Ayodong, jangan pelit vote sama komennya, biar semangat up nih.
<<<>>>
“Selain status kita yang sekedar sahabat, ada hal lain yang membuat gue lebih memilih bungkam. Karena lo punya orang lain.”
- Ares Sandehang -
<<<>>>
Dengan nafas yang terengah-engah, semua orang langsung turun dari panggung. Jam di dinding menunjukkan pukul 10 malam, tapi mereka masih berada di salah satu kafe Jakarta. Bukan untuk nongkrong, tapi untuk tampil di sama seperti biasanya. Tidak bisa dibilang bekerja juga, karena mereka tidak mendapatkan bayaran. Memang begitu, mereka tampil di kafe D'Star bukan untuk mendapatkan uang, tapi untuk memanfaatkan wadah yang ada suapaya bisa menuangkan bakat mereka. Itu juga merupakan kafe milik pacar Rigel, Nilam. Mereka rela berada di sana sampai malam supaya bakat mereka diketahui orang lain, supaya mereka bisa mengekspresikan diri saja. Kalau ada acara di Citaprada, pasti mereka akan menjadi bagian dari puncak acara itu.
Vokalisnya adalah Bimantara Dional, biasa dipanggil Bima. Satu angkatan dengan Rigel dan Ares, calon seorang dokter. Suara berat, mata belo, lengkap dengan bibir seksi yang membentuk hati saat tersenyum. Tapi sayang, Bima sangat jarang senyum, cenderung menampilkan wajah datar dan tidak banyak bicara. Hanya hal-hal penting yang akan keluar dari mulutnya. Dia tidak semenonjol anggota yang lain. Bergabung dengan The Earsucker pun dipaksa Devon, pemegang keyboard.
Devon Arsenio, sama gilanya dengan Ares. Anak Sastra Indonesia, calon pujangga kelas kakap di masa yang akan datang. Mata yang membentuk bulan sabit saat tersenyum, wajah mulus mengalahkan kulit cewek, dengan segala keanehannya yang tidak diketahui orang lain. Melepaskan celana saat kesal, senang mengganggu orang yang ada di toilet, dan bersandar di bahu lebar Rigel layaknya seorang gadis. Mulutnya yang sama bawel dengan Ares sering menjadi alasan Devon menerima pukulan dari Bima.
Rigel masih di posisi bassis, dan Ares paling belakang, sebagai drumer.
“Lo ngehajar anak S2, Res?” tanya Devon sambil berusaha mengatur nafasnya yang masing terangah-engah. Mereka akan tetap di sana sampai kafe benar-benar tutup.
Dengan senyum yang menyeringai, Ares menoleh ke arah temannya itu. “Gila, udah tersebar ke semua fakultas Citap?” Ares tersenyum miring. Setiap kali dia membuat wajah seseorang bonyok, hampir semua mahasiswa dan dosen tahu. Untungnya, tidak pernah berakhir di ruang dekan. Karena tentu saja, bukan tanpa alasan Ares menghajar orang-orang itu. Dia akan bertindak kalau sudah diusik. “Tuh orang cari masalah sama gue. Kurang ajar sama Nindya. Ternyata anak baru, pantesan nggak tahu siapa gue.”
Jangan aneh dengan panggilan Ares terhadap Odit, hanya dia yang memanggil gadis itu dengan nama belakangnya. Dan, tidak boleh ada yang memanggil Odit dengan cara yang sama. Itu semacam hak paten Ares terhadap Odit. Kalau ada yang berani melanggar, pasti sudah kabur duluan melihat rahang Ares yang mengeras. Awalnya aneh, tapi sudah biasa. Justru akan aneh jika Ares memanggil Odit dengan cara yang sama dengan orang lain. Dia akan seperti itu kalau sudah marah pada Odit.
“Udah kayak binatang lo. Tiap ada masalah diberesin pake otot,” celetuk Bima tanpa beban. Celetukannya itu membuat Rigel dan Devon langsung tertawa di depan wajah Ares yang sedang melongo. Beginilah Bima, lidahnya lebih berbahaya daripada milik Ares. Dia selalu berhasil membuat targetnya benar-benar tidak bisa berkutik.
Ares berdeham, dia benar-benar syok dengan apa yang keluar dari mulut Bima. Gila, dia disamakan dengan binatang? Bima sudah mirip Rigel saja. “Gimana ya, Bim? Gue tuh nggak bisa lagi berpikir jernih kalau udah menyangkut Nindya. Ya, bawaannya pengen ngehajar orang-orang yang ngusik dia aja. Apalagi si Daniel ini, udah kurang ajar banget. Pake fotoin kak--” Ares langsung bungkam, tidak sanggup melanjutkan kaliamatnya. “Ya, pokoknya kalian tahu lah alesan gue ngehajar dia. Lo pikir, sama orang yang otaknya nggak bener gitu, masalahnya bisa diberesin baik-baik?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mitologi Cinta [Tamat]
General FictionSpin of 'Jurnal Tentang Kamu' dan 'Rasi Rasa'. Seperti yang dikisahkan dalam mitologi Yunani, Ares adalah Dewa Perang. Kekuatan yang ada di kepalan tangannya mampu membuat orang lain patah tulang hidung dengan sekali pukulan. Dan itulah yang membua...