6. Lepaskan Saja

3.3K 315 28
                                    

Lepaskan segala hal yang bisa menyakiti lo. Kalau nantinya terasa kosong, izinkan gue yang mengisi hati lo.”

- Ares Sandehang -

<<<>>>

Tarikan gas di stang motor itu terus dipacu lebih maksimal lagi. Seakan tidak ada kesempatan untuk lawan menyusulnya. Malam ini, dia ingin membuktikan pada siapa saja yang selalu meremehkannya. Menegaskan bahwa dia bukanlah siput seperti yang mereka bicarakan. Dan seperti biasa, siapa saja yang turun ke jalanan, namanya akan digemakan dalam tempo yang teratur. Pekikan gadis-gadis berpakaian minim terkadang membuat telinga sakit. Sejauh ini aman, dari mulai garis start, dialah pemimpin balapannya. Kalau terus seperti itu sampai ke garis finish, malam ini dia bisa makan-makan dengan teman satu geng motor di warung nasi padang langganan mereka.

Yang ada di balik helm warna biru dengan kaca gelap itu adalah wajah Ares. Meskipun dia terbilang jarang turun ke jalanan, tapi itu bukan berarti Ares adalah pembalap amatiran. Dia sudah mengenal dunia balap dari masih SMP. Tapi selama 7 tahun ini, Ares menyembunyikan hobinya dari Bu Alina dan Pak Krisna. Kalau kedua orang tuanya sampai tahu, Ares pasti akan benar-benar dicoret dari kartu keluarga. Sama seperti yang lain, memacu adrenalin di jalanan tanpa penerangan untuk sekedar hobi saja. Untuk mengusir suntuk, atau mengeluarkan emosi yang tertahan.

Begitu motornya sampai di garis finish, ares mengangkat tangan kirinya yang terkepal. Dia ingin menunjukkan pada siapa saja yang selalu meremehkan selama inibahwa dialah pemenangnya. Terutama pada ketua musuh bebuyutan geng motornya, Ivan. Setelah membuka helm dan mencabut kunci motor, Ares melangkah mendekati Rigel. “Kemenangan ini adalah bukti nyata kalau seorang Ares Sandehang bukan siput item kayak yang mereka bilang. Jadi sih, makan gede-gedean malam ini!” Ares melirik Boncel yang sudah membawa sebuah amplop uang dari Ivan. 5 juta, cukup untuk makan sepuasnya.

“Gue pikir, lo bisa jadi loyo karena masalah Odit. Ternyata nggak,” sindir Rigel sambil meninju lengan Ares pelan. Dia tertawa melihat lirikan tajam dari Ares. “Dulu aja, lo bilang ke gue kalau gue pengecut. Lo sekarang apaan, Res?”

“Udah, daripada lo ngomong ngelantur, mendingan sekarang kita langsung cabut. Gue udah laper banget nih, takut warungnya udah tutup juga. Kalau gue kelaperan, terus pingsan, lo mau tanggung jawab?” Ares selalu pintar untuk mengalihkan topik pembicaraan. Bahkan tanpa menunggu Rigel kembali buka suara, Ares sudah beranjak saja dari tempatnya. Dia melirik Ivan yang menatapnya dengan bengis. “Nanti, jangan modal bacot doang. Kelihatan kan siapa yang siput di sini? Sebelum lo nantang gue buat turun lagi, kasih les dulu sama anak buah lo sana! Biar nggak malu-maluin!”

“Gue yang bakal turun buat lawan lo next time. Siap-siap aja dibikin malu,” Ivan masih mempertahankan sikap arogansinya meski sudah kalah telak. Dia itu satu spesies dengan Bara, menjunjung tinggi egonya.

Ares malah terkekeh diancam seperti itu. Dia memainkan kunci motornya sambil geleng-geleng kepala. “Lo salah ngomong kayak gitu sama gue. Coba deh tanya ke orang-orang gimana baiknya buat ngomong sama gue. Biarpun gue kalah, gue nggak peduli. Karena pada dasarnya gue nggak punya rasa malu.”

Seolah-olah tidak bicara hal-hal yang bisa menurunkan harga dirinya, Ares segera menaiki motor dan memakai helm biru yang dibelikan Odit. Gadis itu juga punya helm dengan warna yang sama. Couple item, orang-orang biasanya menyebut seperti itu. Bukan hanya dengan pacar, sahabat juga boleh memiliki barang seperti itu. Apalagi Ares dan Odit, sahabat rasa pacar.

Beberapa motor mengikuti Ares di belakang, membelah jalanan ibu kota yang tidak pernah sepi pengendara. Meskipun jarak arena balapan dengan warung nasi padang langganan mereka terbilang dekat, tapi itu bukan berarti perjalanan yang memakan waktu singkat. Macet, bertemu dengan pedagang kaki lima, serta lampu rambu lalu lintas yang menunjukkan warna merah, bisa menghambat perjalanan mereka. Dan begitu sampai di depan warung nasi padang, mata mereka berbinar saat tahu warung itu belum tutup.

Mitologi Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang