15. Saling Membenci

2.4K 239 16
                                    

Cinta bukan hanya bisa membuat manusia menjadi buta dan tuli, tapi juga bisa membuat manusia menjadi makhluk paling bebal di muka bumi. Gue adalah salah satu buktinya, yang bodoh karena terus mengharapkan lo.”

- Ares Sandehang -

<<<>>>

Dari tempatnya duduk, yang berjarak sekitar 10 meter, Ares terus memperhatikan sesi pemotretan Odit yang saat ini diselenggarakan secara outdoor. Pandangan matanya begitu fokus, terkesan tajam pada laki-laki yang berulang kali meminta Odit untuk berganti gaya. Sayang seribu sayang, fotografer acara kali ini bukanlah Farzan. Ares lupa namanya siapa. Yang jelas, ini adalah kerjasama pertama dengan Odit.

Ayesha berniat untuk membuat buku dokumentasi para model yang ikut berpartisipasi di acara JF3, model-model yang menggunakan karyanya nanti. Untuk sekarang, mereka hanya menggunakan kemeja putih lengan panjang yang disatukan dengan celana jeans. Make up yang digunakan tidak terlalu tebal, terkesan natural. Supaya bisa terlihat dengan jelas perubahan sebelum dan sesudah menggunakan kebayanya nanti. Dan 2 hari setelah pemotretan ini, Odit juga harus mengikuti pemotretan produk make up yang nanti akan digunakan di acara JF3.

“Kamu pacarnya Odit, ya?” tanya seseorang sambil duduk di samping Ares. Namanya Gita, satu agensi dengan Odit. Umurnya 24 tahun, sudah 5 tahun berkecimpung di dunia modeling. “Ngeliatin fotografernya kayak gitu amat. Kayak orang yang mau ngebunuh.”

Ares menggaruk tengkuknya. Dia tersenyum tipis karena kegiatannya baru saja dipergoki oleh orang lain. Dia juga tidak bisa menahan diri, matanya melotot tanpa diminta. “Bukan sih, Mbak. Buat sekarang, saya cuma sahabat yang merangkap jadi road manager-nya Nindya. Nggak tahu kalau besok. Kalau mbak nanya lagi, anti saya jawab. Siapa tahu berubah status,” jawab Ares ke mana-mana. Tapi dia berhasil membuat Gita tertawa lumayan kencang.

“Semua orang yang di sini ngira kamu pacarnya Odit loh. Interaksi kalian kelihatan beda aja. Kayak bukan sepasang sahabat, lebih ke sepasang kekasih.” Memang begitu adanya, para model membicarakan mereka berdua di belakang. Saling bertanya satu sama lain apakah laki-laki yang datang bersama Odit adalah pacarnya. Karena jujur, mereka berdua tampak serasi.

Sayang sekali, pembicaraan mereka harus terhenti karena Odit sudah selesai. Gadis itu berjalan menghampiri keduanya sambil tersenyum penuh arti. “Gila, yang udah mandi pagi-pagi, ternyata berhasil bikin Mbak Gita tertarik buat ngobrol sama lo,” goda Odit pada Ares. “Jangan mau sama Ares, Mbak, orangnya jarang mandi loh. Terus makannya banyak, udah mirip kingkong. Kalau lagi nyebelin, pasti bikin asam lambung Mbak Gita naik.”

Gita terkekeh melihat aksi Odit barusan. Dia sedikit kaget sebenarnya, karena Odit bukanlah tipikal orang yang akan memulai candaan. Bahkan dia adalah orang yang suka menghindari kerumunan orang-orang yang sedang mengobrol. Kalau ada hal yang perlu dibahas di kantor dengan Pak Amir secara langsung, Odit lebih memilih menyibukkan diri dengan ponselnya dibandingkan bergabung bercengkrama dengan model yang lain. Tidak sedikit orang-orang yang menganggap bahwa Odit sombong dengan karakternya yang seperti itu.

“Justru Mbak duduk di sini buat nanya, Ares pacar kamu atau bukan. Soalnya, kamu kelihatan bahagia banget waktu sama dia,” jawaban Gita sukses membungkam Odit. Kemudian dia berdiri, tahu kalau sekarang gilirannya. “Sahabat jadi pacar juga banyak kok, nggak ada salahnya kalian nyoba.”

Odit menatap kepergian Gita dengan senyum di bibirnya. Dia hanya berpikir bahwa ucapan Gita barusan lucu. Apanya yang perlu dicoba? Mereka tidak seperti yang orang lain pikirkan. Kemudian, Odit duduk di kursi yang tadi ditempati seniornya. “Mbak Gita emang terkenal hangat di kalangan model Future. Dia yang paling senior, jadi udah kayak ibu semua orang. Orang yang perhatian, hangat, terus kayak mengayomi junior banget.”

Mitologi Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang