28. Lost You

2.2K 223 13
                                    

Dan mungkin memang sudah seharusnya seperti ini. Pada akhirnya, gue harus merelakan lo dengan orang lain.”

- Afrodit Nindya -

<<<>>>

Jika biasanya ada seseorang yang duduk di samping Odit saat makan siang, sekarang dia harus makan sendiri. Orang yang biasa lebih mengutamakan piring dan gelas untuk Odit, hari ini tidak masuk kuliah. Meskipun kondisi Ares sudah lebih baik, tapi Bu Alina tidak mengijinkan dia untuk masuk terlebih dahulu. Mungkin takut Ares kembali kambuh, karena langit sudah mendung dari tadi pagi. Karena mereka selalu pergi berdua kemanapun itu, jadi terasa kosong saat Ares tidak ada.

Terlalu asik dengan pemikirannya sendiri, Odit sedikit tersentak saat Haya dan Tata sudah duduk di hadapannya. Mereka berdua tersenyum. Datang ke gedung fakultas Odit karena tahu pasti dia sendirian sekarang.

“Gimana kondisi Kak Ares sekarang?” tanya Haya sambil meletakkan tasnya di atas meja. Nasi goreng dengan telur mata sapi menjadi menu makan siangnya hari ini. Untuk sementara, berhenti dulu mengejar cinta Bima. Sahabatnya lebih butuh dukungan saat ini.

Odit mengernyitkan kening. Perasaan, dia belum memberitahu kedua sahabatnya tentang Ares. Tapi Haya langsung menanyakan kondisi terbaru ares saat bertemu. “Lo tahu dari siapa Ares sakit?” tanya Odit sambil membuka kotak makan siang yang diberikan Bu Alina. Tidak ada jawaban, Haya hanya tersenyum centil sambil sesekali yang mengedipkan kedua matanya. “Kak Bima? Seriusan dia kasih tahu lo tentang Ares?”

“Ya, lumayan ada sedikit peningkatan sih, biarpun gue harus banyak-banyak nyebut,” Haya tersenyum bangga. Bima tidak lagi mengusir keberadaannya saja, sudah merupakan pencapaian yang begitu besar dalam misinya. Bima mau memberitahu kabar Ares saja, Haya sudah senam bukan main. Karena itu artinya, Bima mulai sedikit terbuka padanya. “Gue baru tahu kalau Kak Bima lebih nyeremin dari yang gue bayangin selama ini. Bukan cuma mukanya yang datar, dia ngomong nggak pakai intonasi juga. Sekalinya pakai, malah bentak-bentak gue. Untung sayang.”

Tata geleng-geleng kepala mendengar curhatan Haya. Rasanya lucu saja sahabatnya itu sekarang sudah mulai yang namanya jatuh cinta. Bisa dibilang, Haya itu yang paling telat. Waktu SMA dulu, dia sekedar mengagumi lawan jenis. Tapi sekarang, dia benar-benar berjuang untuk mendapatkan hati Bima. “Yang semangat, Ya. Aku yakin kok, Kak Bima pasti bakalan balik sayang sama kamu.”

“Udah banyak makan hati sampai tahap ini, nggak boleh mundur gitu aja,” jawab Haya dengan begitu menggebu-gebu. Hatinya yang utuh, yang tidak ternodai iri dan dengki, yang tidak pernah patah karena cinta, akhir-akhir ini banyak diuji karena Bima. Alih-alih merasa lelah dan memutuskan untuk berhenti, semangat Haya justru semakin berkobar-kobar. “Balik lagi ke topik. Gimana kondisi Kak Ares?”

“Udah baikan. Wajahnya udah nggak terlalu pucat waktu terakhir gue lihat. Bibirnya juga udah nggak biru-biru lagi. Cuma Tante Alin belum kasih izin buat keluar rumah, apalagi hari ini kayaknya bakal turun hujan.” Odit hanya bisa menahan tawa mengingat wajah memelas Ares yang meminta izin untuk pergi ke kampus. Dia sudah memegang tas, sudah siap dengan setelan jaket tebalnya meskipun tidak mandi. Tapi harus kecewa karena Bu Alina dengan tegas tidak mengizinkannya.

Kepala Tata mengangguk-angguk. Sekarang mereka sudah mulai menyantap makanan masing-masing. “Aku kaget loh waktu tahu dari Haya kalau alergi dinginnya Kak Ares kambuh lagi. Soalnya udah lama banget dari terakhir kali Kak Ares sakit. Sekitar 3 tahun yang lalu kalau nggak salah, waktu kita masih SMA. Itu juga karena nyemplung ke kolam renang malem-malem.”

“Terus, kenapa bisa kambuh lagi kayak gitu, Dit?”

Seketika lidah Odit kalau mendengar pertanyaan Haya. Sejujurnya, dia merasa terganggu mengetahui fakta bahwa Ares bisa dengan begitu mudah meminjamkan jaket pemberiannya pada Vita kemarin. Biarpun memang sudah terbiasa dia bersikap terlalu baik pada orang lain, tetap saja Odit keberatan. Dia hanya merasa kalau nilai jaket itu sudah tidak begitu berharga seperti saat pertama kali memberinya. Dan bahkan, jaket itu masih ada di rumah kosan Vita Sampai detik ini.

Mitologi Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang