45. Happiness is You

4.5K 291 17
                                    

“I don't need something else. I just need you to stay by my side with love. Forever.”

- Ares and Odit -

<<<>>>

Odit berdiri di ambang pintu, memperhatikan mommy-nya beserta suami membereskan barang-barang mereka ke dalam koper. Sudah terlalu lama mereka tinggal di Jakarta. Jika pekerjaan mereka ditinggal terlalu lama, ancaman dipecat tidak akan bisa dihindari lagi. Kalau mereka tidak punya penghasilan, dari mana Wasa akan makan? Dan dengan setengah hati, Bu Inez dan suaminya harus kembali ke Jogja besok pagi.

“Nanti, kamu harus rajin-rajin ke Jogja, Dit. Kalau kuliah sama kerja kamu libur, kamu jenguk Mommy di Jogja, ya?” pinta Bu Inez, memasukkan mainan-mainan Wasa ke tas khusus. Semenjak tinggal di rumah Odit, Wasa menerima banyak sekali mainan yang dibelikan Odit ataupun Ares. “Ajak Mas Ares juga. Mommy nggak akan tenang kalau kamu harus sama yang lain.”

“Pokoknya, kapanpun kamu datang, Om akan menyambut kamu dengan sangat baik. Karena bagaimanapun juga, kamu sekarang anak Om,” timpal suami Bu Inez sambil tersenyum lembut.

Meskipun wajah Odit saat ini sangat datar, tapi percayalah, hatinya menghangat di dalam sana. Beberapa hari ini, Odit kembali merasakan kasih sayang seorang ibu, beserta seorang ayah meskipun bukan dari ayah kandungnya. Ayah Wasa tidak sungkan untuk memperlihatkan kasih sayangnya pada Odit di depan semua orang. Termasuk menyukainya saat Ares tidak ada atau saat Bu Inez sibuk dengan Wasa. Meskipun sekarang Odit sudah sembuh, suami Bu Inez tidak luntur memperhatikan Odit. Dia juga dekat dengan Ares. Beberapa kali membicarakan masalah game berdua.

Tapi sayang, semua kehangatan itu harus dijeda dulu karena ada kepentingan lain. Sebagai kepala keluarga, suami Bu Inez harus kembali mencari nafkah. Bu Inez juga teringat dengan sekolah Wasa, sudah terlalu lama dia izin. Meskipun setengah hati, Bu Inez dan suaminya harus kembali mengerjakan kewajiban mereka.

Tidak kunjung mendapatkan jawaban, Bu Inez menoleh ke arah pintu. Ternyata, di sana Odit berdiri dengan pandangan mata kosong. Jelas sekali dia sedang melamun. “Bentar, Mas,” ucap Bu Inez pada suaminya. Lalu, berjalan mendekati Odit. “What are you thinking about, Baby?

Yes?” Odit tersadar dari lamunannya. Dia tersenyum tipis. “Nggak. Odit lagi mikirin aja kapan ada waktu libur. Biar bisa cepet-cepet ke Jogja.”

Tangan Bu Inez terulur untuk mengusap rambut panjang putrinya. “Mom minta maaf, nggak bisa nemenin kamu di sini. Mom terikat pekerjaan dan juga sekolah Wasa di sana.” Sangat disayangkan sebenarnya. Baru saja hubungan mereka membaik, Bu Inez malah harus kembali. “Kamu nggak marah sama Mommy, kan?”

“Udah jadi keputusan Odit buat tinggal di sini, Mom. Odit juga punya pekerjaan dan kuliah di sini. It's okay, don't say sorry.” Lalu, Odit meraih tangan mommy-nya. Menggenggam tangan setengah keriput itu dengan penuh kasih sayang. “Lagian, di sini Odit juga nggak sendiri. Ada Ares, ada keluarganya, ada temen-temen Odit. Mereka akan selalu ada saat Odit butuh.”

Bu Inez mengangguk, menyetujui perkataan Odit bahwa dia tidak akan pernah sendiri meski jauh dari orang tua. “I love you so much.

Me too, Mom.

Obrolan mereka harus berhenti dulu karena kedatangan Ares. Di gendongan laki-laki itu sudah ada Wasa yang tertidur. Ares masuk ke kamar Odit dan membaringkan Wasa di atas kasur, sesuai permintaan Bu Inez. Dia melihat ke sekeliling, tepatnya pada koper yang berisi baju-baju keluarga Odit. Rasanya, baru kemarin mereka datang, sekarang harus pergi lagi.

Mitologi Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang