37. Sebuah Rencana

2K 214 17
                                    

Gue memang cinta sama lo, gue sangat berkeinginan untuk memiliki lo secara utuh. Secara perasaan juga status. Tapi, itu bukan berarti gue mau menempatkan lo dalam bahaya.”

- Ares Sandehang -

<<<>>>

“Aku kangen banget sama kamu,” ucap Rayhan sambil mengeratkan pelukannya di tubuh Odit. Entah sudah berapa kali dia berkata seperti itu. Sepertinya dia tidak akan pernah bosan untuk mengungkapkan perasaan hatinya, betapa ia merindukan Odit.

Begitu segala urusan di Shanghai selesai, Rayhan langsung memesan tiket pesawat tercepat menuju Jakarta. Dia sudah membuktikan kepada orang tuanya bahwa dia bisa menyelesaikan segala masalah perusahaan di Shanghai dalam waktu yang relatif singkat, hanya 2 bulan. Selama ini, dia bekerja siang dan malam, tidak mempedulikan pola makan ataupun tidurnya yang berantakan, hanya supaya bisa pulang ke Indonesia secepatnya. Dan begitu landing di Bandara Soekarno Hatta, Rayhan langsung menuju rumah sakit, untuk menemui pujaan hatinya.

Odit berusaha untuk melepaskan pelukan Rayhan. Tapi semakin dia berusaha, justru pelukan itu akan semakin mengerat. “Ray, ini tempat umum. Nggak enak tahu, kita diliatin semua orang dari tadi.” Odit hanya bisa menganggukkan kepalanya kepada suster yang baru saja lewat sambil tersenyum penuh arti. Dia tidak suka mengumbar kemesraan di depan umum seperti ini, apalagi di koridor rumah sakit. “Ray, please.”

Dengan berat hati, Rayhan akhirnya melerai pelukan itu. Dia sudah mau protes dengan sikap Odit yang terbilang tidak pengertian akan rasa rindunya, tapi batal saat melihat gadis itu tersenyum manis. “Kamu kangen sama aku?” Meskipun hanya dijawab dengan anggukan kecil, tapi itu sudah sangat cukup untuk membuat Rayhan merasa senang. “Aku tinggal 2 bulan, pipi kamu lumayan ngembang,” Rayhan mencubit pipi Odit dengan gemas. Secara kasat mata, hanya itu yang berubah dari kekasihnya.

“Kamu kok tahu aku ada di sini? Siapa yang ngasih tahu?” Odit bertanya dengan penuh hati-hati. Dia hanya bingung, siapa yang menjadi informan untuk Rayhan. Karena biasanya, Rayhan selalu menanyakan Odit pada Ares. Tapi di situasi seperti ini, rasanya tidak mungkin Ares mau memberitahu Rayhan tentang keberadaannya. Apalagi saat Ares menatap tidak suka kebersamaan odit dan Rayhan beberapa saat yang lalu.

“Aku nanya sama temen kamu yang namanya Haya itu. Dia bilang kamu ke rumah sakit,” jawab Rayhan sambil terus saja memperhatikan setiap lekukan wajah Odit. Wajah ini yang dia rindukan, sentuhan di kepala yang seperti ini yang dia rindukan, juga kedamaian seperti ini yang yang dia rindukan. Rayhan bersumpah, tidak ada satu haripun yang dia lewati tanpa memikirkan Odit. “Katanya, kamu ke sini buat nungguin operasi adik kamu. Adik kamu atau adiknya Ares? Kamu selama ini nggak punya adik, kan?”

Kepala odit mengangguk. Dia memang tidak punya adik. Tapi selama ini, Athena dan Aether sudah seperti adik untuk odit. Lalu tiba-tiba, Tuhan mengirim Wasa untuk menjadi adiknya secara sah. “Namanya Wasa, dia anak sambung mommy aku. Mereka datang ke sini sekitar seminggu yang lalu, emang sengaja untuk operasi pengangkatan kanker di ginjal Wasa.” Odit mengambil nafas dalam-dalam, lalu menurunkan tangannya yang sedari tadi sibuk memainkan rambut Rayhan. “Karena dia anak sambung dari mommy aku, dia adik aku juga, kan?”

“Tunggu, jangan bilang kalau perempuan yang tadi pelukan sama kamu di kafetaria itu ... mommy kamu?” Rayhan langsung menepuk jidatnya saat Odit mengangguk sebagai jawaban. “Aku harus gimana sekarang? Pasti mommy kamu mikir yang nggak-nggak tentang aku. Aku tadi langsung nyelonong peluk kamu, tanpa permisi sama mommy kamu.”

It's okay. Maybe she knows that you are my ...,” ucapan Odit berhenti seketika, dia tidak tahu apakah harus melanjutkan kalimat itu atau tidak. Mungkin secara status, Rayhan masih menjadi pacarnya. Tapi untuk urusan hati, Ares pemenangnya.

Mitologi Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang