“I could be a princess who loved by everyone. But I can also be a dangerous drama queen for anyone.”
- Afrodit Nindya-
<<<>>>
Odit sangat menyadari sesuatu. Dulu dia sangat ingin bertemu dengan Rayhan, bahkan dia bisa saja marah saat Rayhan lebih mementingkan kepentingan perusahaan keluarganya dibandingkan bertemu dengan Odit. Dia juga sering berandai-andai, seandainya Rayhan bisa mengantar jemputnya pulang bekerja, bisa menemaninya keliling mall untuk mencari lipstik yang cocok bibirnya, atau tiba-tiba menjemput untuk candle light dinner di restoran yang biasa menjadi tempat kencan mereka. Tapi kali ini beda lagi ceritanya. Kalau Odit tidak salah menebak, dia malah kesal saat Rayhan tiba-tiba saja meminta untuk bertemu di kafetaria rumah sakit.
“Ini,” Rayhan meletakkan sebuah paper bag di atas meja. Lalu, dia bergerak untuk membuka dasi yang sedari tadi mencekik lehernya. Dari cara berpakaiannya, Rayhan baru saja pulang dari kantor dan langsung datang ke rumah sakit. “Itu gaun buat kamu.”
“Gaun buat apaan?” kening Odit berkerut. Dia sama sekali tidak bisa mengontrol nada bicaranya yang terdengar ketus barusan. Bahkan, dia juga enggan untuk sekadar menyentuh paper bag gitu dan melihat isi di dalamnya.
Rayhan menghembuskan nafas kasar sambil melepaskan dua kancing kemeja teratasnya. Dia benar-benar lelah. Pemikirannya bisa istirahat sekedar 3 hari hanya angan-angan saja. Apalagi yang dia ketahui dari ibunya, Meilin sedang dalam penerbangan menuju Jakarta. Sepertinya memang tidak cukup hanya sekedar menyiksa Rayhan selama 2 bulan lamanya di Shanghai. Bu Mika masih memiliki ambisi untuk menjodohkan putranya dengan Meilin. Dan datang kerumah sakit malam-malam begini adalah bentuk pemberontakan yang Rayhan siapkan.
Dengan guratan penuh lelah, Rayhan berusaha untuk tersenyum. “Besok bakalan ada makan malam spesial di rumah. Dan aku mau bawa kamu, aku mau memperkenalkan kamu ke orang tuaku.”
Nafas Odit tercekat seketika. Siapa yang tidak kaget tiba-tiba ditodong seperti ini? Siapapun pasti tahu bahwa Keluarga Zhang bukankah keluarga ecek-ecek. “Makin ke sini, kamu makin suka sama segala sesuatu yang serba mendadak, ya?” sarkas Odit tidak bisa lagi menahan diri. “Kamu pergi ke Cina mendadak, pulang dari sana juga mendadak, dan kamu juga mau memperkenalkan aku ke keluarga kamu secara mendadak. Kamu tahu pasti, aku nggak suka ada di posisi kayak gini. Tapi kenapa kamu ngelakuin ini berulang kali, Rayhan?”
Rayhan segera bergerak untuk menggenggam tangan Odit. Ada perasaan bersalah di dalam lubuk hatinya. Tapi ini masalah keadaan yang tidak mengizinkan Rayhan untuk memberitahu Odit terlebih dahulu. Keadaan yang menuntutnya untuk melakukan segala sesuatu secara mendadak, meskipun tahu Odit sangat tidak menyukainya. “Aku benar-benar minta maaf kalau ini semua bikin kamu nggak nyaman. Aku sama sekali nggak ada maksud untuk memberitahu segala sesuatunya secara mendadak. Acara makan malam itu juga diadakan secara mendadak, keputusannya baru tadi sore.”
“Kalau kayak gitu, aku nggak bisa nemenin kamu ke acara makan malam keluarga kamu. Aku belum siap buat ketemu sama orang tua kamu,” tegas Odit. Selain mengetahui keluarga mereka yang derajatnya berada jauh di atas, Odit juga berfikir tidak ada alasan spesifik saja untuk menghadiri makan malam itu. Hubungannya dengan Rayhan belum terlalu lama. Belum lagi dengan hatinya yang kini sudah berpindah.
“Kamu harus hadir di acara makan malam itu. Aku bener-bener butuh kehadiran kamu di sana,” Rayhan tidak mau kalah dengan Odit. Dia mengeratkan pegangannya di tangan Odit. “Karena besok, akan ada wanita yang selama ini aku hindari. Dia wanita yang selama ini dijodohkan sama aku. Tapi aku nggak pernah suka sama dia, aku sama sekali enggak ada perasaan apa-apa buat dia. Aku cuma sayang sama kamu, cuma cinta kamu, Dit.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mitologi Cinta [Tamat]
Художественная прозаSpin of 'Jurnal Tentang Kamu' dan 'Rasi Rasa'. Seperti yang dikisahkan dalam mitologi Yunani, Ares adalah Dewa Perang. Kekuatan yang ada di kepalan tangannya mampu membuat orang lain patah tulang hidung dengan sekali pukulan. Dan itulah yang membua...