13. Salah Paham

2.3K 236 10
                                    

“Kalau memang gue sekedar menganggap lo sebagai sahabat, kenapa ada perasaan tidak suka saat gue melihat lo berinteraksi dengan gadis lain? Kenapa ada perasaan takut kehilangan dan takut akan tergantikan?”

-Afrodit Nindya-

<<<>>>

“Seriusan Kak Ares bilang kayak gitu?!” Mata Haya sudah melotot sempurna. Mulutnya menganga lebar, antara percaya dan tidak dengan apa yang baru saja diucapkan Odit. Tapi tidak ada alasan pasti yang membuat sahabatnya itu sampai berbohong. “Wah, berarti bener apa kata gue. Kak Ares tuh suka sama lo!”

Perasaan Odit semakin tidak karuan. Kalau memang begitu kenyataannya, perlakuan Odit selama ini sudah benar-benar menyakiti Ares. Apalagi kemarin sore laki-laki itu sendiri yang mengaku. Bahkan Ares pergi begitu saja tanpa penjelasan yang pasti dengan kalimat aneh yang diucapkannya. Odit tahu pasti, Ares sangat sedih. Mereka bisa saling mengetahui perasaan masing-masing hanya melalui tatapan mata satu sama lain. Dan mata Ares mengatakan bahwa dia sangat terluka kemarin sore. Terluka karena apa, Odit masih tidak mengerti. Ingin menarik kesimpulan sendiri, tapi takut salah.

Dan sekarang, Odit sedang berada di kamar Tata, meminta diskusi dengan dua sahabatnya yang lain. Dia benar-benar tidak bisa berpikir jernih semalaman. Pikirannya buntu, Odit tidak tahu harus melakukan apa. Karena tidak biasanya Ares seperti ini, mengucapkan kalimat yang sulit dimengerti Odit. Padahal biasanya, dia tidak akan berpikir dua kali untuk mengungkapkan apapun yang ada di otak dan hatinya. Sama seperti Haya.

Odit memijat pangkal hidungnya yang berdenyut sakit. Dia tidak pernah berpikir sekeras ini setelah 2 tahun. “Gimana kalau Ares jauhin gue? Gue nggak mau, dia penting banget buat gue.”

Mengerti dengan suasana hati Odit, Tata mendekatkan tubuhnya pada gadis itu. Mengusap punggung Odit dengan lembut untuk memberikan kenyamanan. “Nggak perlu berpikir sejauh itu, Dit. Aku yakin, kamu juga cukup penting dalam hidup Kak Ares. Dia nggak mungkin ninggalin kamu gitu aja. Persahabatan kalian terlalu berarti buat berakhir dengan alasan yang gak jelas.” Tata memang jarang bicara. Tapi sekalinya dia angkat suara, selalu mengucapkan hal-hal yang berguna. “Kamu kan tahu Kak Ares dibandingkan dengan siapapun. Emang kamu nggak bisa cari tahu apa Kak Ares suka sama kamu lebih dari sahabat atau nggak?”

“Kan ini udah jelas, Ta. Kak Ares sendiri yang ngakuin perasaannya buat Odit. 'Gue akan selalu suka segala sesuatu yang bisa buat lo bahagia, walaupun itu menyakiti gue.'. Kurang apa lagi coba?” Odit yang ditanya, Haya yang menyahut. Dia memang paling semangat membicarakan masalah asmara kedua sahabatnya. Padahal dia sendiri masih dalam tahap mengatur strategi untuk mendekati Bima. “Jarang-jarang kan Kak Ares ngomong serius? Biasanya dia bercanda mulu, bairpun garing nggak ketulungan. Sekalinya serius, malah bikin lo kayak orang linglung.”

“Iya sih, bener juga kata Haya. Kita nggak bisa anggap enteng ucapan serius dari orang yang suka bercanda. Karena itu pasti datang dari hatinya.” Ucapan Tata sukses membuat Odit semakin menekuk wajahnya. Sedangkan Haya tersenyum senang karena merasa didukung. Lagipula, mana mungkin tidak ada perasaan yang muncul di antara dua lawan jenis yang terikat tali persahabatan cukup lama? Pasti ada cinta di antara mereka, meskipun tidak muncul ke permukaan. “Tapi, biarpun Kak Ares emang merasa tersakiti selama ini, dia pasti masih bisa berpikir dewasa. Dia nggak mungkin ninggalin kamu gitu aja, Dit. Aku tahu kok, Kak Ares sayang banget sama kamu.”

“Banget, sampai sayangnya kelebihan!” timpal Haya. Dia hanya bisa nyengir kuda saat mendapat tatapan tajam dari Odit. Tapi dia sama sekali tidak merasa bersalah, karena dia sudah mengatakan hal yang paling benar di muka bumi. “Kalau disuruh milih, lo lebih milih Kak Ares atau Kak Rayhan?”

Mitologi Cinta [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang