“Perkara kecewa gara-gara dia, lo sudah biasa. Dan kita sama, masih terus bertahan meski dikecewakan berulang kali. Bedanya, gue bertahan untuk lo.”
- Ares Sandehang -
<<<>>>
Tidak mempedulikan pandangan orang-orang yang terus memperhatikan mereka berdua, Ares sudah mirip anak kecil yang merengek pada ibunya minta dibelikan motor-motoran. Dia memegang tangan Odit, mengayun-ayunkannya kesana kemari, sambil terus memohon dengan wajah yang memelas. Sementara itu, Odit mengangkat bahunya berulang kali sambil berusaha menahan senyum. Sebagian orang berpikir ekspresi Ares saat ini menjijikkan, tapi bagi Odit, ini sangat lucu. Bibirnya mengerucut, pandangan penuh permohonan, serta pegangan tangannya yang begitu erat.
“Ayo dong, Nin, bantuin gue. Gue nggak bisa didiemin Mami kayak gini. Tidur nggak nyenyak, makan nggak enak, main game juga jadi nggak fokus. Gue nggak mau kalau harus diusir dari rumah, terus jadi gembel. Gue belum dapat warisan. Bantuin gue, ya?” Untuk kesekian kalinya, Ares merengek meminta bantuan Odit supaya mendapatkan maaf dari maminya.
Perkara kata 'kampret' yang keluar dari bibir mungil Athena nyatanya membawa bencana untuk Ares. Dia pasti akan kesiangan kalau tidak dibangunkan Odit tadi pagi. Bahkan, Bu Alina juga tidak menyiapkan makan siang untuk putra sulungnya. Ares harus menulikan telinga saat teman-temannya tertawa di depan wajahnya. Mereka semua sangat puas melihat penderitaan Ares.
Odit menghentikan langkahnya secara mendadak. Hampir saja pegangan tangan mereka terlepas karena Ares masih terus melangkah. “Gue udah ingetin lo dari awal, jangan ngomong sembarangan di depan anak-anak. Tapi lo sendiri yang nggak denger. Lihat sendiri akibatnya, kan?” Dengan sekali hentakan, odit Berhasil melepaskan pegangan tangan Ares. Tapi laki-laki itu tidak menyerah, kembali memegang pergelangannya. “Gue nggak mau ikut campur masalah rumah lo. Kalau nanti Tante Alin balik marah sama gue, gimana? Entar gue nggak bisa makan gratis lagi, kan rugi.”
Meskipun tahu bahwa ucapan Odit sekedar candaan, tapi Ares berhasil dibuat kesal. Dia sedang serius sekarang, sedang memohon-mohon pada Odit supaya dia kembali dianggap sebagai seorang putra oleh Bu Alina. Satu hari saja sudah cukup membuat Ares kapok, dia tidak kuat kalau keadaan seperti ini harus berlangsung dalam beberapa hari ke depan. Kalau nanti malam Odit tidak menginap di rumahnya, bagaimana bisa Ares datang ke kampus? Pasti sudah telat duluan. Apalagi kelas pertama akan dipimpin dosen killer.
“Kok lo tega sih sama gue, Nin? Bantu ngerayu Mami doang, kenapa susah banget? Gue ngaku gue salah, nggak denger omongan lo sama Mami. Tapi gue nggak tahu kalau Thena bakalan ikutin omongan gue. Mana bilang gitunya sama mami lagi!” Ares mengacak-acak rambutnya, saking frustasi. Wajah ceria Athena saat meniru kata-kata Ares di depan Bu Alina kemarin selalu terbayang-bayang. “Bantuin gue dapat maaf dari bunda ratu, ya? Kalau gue dikutuk jadi batu, siapa lagi yang bakal jemput lo dari studio? Rayhan kan sibuk mulu.”
“Bisa aja lo bawa-bawa Rayhan!” dengus Odit, Ares malah nyengir kuda tanpa merasa bersalah. “Tante Alin suka banget sama matcha, kan? Lo beliin aja kue sama minuman di tempat langganan Tante Alin. Lo kasih makanan itu sambil minta maaf, janji juga buat nggak ngulangin kesalahan yang sama. Kalau lo beruntung, Tante Alin bakalan maafin lo.”
Senyuman Ares semakin lebar lagi. Dia selalu datang ke tempat yang tepat kalau sudah meminta bantuan Odit. apalagi kalau itu perkara kemurkaan Bu Alina, odit selalu memberikan solusi yang terbaik. “Nah, gue tadinya mikir gitu tuh. Cuma takut salah langkah aja, makanya gue minta pendapat lo. Tapi ternyata kita sama mikirnya. Jodoh emang gak kemana.” Dengan santainya, Ares mencolek dagu Odit di depan umum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mitologi Cinta [Tamat]
General FictionSpin of 'Jurnal Tentang Kamu' dan 'Rasi Rasa'. Seperti yang dikisahkan dalam mitologi Yunani, Ares adalah Dewa Perang. Kekuatan yang ada di kepalan tangannya mampu membuat orang lain patah tulang hidung dengan sekali pukulan. Dan itulah yang membua...