26. Penolakan Tegas

2.1K 216 17
                                    

"Sombong, jual mahal, tidak bersyukur. Gue tidak mau peduli dengan apa yang orang lain bilang. Kalau kenyataannya gue tidak bisa menerima orang lain, -selain lo, masa gue harus pura-pura?"

- Ares Sandehang -

<<<>>>

Vita benar-benar mati kutu sekarang. Bergerak enggan, bernafas pun rasanya sesak. Kedua kakinya tidak berhenti bergerak di bawah sana, jemari tangannya juga saling menautkan diri. Yang terdengar hanya alunan musik serta suara rintik hujan dari luar sana. Berulang kali dia melihat ke luar jendela, lalu melirik seseorang yang ada di sampingnya. Dari semua itu, yang jelas, Vita benar-benar bahagia saat ini.

"Wah, kayaknya bakalan banjir nih," monolog Ares sambil melihat ke luar mobil. Kendaraan yang ada di depannya berebut jalan supaya bisa tiba di tujuan masing-masing dengan cepat. Bukan hanya roda empat, banyak juga pengendara motor tanpa jas hujan. "Daerah kos lo nggak rawan banjir, kan?"

Hampir saja Vita tersedak ludahnya sendiri saat ditodong Ares tiba-tiba. Dia sibuk menetralkan degupan jantungnya, nafasnya saja tersendat-sendat. Terlalu bahagia untuk bisa duduk di samping Ares di dalam mobil seperti sekarang, hanya berdua. Belum lagi dengan jaket bomber yang menyelimuti tubuhnya saat ini. "Aman kok, Kak. Dari awal masuk udah di sana. Alhamdulillah nggak pernah jadi korban banjir." Dan sekarang, Vita harus menggigit pipi bagian dalamnya saat laki-laki itu menatapnya. Meskipun sekedar sebagai kesopanan saat mengobrol, tetap saja berhasil memporakporandakan hatinya.

"I will never stop trying. I will never stop watching as you leave," ucap Ares mengikuti lagu yang sedang diputar. Bedanya, dia menggunakan nada datar, tanpa alunan di dalamnya. Matanya tajam melihat kesibukan yang ada di depannya, menunggu lampu rambu lalu lintas segera menyalakan warna hijau. "I will never stop losing my breath. Every time I see you looking back at me."

"Aku baru tahu kalau selera Kak Ares ternyata lagu jadul kayak gini. Kirain tuh lagu band jaman sekarang," Vita berusaha mencari topik pembicaraan. Karena tidak mungkin hanya ada kesunyian yang menyelimuti mereka. Waktu 15 menit menuju kosannya akan lebih lama karena kondisi jalanan yang macet serta hujan yang masih lebat. Kalau hanya mendengarkan musik, Vita tidak akan bisa menolong dirinya sendiri untuk tidak baper.

Ares mengalihkan pandanganya dari kesibukan jalanan, melirik Vita yang sedari tadi banyak memperhatikannya. Meskipun lewat sudut mata, Ares sangat yakin bahwa gadis itu banyak curi-curi pandang. "Selera gue era pertengahan sih. Bukan yang jadul, bukan yang band baru juga. Greenday, Paramore, Maroon 5. Semua lagu jadul yang kita dengerin dari tadi tuh lagu kesukaannya Nindya. Cuma akhirnya gue jadi suka juga." Ares langsung melipat bibirnya saat melihat perubahan ekspresi Vita. Dia salah bicara, ya? "Emm, sorry. Gue sama sekali nggak ada maksud bikin lo sakit hati."

Vita berusaha untuk tersenyum tulus, tapi pasti malah terlihat jelas bahwa dia memaksakan. "Nggak apa-apa kok, Kak." Vita mengalihkan pandangannya ke depan. Mereka harus menunggu sekitar 3 menit lagi untuk kembali bergerak. Lagu ini selesai, kemudian akan terdengar lagu kesukaan Odit yang lainnya. "Kalian pacaran ya, Kak? Maksud aku, Kak Ares sama Afrodit," Vita kembali menoleh ke arah Ares, mereka kembali bertukar pandang.

Seketika, Ares dilema. Tidak akan sulit untuk mengungkapkan fakta status apa yang sebenarnya ada antara dia dan Odit. Meskipun Ares membencinya, mereka teteaplah hanya sepasang sahabat. Tapi, Ares juga tidak mau memberikan harapan pada Vita, karena dia tidak akan bisa memenuhi harapan itu. Bu Alina selalu berpesan supaya Ares tidak boleh sekalipun menyakiti hati seorang wanita. Karena mereka adalah makhluk dengan derajat tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan para laki-laki. Ares juga punya adik perempuan. Dia tidak akan rela Athena sakit hati karena seorang pria di kemudian hari.

Mitologi Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang