Dulu sewaktu El masih menjadi bagian dari prioritas Kansa, ponselnya akan selalu menyala setiap lima menit. Bahkan bisa lebih cepat dari itu. Di sela-sela mendengarkan dosen yang sedang mengajar, El akan melirik sebentar hpnya. Siapa tahu, nama Kansa muncul di layarnya. Setelah itu, ia akan mencuri senyum sambil menatap ponselnya dengan binar bahagia.
Obrolan-obrolan hangat dan ringan akan terus mengalir setiap harinya. Jika siang hari mereka sedang sama-sama sibuknya karena mata kuliah praktek, mereka akan memutuskan untuk bertukar sapa pada malam hari lewat voice call. Jika mereka lebih dari 3 hari tak bertemu dan tak bertukar sapa, mereka memutuskan untuk berjumpa. Mereka berusaha sedewasa mungkin untuk menjalani sebuah hubungan. Sadar atau tidak, tanggung jawabnya bukan cuma ke satu sama lain, tapi juga kepada kedua orang tua masing-masing. Belum lagi, El harus mempertahankan nilainya agar beasiswanya tidak dicabut. Kuliah juga penting.
El menatap ponselnya dengan nanar. Diam-diam ia merindukan bunyi ponselnya di sela-sela mata kuliah yang membosankan. Belum lagi teman-teman kelasnya yang suka mengobrol dengan suara keras di saat dosen belum masuk, membuat mood El makin runtuh. Ia merindukan Kansa.
"El, tugas manajemen keuangan lu udah?" Itu suara Triyas.
El melongo menatap Triyas. "Emang ada tugas?"
Sekarang gantian Triyas yang mengerutkan kening. "Lu nggak baca pesan paduka raja di grup kelas?"
Paduka raja adalah sebutan ketua kelas untuk mata kuliah khusus mereka.
"Gue belum."
"Terus kenapa lu masih diem aja gitu?"
"Males gue."
Triyas mendelik tak percaya pada sikap tak acuh El pada tugas kuliah. Ini jarang terjadi.
"Deadline kapan sih?"
"Besok."
"Ya udah. Nanti malem gue kerjain."
"Btw, nanti malem emang lu nggak berencana buat belajar Hukum Dagang?"
Triyas membuat El urung untuk menutup mata. Padahal El ingin menidurkan diri sebentar, supaya pikirannya tak terbang ke mana-mana. Lebih tepatnya, agar ia tak terus memikirkan Kansa.
"Emang Hukum Dagang besok ada apa?" tanya El dengan malas.
"Besok review 4 bab."
"Oh..."
El belum bisa menangkap maksud Triyas.
"Empat bab, WOI!" Triyas makin heran dengan sikap El. "Emang lu bisa dalam semalam ngafalin semua materi itu? 4 bab teori, belum lagi sama Undang-undangnya."
"Seb ..." El mulai memahaminya. "Maksud lu besok kita review 4 bab tanpa buka buku sama sekali?"
"Iya," kata Triyas pasrah.
"Gila. Semesta emang paling jago ngasih kejutan."
El menggelengkan kepalanya. Apa seperti ini cara semesta membantunya melupakan Kansa? Menjejali otak El dengan beragam tugas dan deadline yang banyak.
"Okay. Gue bakal nyicil yang keuangan dulu. Untuk kali ini, mari kita lupakan Kansa dan semua kekalutan yang menghinggapinya," kata El menyemangati diri sendiri dengan suara pelan.
El kemudian mengambil lembar folio yang ia miliki di dalam totebag-nya. Ia mulai mengerjakan soal demi soal dengan pelan sambil terus mendengungkan mantra: Move on, El. Semesta nggak suka lihat lu sama Kansa bersama.
***
El sudah menyelesaikan satu tugasnya. Bersama Triyas, ia mengikuti langkah teman-teman satu kelasnya yang berjalan ke arah bazar yang diadakan oleh salah satu jurusan. Mungkin itu bazar untuk mata kuliah kewirausahaan. Setelah sampai di area bazar, ternyata benar. Itu merupakan bazar matkul kewirausahaan. Yang menarik di sini adalah ada penampilan band kampus yang terletak di sudut area bazar. Mungkin itu salah satu cara panitia untuk menarik mahasiswa agar mampir ke area bazar.
![](https://img.wattpad.com/cover/210242221-288-k761467.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ELKANSA [END]
Ficção Adolescente[Romance-Teen Fiction] 15+ How Can I Love The Heartbreak, cause You're One I love "El, kamu harus ikutin kata hati." "Nggak mau. Hati selalu nyakitin kalau diturutin." "Buktinya?" "Gue ngikutin kata hati buat mulai percaya sama lu. Tapi lu malah...