Ketika Hua Cheng memberitahu Nyonya Hua bahwa istrinya sudah bisa ditemui. Nyonya Hua sangat gembira, dia meminta supirnya singgah di sebuah mall terdekat dan membeli banyak hadiah seperti pakaian untuk menantu dan cucunya, aksesoris, sepatu. Saking bersemangatnya nyonya Hua juga memesan seluruh restoran bintang lima untuk pertemuan dengan menantu.
Malam pukul delapan, Xie Lian telah mengenakan pakaian terbaik yang dibeli Hua Cheng. Dia masih sakit jadi wajahnya tampak pucat, akan tetapi kecantikan yang luar biasa tetap tidak bisa disembunyikan. Dia mengenakan sebuah sweater putih longgar berbahan wol halus dengan celana kain sepanjang semata kaki. Pakaian itu membuat sosoknya yang adil semakin seperti makhluk surgawi.
Di mobil, Xie Lian menggenggam ujung pakaian Hua Cheng, menggerutu sepanjang perjalanan, "Kamu seharusnya memberiku waktu bersiap secara mental. Tiba-tiba mempertemukan aku dengan orangtuamu."
Melihat Xie Lian seperti kelinci putih yang lucu, membuat Hua Cheng tidak bisa menahan diri mencuri ciuman di pipinya, "Kenapa kamu harus takut?! Mereka tidak akan menggigitmu."
Xie Lian marah dengan leluconnya, menarik ujung pakaian Hua Cheng lebih kencang. Hua Cheng melirik Xie Lian dan merasa geli. Bagaimana bisa ayah dan anak begitu mirip ketika gugup.
"Bagaimana jika mereka tidak menyukaiku?" Xie Lian menyuarakan kecemasannya.
"Tidak akan." Hua Cheng menjawab tegas, "Mereka akan senang melihatmu, percayalah."
Xie Lian masih ragu, akan tetapi dia hanya bisa menerimanya dengan pasrah. Toh pertemuan itu sudah tidak bisa dibatalkan lagi. Jadi ketika mobil aston martin terparkir, Xie Lian benar-benar tidak lepas dari Hua Cheng dan terus mengekorinya dari belakang seperti anak itik mengikuti induknya.
Saat keduanya duduk di kursi perjamuan, keluarga Hua belum tiba namun makanan mewah telah memenuhi meja panjang, membawa aroma gurih dan manis. Andaikan dia tidak sedang gugup, perut Xie Lian akan bergemuruh dengan gila melihat semua hidangan ini, tapi sekarang dia bahkan tidak memikirkannya sama sekali.
Hua Cheng melihat istrinya yang tidak terlalu baik kemudian menggenggam tangannya, membisikan, "Tidak perlu takut, aku di sini."
Pintu restoran dibuka meninggalkan suara gemerincing lonceng, beberapa pelayan yang menjaga pintu segera membungkuk memberi hormat. Rombongan seorang wanita dengan tiga orang pria masuk. Hua Cheng menoleh dan terkejut karena kedua kakaknya ikut hadir.
Sial! Bukankah mereka di berlin?
Xie Lian melihat seorang wanita paruh baya berwajah luar biasa cantik dan anggun tiba bersama pria yang terlihat berusia lima puluh tahunan namun masih sangat tampan. Di belakang mereka ada dua pria tampan lainnya, keduanya tampak sedikit lebih tinggi dari Hua Cheng. Yang pertama memiliki wajah datar tampak tidak begitu ramah dan yang lainnya memiliki ekspresi lembut dan tenang.
Hanya sekali lihat, mereka seperti orang-orang yang berasal dari dunia yang berbeda. Mereka jelas keluarga Hua Cheng, tapi aura kuat memancar dalam diri mereka. Xie Lian tidak bisa tidak semakin gugup, di bawah meja, dia mencengkram kuat ujung pakaian Hua Cheng mencari keamanan.
Hua Cheng melihat kedua kakaknya dan tidak bisa tidak merasa waspada, dia melirik ibunya, menggerutu, "Aku pikir hanya ayah dan ibu yang datang."
Nyonya Hua memotong, "Bagaimana mungkin hanya kami berdua? Ketika kedua kakakmu mendengar bahwa kamu akan menikah, mereka segera kembali ke Berlin untuk bertemu ipar mereka."
Xie Lian mendengar itu dan merasa malu, akan tetapi tidak sopan baginya bila tidak menyapa calon keluarganya. Dia menguatkan mentalnya, membuat senyum seindah mungkin, berdiri dan membungkuk kearah ketiganya.
"Halo Tuan dan Nyonya, saya Xie Lian."
Keempat orang yang baru datang segera menoleh kearah Xie Lian yang memiliki kehadiran tipis. Ketika Nyonya Hua melihat kecantikan yang luar biasa berdiri di samping Hua Cheng, dia tidak bisa tidak tertegun namun detik berikutnya. Matanya bersinar cerah dan kebiasaan jarang mengocehnya muncul begitu saja, "Jadi ini menantuku. Astaga cantik sekali! Bagaimana bisa keindahan seperti berakhir dengan anakku yang kurang ajar. Kasihan sekali kamu, nak!"
Xie Lian, ".........."
Hua Cheng, "....-_-#"
Tuan besar Hua sudah mendengar putera bungsunya mengoceh betapa cantiknya istrinya dan tidak menyangka bahwa istrinya benar-benar cantik. Kecantikan ini hampir mengalahkan kecantikan istrinya sendiri ketika masih muda.
Kedua kakak Hua Cheng juga tertegun, omega di depannya benar-benar indah, kulitnya seputih salju tampak halus dan bersinar, mata phoenix indah dengan bulu mata panjang berkibar. Mungkin karena malu, pipinya tampak memiliki semburat kemerahan, membuatnya cantik namun juga imut. Ibunya mengatakan bahwa Hua Cheng dan istrinya sudah memiliki anak berusia dua belas tahun, yang artinya omega ini pasti berusia hampir tiga puluh tahun.
Dia jelas terlihat seperti pemuda berusia awal dua puluh tahun.
Xie Lian tidak menyangka akan mendapat reaksi seperti itu, dia menjadi salah tingkat. Nyonya Hua melihat Xie Lian yang tampak malu-malu dan merasa gemas dalam hatinya. Sudah lama dia tidak memiliki keluarga omega, membuatnya sangat bersemangat.
"Berhenti berdiri, ayo duduk dan makan sambil mengobrol!" Nyonya Hua yang terkenal sebagai omega kejam dan beringas seketika berubah menjadi Nyonya tua ramah dan bersemangat.
Xie Lian duduk di samping Hua Cheng, tersenyum, "Terimakasih Nyonya."
"Nyonya? Kenapa kamu memanggilku seperti itu?! Kamu istri San Lang, maka panggil aku ibu mulai sekarang." Nyonya Hua mengomel, namun nada suaranya tidak terdengar memarahi.
"Uhuk." Tuan besar Hua merupakan pria tua berkulit tipis, dia berbicara dengan suara rendah, "Kamu juga bisa memanggilku ayah, ketika kamu butuh sesuatu di masa depan. Panggil saja kami, jangan begitu ragu."
Nyonya Hua mengangguk setuju, "Itu benar, kami mertuamu sekarang. Jadi jangan ragu bergantung pada kami mulai sekarang. Jika kamu digertak oleh San Lang, aku akan membantumu memukulinya oke!"
Yi Lang, "Aku juga."
Er Lang, "Aku juga."
Tuan besar Hua mengusap dagunya, "Kalau begitu aku juga."
Hua Cheng, "............" Kenapa aku merasa dibuang dari keluarga?
Xie Lian tertegun, dia tiba-tiba menjadi emosional. Tidak menyangka bahwa keluarga calon suaminya akan begitu memanjakan hingga ke surga. Dia selalu tidak beruntung sejak kecil, satu-satunya keberuntungannya adalah melahirkan Xie Xi dalam kehidupan ini. Ibunya meninggal ketika dia belum berumur lima tahun, dia sakit-sakitan membuatnya diasingkan ke keluarga cabang. Tidak pernah ada seorang pun yang benar-benar memanjakannya.
Jika dipikir-pikir ini benar-benar pertama kalinya.
Hatinya meleleh dan hidungnya terasa asam, dia sangat bahagia hingga sudut matanya memerah dan berair. Dia mengangguk berulang kali, "Terimakasih ibu dan ayah."
Nyonya Hua melihat Xie Lian yang tampak akan menangis berpikir bahwa San Lang puteranya benar-benar menindasnya di rumah. Keempat anggota keluarga Hua menoleh serempak kearah Hua Cheng dan melototinya.
Hua Cheng, "........" Tunggu dulu!
Bersambung...
Last update: 15/06/2020
Catatan Chikakoo:
Untuk nama kakak Hua Cheng masih dirahasiakan hingga chapter berikutnya. Sebutan Yi Lang dan Er Lang ini merupakan panggilan keluarga yang diberikan orangtua mereka pada anak pertama dan kedua mereka. Mengikuti San Lang yang merupakan putera ketiga.
一 Yi :Pertama
二 Er :Kedua
三 San :Ketiga
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] [END] Pearl And Peanutes [Heavenly Official Blessing Modern AU]
FanficTittle : Pearl and Peanutes Written By : Chikakoo_ Original Novel By : Mo Xiang Tong Xiu Cover Illustration : Instagram/@Cloverbl Ini adalah fanfiction kedua saya dan saya masih menggunakan karakter Hua Cheng dan Xie Lian. Sebelum membaca, saya peri...