16. Say I Love You

2.5K 240 17
                                    

Maaf, gue selalu jadi pencundang untuk urusan perasaan. Maaf karena gue hanya bisa mengungkapkan semuanya dengan cara yang tidak akan lo ketahui. Karena dengan cara itu lo akan tetap bertahan di samping gue.”

- Ares Sandehang -

<<<>>>

Sungguh, ini masih terlalu pagi untuk Odit terlibat dalam sebuah masalah. Apalagi, jika itu menyangkut dua orang terdekatnya. Dua mobil dengan brand yang berbeda sudah terparkir di depan rumah Odit. Dia harus menarik udara dalam-dalam sebelum akhirnya melangkah mendekati mereka berdua. Keduanya tersenyum, terlalu lebar sampai terlihat konyol. Dan begitu Odit berada di depan pagar rumahnya, mereka berdua bergerak membukakan pintu untuknya secara bersamaan.

“Kayaknya bakal lebih baik kalau naik taksi aja,” ucap Odit sambil mengambil ponsel dari tasnya. Dua laki-laki itu tidak tinggal diam, mereka bergerak menahan tangan Odit. Bahkan Ares, dia sudah mengantongi ponselnya. “Kalian berdua kenapa harus kayak gini sih? Udah mirip bocah, tahu nggak?”

“Kayaknya Rayhan harus cepat-cepat ke kantor deh, Nin. Pasti kelamaan kalau harus nganterin lo ke kampus dulu. Mending sama gue aja, kita kan emang satu arah. Satu tujuan, menuju kebahagiaan bersama.” Ares memulai bujuk rayunya. Dia sendiri kaget saat melihat mobil Rayhan ikut parkir di depan rumah sahabatnya. Ternyata laki-laki itu bersungguh-sungguh ingin bersaing dengan Ares. Dan Ares tidak akan tinggal diam, dia percaya kalau statusnya dengan Odit akan berubah menjadi apa yang dia inginkan suatu hari nanti.

Rayhan maju selangkah, membuat tubuh Ares terhalangi olehnya. “Aku udah bela-belain datang ke sini buat nganterin kamu ke kampus loh, Sayang. Masa kamu tega sama aku, nggak mau berangkat bareng aku?” Rayhan menerima tantangan Ares. Dia memasang wajah sememelas mungkin, berusaha mendapatkan simpati agar Odit memilihnya. “Yuk, ikut aku aja.”

Sarapan yang disantap Odit pagi ini sama seperti pagi-pagi sebelumnya, selembar roti selai kacang juga segelas teh chamomile. Tapi energinya langsung terkuras habis begitu sampai di depan pagar rumah, berhadapan dengan dua laki-laki aneh dalam waktu yang bersamaan. Seperti katanya beberapa saat yang lalu, mereka berdua seperti dua bocah laki-laki yang memperebutkan guru TK favorit mereka. Apalagi dengan senyum lebar yang menakutkan seperti sekarang, Odit tidak habis pikir.

Pelan tapi pasti, Odit memutar tangannya sehingga pegangan mereka terlepas. “Kalian itu sebenarnya kenapa sih? Kenapa tiba-tiba berlomba buat nganter ke kampus kayak gini? Kalian ada masalah?” Secara bersamaan, kepala Ares dan Rayhan menggeleng seketika. Dan itu membuat Odit semakin kesal. “Ya udah, kalau kalian nggak mau kasih tahu. Kalian berdiri aja di sini sampai malam!”

Melihat Odit melangkah meninggalkan tempatnya berdiri, Rayhan langsung bergerak cepat. Dia mengangkat tubuh Odit dengan begitu mudah, membawanya menuju mobil dan meninggalkan Ares yang tidak berbuat apa-apa. “Jangan berontak, nanti kepala kamu kepentok. Nurut aja sama aku, nggak bakalan aku culik kok.” Odit menurut, berhenti berontak saat Rayhan hendak mendudukkannya di samping kursi kemudi. Dengan cepat, laki-laki itu memutar dan kini duduk di sampingnya. “Sekarang, pakai sabuk pengamannya.”

Odit menatap Rayhan dengan penuh ketidakpercayaan. Baru saja, laki-laki itu memaksakan kehendaknya. Tapi tangan Odit bergerak memakai sabuk pengaman. “Ray, aku nggak suka diperlakukan kayak gini. Aku nanya ada apa di antara kalian, tapi kalian nggak mau jawab. Dan sekarang, kamu paksa aku buat ikut kamu. Kalian nggak lagi berlomba buat dapetin aku, kan?”

Of course no, 'cause you are mine,” jawab Rayhan sambil tersenyum. Dia tahu, bukan jawaban seperti itu yang Odit inginkan. Tapi tidak mungkin Rayhan membenarkan pertanyaan Odit. Bisa-bisa, kekasihnya itu melompat dari mobil sekarang juga. “Aku cuma mau nganterin kamu ke kampus, apa yang salah dengan itu? Ares udah sering selama ini, sekarang giliran aku dong. Lagipula, aku pacar kamu.”

Mitologi Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang