“Kalau itu bukan lo, gue tidak akan suka. Biarpun lo jauh, gue akan datang. Biarpun lo lari, gue akan kejar. Karena itu adalah lo, bukan orang lain.”
- Ares Sandehang -
<<<>>>
Acara fashion show untuk hari ini selesai pada pukul 9 malam, sesuai dengan yang tertera di jadwal. Bukannya merasa lega, Odit justru merasa terbebani. Dia masih memikirkan tentang kejadian sanggul Sherly yang roboh di bagian penutup. Tidak, Odit bukanlah orang yang terlampau baik sampai memikirkan orang yang bersikap tidak menyenangkan padanya. Dia hanya memikirkan Ayesha. Bagaimana wanita itu terkejut melihat kejadian yang tidak diinginkan, melihat wajah kesalnya, lalu terlihat begitu kecewa di akhir.
Dan saat semua model menghabiskan makan malam bersama, -meski sudah sangat telat karena sekarang pukul 10 malam, Odit memutuskan untuk pergi mencari makan dengan Ares dan Si Kembar. Dan di sinilah mereka sekarang, memutuskan untuk berhenti di kedai sosis bakar atas keinginan Athena. Katanya, mumpung tidak ada Bu Alina, jadi dia harus bisa makan sosis bakar sepuasnya.
“Masih kepikiran aja, Nin?” Ares menjilat jempol kanannya yang terdapat sedikit mayones. Karena sekarang ada Si Kembar, dia harus lebih memperhatikan mereka terlebih dahulu dibandingkan Odit. “Udah sih, nggak akan bisa diubah lagi. Mau lo pikirin sampai kepala lo meledak juga, kita nggak akan bisa putar ulang waktu. Lagian salah si nenek lampir sendiri sih, jalannya pengantin kok kayak jalannya preman.”
Untuk kesekian kalinya, Odit membuang nafas panjang. “Gue sama sekali nggak peduli sama Mbak Sherly. Gue cuma lagi mikirin gimana perasaannya Mbak Ayesha. Ini event besar banget, pasti dia berharap semuanya berjalan dengan lancar dari awal sampai akhir. Tapi justru itu, di akhir hal yang gak dinginkan justru malah kejadian.”
“Masalah benjolan kepala itu ya, Kak?” tiba-tiba saja Aether bersuara.
Lagi, Ares menatap adiknya dengan penuh malas. “Nguping mulu kerjaan lo, bocah!” Ares tidak bisa lagi menahan diri. Sudah saat main game tadi, Aether juga masih sempat-sempatnya menyimak pembicaraan orang lain saat seharusnya dia sibuk dengan sosis bakar yang ada di hadapannya. Kalau bisa, Ares tendang saja adiknya itu ke Lombok sekarang juga. “Aet sayangnya Abang, bisa nggak kalau orang lagi ngomong itu nggak usah nguping? Itu namanya nggak sopan, bukan perbuatan terpuji. Kalau Mami sampai tahu, nanti Aet nggak dikasih uang jajan lagi loh.”
Dan tidak ada pilihan lain kecuali harus bungkam. Aether mencebikkan bibirnya sambil memasukkan roti bakar dengan penuh amarah ke dalam mulut. Dan tingkah lucunya itu berhasil membuat Odit tersenyum, lupa dengan perkara yang sedari tadi dia pikirkan. Dia menoleh ke seberang meja, ke arah Athena yang sudah menghabiskan setengah sosisnya. Padahal sosis ini ukurannya besar, Odit merasa perutnya akan penuh hanya dengan satu sosis saja. Dan dia mulai menggigit sosis miliknya lalu membuka ponsel.
“Kok foto gue nggak ada yang bagus sih, Res?” Odit terus men-slide foto-foto di galeri ponselnya ke kanan dan ke kiri. Memang, Ares yang memegang ponselnya saat fashion show tadi berlangsung. Sengaja, supaya Ares bisa memotretnya saat berjalan di catwalk. Tapi lihatlah semua foto-foto itu, tidak ada satupun foto yang benar. Kepala Odit buntung, kaki Odit tidak masuk frame, hanya sebelah tubuh odit saja, bahkan ada juga foto sepatu Ares. “Res, lo gimana sih? Gue kan udah wanti-wanti dari awal, foto gue yang bener. Ini malah buntung-buntung kayak gini. Lo bilang lo fotografer handal, kok kayak gini?!”
Ares mengambil alih ponsel Odit. Lalu menggaruk kepala bagian belakangnya saat melihat hasil jepretannya sendiri. Benar juga, semuanya fail, tidak ada satupun foto yang pantas untuk diposting ke sosial media. Ares nyengir kuda. “Abisnya, lo cantik banget sih. Gue nggak mau menikmati kecantikan lo lewat layar HP, mendingan lihat langsung. Gue juga nggak periksa HP lo, main jepret-jepret aja. Kirain bakalan bagus, nggak tahu bakalan kayak gini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mitologi Cinta [Tamat]
General FictionSpin of 'Jurnal Tentang Kamu' dan 'Rasi Rasa'. Seperti yang dikisahkan dalam mitologi Yunani, Ares adalah Dewa Perang. Kekuatan yang ada di kepalan tangannya mampu membuat orang lain patah tulang hidung dengan sekali pukulan. Dan itulah yang membua...