35. Kencan Pertama

2.5K 234 18
                                    

Menduakan, berselingkuh, berkhianat. Mau apapun namanya, gue tidak mau peduli. Selama itu sama lo, gue tidak akan menganggapnya sebagai sebuah kesalahan. Karena seperti yang lo bilang, tidak ada yang salah dalam cinta.”

- Afrodit Nindya -

<<<>>>

“SELAMAT PAGIII!” teriak Ares begitu memasuki rumah Bu Lia, ibu dari Bara, sahabatnya yang masih betah tinggal di Belanda. Semua orang tampak langsung menoleh ke arahnya. Turun sedikit, mereka mendapati Ares dan Odit saling memenggam tangan satu sama lain. “Halo, Tante Cantik. Gimana kabarnya? Pasti kangen kan sama Ares? Tenang aja, Tan, seharian ini deh Ares di sini.”

Kening Bu Lia tampak berkerut. Baiklah, Ares memang selalu menjadi yang paling berisik di antara yang lain. Hanya saja, Bu Lia merasa ada yang lain dengan Ares pagi ini. Dia terlihat begitu bahagia. “Kamu menang main game ya, Res? Tante perhatiin dari tadi, kamu sumringah banget.”

Tanpa perlu celingak-celinguk pun, Ares bisa tahu bahwa semua pasang mata sedang memperhatikannya sekarang. Bu Lia, anak The Earsucker, Haya, Tata, dan seseorang yang tadi dia gandeng tangannya. Iya, Ares benar-benar bahagia saat ini. Hari yang dia tunggu selama kurang lebih 2 tahun, akhirnya datang juga. Tapi tidak mungkin dia berterus terang di hadapan semua orang. Belum saatnya, begitu pikirnya.

“Ehehe ... Jelas banget ya Ares seneng gara-gara game, Tan?” Ares bertanya sambil cengengesan. Dia sudah tidak lagi ragu untuk duduk di kursi meja makan, karena rumah ini sudah dia anggap seperti rumah sendiri. Bahkan sekarang, dia sudah mengambil dua buah cupcake yang ada di atas meja. Satu diberikan pada Odit, satunya lagi untuknya. “Bawa berapa lagu entar?”

“Tiga,” singkat Bima. Sebenarnya, dia sudah sangat ingin pindah ke studio. Dia benar-benar risih dengan Haya yang terus memperhatikannya terang-terangan. Bukan hanya itu, Haya juga berulang kali mengedipkan matanya. “Mumpung Ares udah di sini, kita langsung latihan aja. Gue juga sibuk.” Tanpa menunggu yang lain, Bima sudah lebih dahulu bangkit dan berlalu menuju halaman belakang, disusul Rigel dan juga Devon.

Ares memutar badannya, menghadap Odit yang sedari tadi berdiri di sana. “Gue latihan dulu. Kalau bosen, langsung aja ke belakang. Cuma, jangan pernah ngobrol sama Haya noh,” Ares melirik Haya. Dan gadis itu langsung melotot ke arahnya. “Apa lo? Gue cuma lagi protect Nindya dari temen nggak bener kayak lo!”

“Enak aja lo kalau ngomong!” sengit Haya tak mau kalah. Pasalnya, dia tidak merasa memiliki salah di sini. Tiba-tiba saja Ares selalu berusaha menjauhkan Odit darinya. “Pergi sana, jangan males-malesan! Kak Bima lagi sibuk, harus ketemu sama keluarganya abis ini. Hus, hus!”

Mungkin Bu Lia bisa merasa terhibur dengan aksi adu mulut antara Ares dan Haya, tapi lain lagi ceritanya untuk Odit dan juga Tata. Mereka selalu saja seperti ini tiap kali bertemu, bersilat lidah dan tidak ada yang mau mengalah. Bukan hanya itu, mereka juga selalu saling melototi, dan berakhir dengan melemparkan sesuatu ke arah lawan. Seperti sekarang, Ares sudah melemparkan bungkus cupcake ke kepala Haya. Dan kalau tidak ingat maksud kedatangannya ke sini adalah untuk latihan, pasti Ares akan tetap di sana untuk menjabani Haya.

Jadi, sekitar seminggu lagi akan ada perayaan ulang tahun kampus Citaprada. The Earsucker akan tampil sebagai pengisi acara puncaknya, seperti tahun lalu. Karena di rumah Rigel sedang ada papanya, jadi mereka latihan di studio milik Bara. Meskipun dia sedang jauh di Belanda, tapi dua sahabatnya masih memanfaatkan studio Bara. Bahkan, mereka juga rutin membersihkan alat musik yang ada di sana.

“Ya udah, kalian ngobrol aja dulu, ya? Tante mau nonton sinetron dulu,” pamit Bu Lia sambil cekikikan, sedikit malu karena begitu menyukai acara sinetron yang di siarkan salah satu stasiun televisi swasta.

Mitologi Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang