Dosanya Ambil Aja

82 5 0
                                        

Kesibukan masa Pemira benar-benar menyita waktunya. El harus terjaga sampai pagi untuk mengejar deadline terbit pagi. Saling kejar dengan fajar agar terbit lebih pelan. Ah, itu memang itu tidak mungkin. Fajar akan tetap terbit, dan dirinya akan tetap mengantuk di kuliah paginya hari ini. Belum lagi jadwal kuliahnya yang makin padat menuju ujian akhir semester minggu depan.

Ponselnya tiba-tiba bergetar saat ia sedang berusaha menjaga matanya agar tetap terbuka. Dosen sedang menerangkan materi yang tampil di layar proyektor. Triyas sedang sibuk mencatat. Yang lainnya beragam pula bentuknya: tekun mendengarkan, sibuk bercerita, menggambar ada pula yang cuma tidur di pojokan.

Anin:
Artikel yang soal penghitungan suara ada sedikit kesalahan. Jumlah total suaranya beda, El.

Ia menghela nafasnya dengan kasar. Di saat seperti ini kenapa masih harus ada revisi?

Elisha:
Harus dibenerin sekarang?

Anin:
Kalau bisa sekarang, ya bagus, El. Takutnya artikelnya makin nyebar kemana-mana tapi isinya ada kesalahan.

Ia menatap dosen di seberang sana. Masih terpantau aman, pikir El sambil mencoba tetap tenang. Maka, ia mulai sibuk mengedit artikel yang baru ia terbitkan jam 5 tadi.

"Oke. Kita mulai kuisnya. Setiap mahasiswa yang saya tunjuk, memberikan contoh perusahaan yang telah melakukan pelanggaran Etika Bisnis." Dosen mulai mengedarkan pandangannya untuk mencari mangsa.

"Triyas!" Suara dosen yang tegas dan keras membuat El ikut terhenyak. Dengan cekatan ia masukkan kembali ponselnya ke dalam saku.

"Iya, pak."

"Coba kasih contoh satu."

"Contoh perusahaan yang melanggar etika bisnis yaitu pihak Ajinomoto yang mencantumkan label halal pada kemasan produknya. Pihak Ajinomoto tidak melakukan uji halal lagi setelah mengganti bakteri Polypeptone dengan bactosoytone yang berasal dari daging babi."

"Penyelesaiannya?"

"Pihak Ajinomoto menarik semua produk yang sudah terlanjur beredar di pasar. Untuk mengurangi kerugian, pihak ajinomoto akan menjual produk yang sudah terlanjur diproduksi ke negara yang tidak bermasalah dengan halal atau tidaknya produk itu. Selanjutnya, pihak Ajinomoto akan memproduksi sesuai dengan standar halal dari MUI."

"Bagus."

El menghela nafas lega setelah sang dosen menerima jawaban Triyas dengan senang. Jangan sampai nular ke gue, pinta El dalam hati.

"Elisha."

Duh, mati gue. El menatap sang dosen dengan tegas.

"Pertemuan minggu depan saya minta untuk diganti jamnya. Saya ada keperluan. Jadi kamu saya tugaskan untuk mencari ruangan dan konfirmasi ke saya."

Mending disuruh buat esai deh kalo gitu, ucap El dalam hati.

Mencari ruang kosong di tengah jadwal kuliah yang makin padat sangatlah sulit. Belum lagi harus lapor ke bagian administrasi jurusan untuk konfirmasi pergantian jadwal. El mencoba tetap baik-baik saja. "Baik, Pak."

"Lain kali, jangan main hp saat jam pelajaran saya."

Ia mati kutu sekarang. "Maaf, pak."

"Oke. Kuliah kita sampai di sini dulu. Selamat pagi."

Selepas sang dosen keluar dari ruang kelas, El biarkan kepalanya menyentuh meja. Pipinya yang chubby bertemu muka dengan lapisan meja yang dingin karena suhu ruangan yang cukup rendah. Lelah bercampur ngantuk membuat El tak tahan untuk tak menutup matanya.

ELKANSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang