie Lian merasa aneh dengannya, dia terkekeh. "Xixi sudah sebesar ini, untuk apa kamu berterimakasih padaku sekarang?"
Hua Cheng mencondongkan tubuhnya, menarik pinggang istrinya dan membawanya ke pelukannya. "Kamu tahu kenapa kamu pingsan tadi siang?"
"Tidak." Xie Lian menggeleng, detik kemudian matanya melebar. Dia membekap mulutnya. "Jangan-jangan.."
Hua Cheng terkekeh. "Kamu mengandung lagi. Sudah tiga minggu."
Xie Lian tercengang. Melihat ekspresi istrinya, Hua Cheng tidak bisa menahan tawa. "Terkejut?"
"Hm." Xie Lian mengangguk. "Bukankah ini terlalu cepat?"
"Jangan meremehkanku. Bibitku akan langsung tumbuh ketika di tembak."
Wajah Xie Lian memerah, dia memukul bahu Hua Cheng. "Mesum!"
Hua Cheng tertawa lebar, membenamkan wajahnya di bahu Xie Lian. "Kamu tidak bahagia?"
"Tentu saja aku bahagia." Xie Lian tersenyum lembut. "Aku hanya merasa semua ini seperti mimpi. Aku bertemu suamiku, memiliki keluarga baru yang baik hati dan membalaskan dendam untuk ibuku. Aku merasa sangat beruntung."
Hua Cheng membalas. "Kamu tidak bermimpi. Mulai sekarang aku tidak akan melepaskanmu lagi, aku akan menjagamu dan kedua anakku dengan baik. Tidak akan kubiarkan kamu merasakan penderitaan lagi." Hua Cheng menatapnya, mengecup lembut bibir istrinya. "Aku mencintaimu Ah Lian."
Hidung Xie Lian masam, dia mengangguk, membenamkan wajahnya di dada Hua Cheng. Mengangguk. "Aku juga mencintaimu."
"San Lang."
Bersambung....
Last update: 13/07/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] [END] Pearl And Peanutes [Heavenly Official Blessing Modern AU]
ФанфикTittle : Pearl and Peanutes Written By : Chikakoo_ Original Novel By : Mo Xiang Tong Xiu Cover Illustration : Instagram/@Cloverbl Ini adalah fanfiction kedua saya dan saya masih menggunakan karakter Hua Cheng dan Xie Lian. Sebelum membaca, saya peri...