8. Jika ...

3.1K 289 24
                                    

“Jangan takut, gue akan selalu menjadikan lo prioritas. Lo bisa monopoli gue sebanyak yang lo mau. Tapi, kalau nanti lo tahu alasan gue melakukan semua itu, jangan menjauh, ya?”

- Ares Sandehang -

<<<>>>

Hampir saja Ares tergelincir ketika mendapati seseorang sedang tengkurap di atas ranjangnya. Dengan wajah yang masih memperlihatkan kekagetan, Ares mengusap-usap dada sambil berjalan menuju lemari. Suara lagu Never Stop yang lumayan keras meredam derap langkah Ares. Dia hanya berpikir, apakah Odit menyesal rehat sejenak untuk hubungannya dengan Rayhan? Kalau iya, bukankah itu terlalu cepat? Dan dalam waktu cepat itu, Ares belum bisa memutuskan untuk bersikap seperti apa untuk rehatnya hubungan Odit dan Rayhan.

“Gue break sama Rayhan,” tiba-tiba gadis itu bergumam. Padahal, Ares sangat yakin kalau langkahnya tidak terdengar. Mungkin Odit memiliki antena khusus untuk mendeteksi kehadirannya. “Res, gue break sama Rayhan,” ulang Odit dengan volume yang lebih besar daripada sebelumnya.

Tanpa peduli bahwa saat ini kamarnya diisi dengan penghuni lain berjenis kelamin perempuan, Ares menggunakan baju saat itu juga. Dia tahu kalau Odit tidak mungkin berbalik untuk sekedar mengintip. Dengan menggunakan handuk yang menutupi bagian tubuh bawahnya, Ares mulai berpakaian. Dan begitu selesai, dia membaringkan tubuhnya tepat di samping Odit. Matanya menatap langit-langit kamar.

“Lo ngomong kayak gitu atas keputusan lo sendiri, atau atas persetujuan Rayhan juga?” Pesan terakhir yang dilihat Ares adalah penolakan Rayhan. Setelah itu, ponsel diambil alih pemiliknya. Tidak perlu khawatir, Odit tidak akan pernah marah kalau Ares mengutak-atik ponselnya. Termasuk untuk sekedar mengintip room chat dari Rayhan. “Kalau atas keputusan lo sendiri, lo nggak bisa bilang kalau kalian lagi break sekarang.”

Odit langsung memutar kepalanya menghadap Ares. Meskipun pipinya tidak tembam, tapi itu tidak mengurangi kadar kelucuan wajah Odit saat ini. Bibirnya manyun, matanya menjadi kecil, belum lagi dengan pipi yang terlihat tertekan oleh kasur. Ekspresi wajah itu membuat Ares betah memandangnya lama-lama. Asal jangan saat Odit terlihat sedih saja, Ares tidak akan sanggup. Dan sialnya, yang menjadi alasan Odit sedih akhir-akhir ini adalah pacarnya sendiri.

“Rayhan udah setuju buat break kok. Dia tahu kalau gue nggak bisa terus-terusan ada di posisi yang mengerti dia, tapi dia nggak bisa menghargai gue.” Ranjang bergoyang, Odit mengubah posisi tubuhnya untuk menyamping menghadap Ares. “Gue suka berandai-andai. Andaikan Rayhan bisa kayak lo. Punya banyak waktu buat gue, bisa antar jemput gue kerja, punya pelukan hangat yang bisa bikin gue nyaman.”

Mendengarnya membuat Ares terkekeh geli. Sisi inilah yang tidak banyak diketahui oleh orang lain, mungkin hanya Ares yang tahu. Sisi di mana Odit bisa begitu menggemaskan layaknya anak kecil. Karena selama ini, orang-orang melihatnya sebagai gadis dingin tapi banyak dipuja kaum Adam. “Ya beda lah. Gue ya gue, Rayhan tetap Rayhan. Lo sendiri yang milih buat pacaran sama Rayhan, bukan sama gue. Padahal, kalau lo mau nembak gue, gue nggak bakal berpikir dua kali buat nerima lo. Kapan lagi ada cowok yang ditembak cewek secantik lo?”

“Cih! Gue tarik kata-kata gue!” Odit jadi sebal sendiri dengan kata-kata Ares. Tentu saja dia berpacaran dengan Rayhan, karena laki-laki itu memiliki rasa padanya. Sedangkan Ares, entah pada siapa dia menyimpan hati. “Lo masih suka sama cewek kan, Res?”

Baiklah, ini salah Ares yang tidak siap untuk menerima pertanyaan Odit. Laki-laki itu sampai terbatuk sambil bergerak mendudukkan tubuhnya. Wajahnya sudah memerah, terlalu kaget dengan lontaran kalimat Odit barusan. Dengan mata yang melotot, Ares menatap Odit penuh ketidakpercayaan. “Kamu tega ngomong kayak gitu sama aku?! Kamu pikir aku cowok apaan?!” Untuk meredakan tenggorokannya, Ares segera mengambil air mineral yang ada di atas nakas dan menenggaknya hingga tinggal setengah. “Gue masih normal kali, Nin. Nggak perlu lo nanya kayak gitu juga sama gue. Gue cowok, pasti sukanya sama cewek. Kalau gue sukanya sama cowok, udah gue rebut Rigel dari Nilam!”

Mitologi Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang