“Gue sudah terbiasa dengan semua hal tentang lo. Suara lo, senyum lo, wajah cantik lo. Jadi, saat lo hilang, yang gue rasakan hanya kehampaan.”
- Ares Sandehang -
<<<>>>
Dengan langkah tergesa-gesa, Ares berjalan kembali menuju ruangan The Earsucker yang ada di backstage. Bahkan bukan sekedar berjalan, Ares setengah berlari. Sebisa mungkin dia mengatur langkah cepatnya itu, supaya tidak menabrak orang-orang di depannya. Dia juga tidak mempedulikan Tata yang mengekorinya di belakang. Yang sekarang berkemelut di otak Ares adalah keadaan Odit. Gelang itu putus. Sudah sangat cukup menggambarkan keadaan Odit.
“Lho, Kak Rayhan di sini juga?”
“Iya, Ta. Saya diundang sebagai alumnus.”
Mendengar suara itu, Ares langsung menghentikan langkahnya. Tangannya terkenal kuat. Dia berbalik, menatap tajam laki-laki yang menggunakan jas formal untuk pementasan seni kampus. Lalu, Ares melangkah, mendekati Rayhan dan Tata. Dalam 1 detik, dia memukul keras rahang Rayhan, membuat semua orang kaget melihat kejadian itu.
“Di mana Nindya?!” Tidak hanya memukul, Ares juga menarik kerah kemeja Rayhan. Dia puas melihat sudut bibir laki-laki itu robek hingga berdarah. “Kasih tahu gue! Ke mana lo bawa Nindya?!”
Semakin Rayhan berusaha untuk melepaskan cengkeraman Ares, semakin kuat cengkeraman itu. Dia bisa menyesap rasa asin di lidahnya. “Apa maksud lo, hah? Lo tiba-tiba pukul gue, terus nanya di mana Odit? Seharusnya dia sama lo, kan?” Rayhan balik bertanya, ikut melemparkan tatapan tajam. “Gue yakin, Odit udah bilang kalau antara kita udah nggak ada apa-apa lagi. Terus, kenapa lo malah nanya gue?”
“Anjing!” maki Ares sambil mendorong kuat tubuh Rayhan, melepaskan cengkramannya. Ares bisa membaca mata Rayhan, laki-laki itu sepertinya memang tidak tahu di mana Odit. “Nindya hilang.” Ares berkacak pinggang. Dia tahu, Rayhan akan menganggap dirinya tidak becus menjaga Odit. Tapi, semakin banyak yang tahu Odit hilang, akan semakin banyak yang mencarinya.
“Apa maksud lo? Odit hilang?” Kening Rayhan berkerut. Meski hubungannya dengan wanita cantik itu sudah berakhir, bukan berarti dengan perasaannya. Rayhan masih sangat mencintai Odit.
Tata membaca situasi. Ares tidak akan mampu menjawab pertanyaan Rayhan barusan. Dia bergerak maju selangkah. “Iya, Kak, Odit hilang. Tadinya dia sama aku, cuma pisah karena dia mau ke backstage. Tapi ternyata, Odit juga nggak pernah datang ke backstage. Dan tadi, waktu kita mau cari dia, Kak Ares nemuin gelang punya Odit. Di atas tanah, dalam keadaan putus.”
Sontak saja mata Rayhan langsung menuju tangan Ares. Dan ternyata benar, di sana ada sebuah gelang berbahan kulit dengan keadaan memprihatinkan. Kotor dan juga putus. Dari yang dia perhatikan, seperti putus karena tarikan tangan yang kuat, bukan karena menggunakan gunting atau semacamnya. Dan tidak bisa dipungkiri, dada Rayhan berdenyut sakit saat melihat ukiran nama di Odit dan Ares di gelang itu.
Ternyata, bukan hanya karena Rayhan yang tidak bisa memberikan apa yang Odit mau selama ini. Tapi juga karena hati Odit sudah berpindah ke lain hati.
“Ada orang yang kalian curigai?” tanya Rayhan setelah beberapa saat termenung sendiri.
“Nggak--”
“Ada,” sahut Ares, memotong ucapan Tata. Ares bisa melihat bahwa Tata terkejut dengan pernyataannya. “Waktu tadi pagi gue antar Nindya ke kelasnya, gue lihat ada cowok yang merhatiin dia dengan cara pandang yang beda. Dan gue tahu, dia cowok yang sama yang pernah nembak Nindya, tapi ditolak. Tapi gue nggak tahu siapa namanya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mitologi Cinta [Tamat]
General FictionSpin of 'Jurnal Tentang Kamu' dan 'Rasi Rasa'. Seperti yang dikisahkan dalam mitologi Yunani, Ares adalah Dewa Perang. Kekuatan yang ada di kepalan tangannya mampu membuat orang lain patah tulang hidung dengan sekali pukulan. Dan itulah yang membua...