“Lo memang sempurna, tidak ada yang perlu gue pinta dari lo. Tapi kali ini gue minta tolong. Tolong, jangan bersedih karena sesuatu yang tidak pantas membuat lo sedih. Tolong ingat, ada gue di samping lo, yang selalu siap membahagiakan lo.”
- Ares Sandehang -
<<<>>>
“Kenapa harus mendadak kayak gini, Ray?” tanya Odit dengan suara yang begitu lemah. Bahkan matanya sudah berkaca-kaca, wajahnya juga sudah memucat. Bagaimana mungkin dia baik-baik saja ketika Rayhan berkata bahwa dia harus terbang ke Cina besok pagi?
“I'm so sorry,” dan hanya itu yang bisa Rayhan berikan sebagai jawaban. Tidak mungkin dia berkata bahwa semua ini adalah kehendak mamanya yang ingin memisahkan mereka, bukan?
Kemudian Rayhan mengalihkan pandangannya tepat ke depan. Di sana, di depan studio, Ares sedang mengawasi gerak-geriknya dengan mata yang begitu tajam. Ares duduk tegap di kursi plastik dengan jari telunjuk tangan kanan mengetuk-ngetuk meja yang disampingnya dengan tempo yang teratur. Sudah lebih dari 5 menit, Ares tak pernah sedetik pun mengalihkan pandangannya dari mobil Rayhan. Dan dalam waktu sesingkat itu, Rayhan merasa dicekik setiap detiknya saat melihat wajah Odit yang terluka. Tapi dia tidak punya pilihan selain pergi, dia tidak mau Odit celaka karena orang tuanya sendiri.
Nafas Odit sudah tidak karuan, badannya juga sudah sangat lemas. Tidak ada angin tidak ada hujan, tanpa ada masalah, Rayhan memberikan kabar sebesar ini sehari sebelum kepergiannya. “Besok adalah hari terakhir aku beri kamu kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita. Tapi kamu malah pergi, Ray. Dan sekarang, kamu lagi pamitan sama aku beberapa jam sebelum kamu pergi. Kamu keterlaluan, tahu nggak?”
Ya, Rayhan sangat tahu kalau dia berbuat terlalu jauh untuk menyakiti kekasihnya sendiri. Tapi inilah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Odit, dengan dia pergi jauh, menuruti keinginan mamanya. Karena bagaimanapun juga, mengenyampingkan status anak dan orang tua, Bu Mika adalah sosok yang menakutkan. Rayhan tidak bisa membiarkan mamanya sendiri menghancurkan karir orang yang dia cintai. Odit didepak dari Future Entertainment, dia kehilangan pekerjaan, bagaimana dengan hidupnya? Rayhan tidak kuasa melihat kekasihnya sendiri hancur.
“Aku ngelakuin ini semua buat hubungan kita. Baik sekarang maupun nanti, aku tetap harus pergi ke Shanghai. Bukannya lebih cepat lebih baik? Kalau aku pergi sekarang, kita bisa ngabisin waktu bareng-bareng ke depannya.” Rayhan kembali memusatkan atensinya pada Odit. Hatinya berdenyut sakit saat melihat pipi gadis itu sudah basah karena air mata. “Aku janji aku akan kembali secepatnya. Begitu urusan aku selesai di sana, tempat pertama yang akan aku datangin itu kamu.”
“Nggak usah kamu sebut kepergian kamu ini buat hubungan kita. Kalau kamu berpikir kayak gitu, harusnya kamu sudah bilang dari dulu. Harusnya kamu kasih waktu aku buat ngerti keadaan kamu, buat percaya sama kamu. Tapi apa? Kamu malah kayak gini, baru bilang di hari terakhir kamu di Jakarta.” Odit melirik tajam Rayhan dari sudut matanya. “Kamu emang nggak pernah anggap aku penting dalam hidup kamu, dari dulu.”
Rayhan langsung memegang kedua bahu Odit, memaksa tubuh gadis itu untuk lurus menghadapnya. “Please, Dit. You are the most important part in my life. I love you, really love you. Aku mohon, percaya kalau aku nggak bisa hidup tanpa kamu.”
“Aku nggak tahu aku harus percaya sama kamu atau nggak. Karena selama ini kamu nggak pernah mengambil tindakan yang kamu mau untuk hubungan kita. Bahkan saat bareng aku, kamu masih membawa-bawa status sebagai CEO Zhang Corporation. Sementara aku cuma cewek biasa, cewek yang cinta sama kamu dan pengen dicintai sama kamu.” Odit berusaha melepaskan diri dari cengkraman Rayhan. “Bahkan aku nggak tahu apa aku harus percaya atau nggak sama omongan cinta kamu selama ini!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mitologi Cinta [Tamat]
Fiksi UmumSpin of 'Jurnal Tentang Kamu' dan 'Rasi Rasa'. Seperti yang dikisahkan dalam mitologi Yunani, Ares adalah Dewa Perang. Kekuatan yang ada di kepalan tangannya mampu membuat orang lain patah tulang hidung dengan sekali pukulan. Dan itulah yang membua...