Nama gue Ares. Mungkin memang karena diciptakan untuk menjadi Dewa Perang yang selalu berdiri di barisan paling depan untuk melawan segala sesuatu yang menyakiti lo.
- Ares Sandehang -
<<<>>>
“Apa yang lo lakuin, hah?!” bentak Emran tepat di depan wajah Odit. Dia merebut paksa benda pipih yang dipegang gadis itu. Lalu, tanpa bisa terkendali, tangannya mendorong tubuh lunglai Odit. Hingga kepala gadis itu membentur nakas. “Astaga, Dit!” Emran terkejut sendiri. Dia langsung merangkul tubuh ringkih itu dan membantunya duduk di atas kasur. “Lo nggak apa-apa?”
“Lepas!” Dengan sekali hentakan, meski sangat lemah, Odit berhasil membuat rangkulan Emran terlepas. Dia tidak sudi disentuh oleh psikopat semacam Emran.
Tanpa sepatah kata, Emran pergi begitu saja dari kamar berukuran kecil yang menjadi tempat tidur Odit selama 2 malam ini. Tempatnya sangat tidak layak. Kotor, pengap, dan tanpa ventilasi sama sekali. Odit hampir saja mati karena sesak napas sejak kemarin.
Sepeninggalnya Emran, Odit langsung meluruhkan air matanya kembali, untuk kesekian kalinya. Dia benar-benar putus asa, tidak tahu cara seperti apa yang akan membuatnya berhasil kabur dari laki-laki gila itu. Sudah mencoba kabur berulang kali, tapi selalu ketahuan. Dan untungnya, barusan Odit berhasil mengirim pesan kepada Ares. Setidaknya, ada harapan untuk dia selamat.
“Sini, gue obatin dulu.” Emran kembali, membawa kotak pertolongan pertama. Dia sudah bersiap membersihkan darah segar di dari Odit menggunakan kapas, namun gadis itu malah menghindar. “Luka lo perlu diobatin, Dit. Nanti jadinya infeksi.”
“Apa peduli lo, hah?” sinis Odit. Matanya nyalang, antara benci dan kecewa. “Luka sekecil ini lo peduli, tapi kenapa lo nggak peduli seberapa besarnya gue kecewa sama lo? Gue udah percaya, kalau lo adalah orang yang tulus. Tapi buktinya apa? Lo malah culik gue, kurung gue di sini, dan lo malah mau bawa gue jauh dari orang-orang yang gue sayang. Gue nggak pernah nyangka kalau lo gila, Emran.”
Emran berdecih. Tangannya langsung menyingkirkan kotak P3K sehingga isinya berantakan di lantai. Dia mendudukkan diri di samping Odit, menatap gadis itu lekat-lekat. “Lo pikir, gue bisa senekat ini gara-gara siapa? Lo, Dit! Lo yang bikin gue jadi penjahat yang gila!” teriaknya tepat di depan daun telinga Odit. “Kalau lo terima ajakan balik bareng gue waktu itu, gue nggak akan kayak gini. Kalau lo terima perasaan gue, gue nggak perlu culik lo! Ini semua salah lo, bukan salah gue.”
Masih tertanam di benak Odit bagaimana Emran mendekatinya yang hendak pergi ke back stage, menghampiri Ares. Dia baru keluar dari kamar mandi, tapi malah jatuh pingsan setelah dibekap Emran. Entah obat apa yang ada di sapu tangan itu, sehingga Odit begitu cepat kehilangan kesadaran tanpa sempat meminta pertolongan. Matanya mungkin tertutup, tapi Odit bisa mendengar apa yang terjadi saat itu. Emran berkata bahwa Odit pingsan tiba-tiba, dia berteriak meminta semua orang untuk memberi jalan. Dan terakhir, Odit merasakan gelang di tangannya tertarik sesuatu, hingga putus.
Odit tidak tahu di mana dia saat ini. Kamar yang menjadi tempat tidurnya diberi cat warna hitam, juga tanpa ventilasi. Dia tidak tahu kapan terjadinya pergantian siang dan malam.
“Terus, lo pikir, dengan culik gue kayak gini, gue akan terima perasaan lo?” Odit tertawa sumbang. “Yang ada, gue makin nggak simpati sama lo. Gue semakin membenarkan tindakan gue untuk tolak perasaan lo.”
Dengan sekali hentakan, Emran memegang bahu Odit kuat-kuat. Matanya berlipat merah. “Apa yang Ares punya sementara gue nggak bisa kasih, hah? Gue bisa kasih semuanya buat lo, Dit. Gue bisa bikin hidup lo bergelimang harta, gue bisa bikin lo jadi model paling bersinar, gue bisa bikin lo menikmati hidup lo!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Mitologi Cinta [Tamat]
Fiksi UmumSpin of 'Jurnal Tentang Kamu' dan 'Rasi Rasa'. Seperti yang dikisahkan dalam mitologi Yunani, Ares adalah Dewa Perang. Kekuatan yang ada di kepalan tangannya mampu membuat orang lain patah tulang hidung dengan sekali pukulan. Dan itulah yang membua...