Datang Untuk Pulang

237 10 0
                                    

POV El

"Kamu pernah bermimpi, El? Aku terus memimpikan sesuatu. Mimpi itu menghantuiku terus sampai membuatku merasa bersalah ketika aku sendiri tak tau apa salahku. Apa ini karma yang coba Tuhan tunjukkan padaku karena dulu aku telah meninggalkanmu? Apa karma ini juga mengharuskanku untuk melepasmu lagi? Aku takut kamu nggak bahagia, El."

Dulu, lebih tepatnya 2 tahun yang lalu, aku pernah mendengar kalimat itu. Mimpi yang ternyata bukan sekedar mimpi. Rangkaian kalimat itu keluar dari mulut Kansa dan menyusup masuk ke bunga tidurku. Membuatku terbangun dengan rasa takut tak beralasan.

Ah, ternyata itu mimpinya.

Namun, aku tak pernah benar-benar percaya pada mimpi. Aku selalu takut pada mimpi. Terlalu sering mendapatkan bunga tidur yang aneh-aneh dan terkesan tidak masuk akal, membuatku mulai tidak mempercayai memori yang datang sebagai bunga tidur itu. Sebisa mungkin aku lupakan mimpi-mimpi itu. Bahkan untuk mimpi indah sekalipun.

Kini, aku diketemukan lagi dengan sebuah mimpi milik Kansa yang ternyata tentang aku. Yang membuat Kansa menghentikan lajunya secara mendadak. Menghentikan penyiraman pupuk pada rasa percaya. Membuatku makin mantap untuk mengakhiri hidup. Namun, itu dulu, 2 tahun yang lalu.

2 tahun yang lalu, aku tak berniat menunggunya. Membaca suratnya saja aku ragu. Aku setuju dengan Kania, Kansa adalah laki-laki berengsek. Sumbernya kecewa dan luka.

Namun, saat wanita itu menghubungi lewat ponsel Kania, aku ingin mengaku bahwa aku menginginkan putranya. Tidak. Aku tidak mengatakannya. Naif memang, tapi kita tak bisa menutup mata pada luka yang sudah terlihat jelas alasannya, bukan?

Wanita itu memohon dengan penuh pinta untuk kembali percaya. Bahkan beliau sendiri yang mau jadi jaminannya. Aku jadi membayangkan diriku sebagai pegadaian yang membutuhkan jaminan agar bisa mengkreditkan hati dengan lapang dada.

"Saya nggak bisa janji, Tante," jawabku waktu itu.

Baiknya, beliau memaklumi kekhawatiranku. Belum apa-apa, aku jadi rindu Ibuk.

Nyatanya, aku di sini. Menunggunya di tengah keramaian reuni Forum Diskusi. Bahkan kali ini aku juga ragu apakah dia benar-benar akan datang. Aku tak ingin menyebutnya sebagai pulang. Karena aku tahu, dia terlalu takut pada mimpinya. Dan aku bukan bagian dari pulangnya.

***

"El, lu nggak balik?"

Gadis itu menatap Kania yang menepuk pelan pundaknya. "Eh, iya. Ini bentar lagi pulang."

"Mau bareng?"

"Nggak deh. Gue naik taksi aja."

"Bareng Kania aja, El. Udah malem," usul Raka tiba-tiba.

"Lu nggak mau nganterin gue?" Goda El menanggapinya.

"Gue bareng Triyas."

"Ehem." Kania berdehem keras. "Iya iya, yang udah pacaran."

"Daripada lu, jomlo sejati," timpal Triyas dengan nada mengejek.

"Heh, enak aja. Nanti kalo jodoh gue udah dateng, awas kalian. Gue suruh kalian cium tangan dia!" Sungut Kania dengan nada marah.

Raka dan Triyas kompas tertawa, sedangkan El hanya tersenyum ringan.

"Ayo, El pulang. Gue anterin sampe ke apartemen lu dengan selamat."

El menimbang kembali pilihannya. Mungkin Kansa memang takkan pernah datang, batin El mencoba menenangkan hati. Ia akhirnya beranjak lalu berjalan di belakang Kania menuju mobil sahabatnya.

ELKANSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang