Tumis Kangkung dan Kebiasaan lainnya.

118 12 1
                                    

Di sinilah El sekarang. Sambil menenteng dua kantong belanjaan, El berdiri menunggu pemilik apartemen membuka pintu untuknya. Ia sudah cukup kelelahan. Ia sudah menghabiskan waktu hampir setengah jam untuk membeli semua makanan ringan dan kebutuhan untuk mengisi kulkas Kansa. Ia juga masih harus mengantri di kasir yang antriannya menghabiskan waktu hampir setengah jam pula.

"Hai," sapa Kansa ketika ia telah membuka pintu.

El langsung nyelonong masuk saat pintu setelah terbuka sempurna. Ia langsung menaruh kantong belanjaan di meja dapur. Ia menghela nafas pelan sebelum akhirnya membuka kulkas untuk memindahkan semua yang ia bawa ke dalam kulkas tersebut.

"Capek?" tanya Kansa setelah sampai di depan El. Nadanya melembut sambil terus memperhatikan gerakan El yang bolak-balik dari meja dapur ke kulkas. Jaraknya kurang lebih 3 langkah.

"Capek lah. Gue muter-muter buat beli ini semua. Belum lagi antri sampe setengah jam," sungut El sambil terus bergerak.

Kansa hanya menanggapinya dengan tersenyum ringan. Ia paling senang mengamati tingkah El seperti ini. Cewek itu sibuk tapi tetap bicara banyak.

"Nih, notanya. Lu harus ganti biaya pengeluarannya," kata El sambil menyerahkan lembar putih penuh tulisan itu.

"Siap. Nanti gue transfer gopay aja ya? Lu udah punya aplikasi itu kan?"

"Jangan!" perintah El tegas. "Cash aja. Gue gak suka pake aplikasi itu."

"Buat apa lu punya kalo nggak dipakai?"

"Bentar, kok lu bisa tau kalo gue udah punya aplikasi itu?" El menatap Kansa dengan curiga.

El memang paling tidak bisa menggunakan e-money. Selain karena sering membuat hpnya tiba-tiba ngedrop, penggunaan aplikasi itu akan membuat El malas berjalan. Ia akan terlalu sering menggunakan ojol untuk kemana-mana. Otomatis hal itu akan menambah pengeluarannya.

Kansa balik menatap mata El. Ia mendekatkan wajahnya ke hadapan El. Jarak mereka hanya terpisah dengan meja dapur.

"Kemarin lusa lu ke sini pake ojol kan?" tebak Kansa dengan suara pelan nan lembut.

"Kok lu tau?" El semakin curiga.

"Padahal waktu itu lu lagi di perpustakaan. Tempat yang bikin lu lupa sama isi dunia lainnya, kan?"

El terdiam.

"Bener ternyata." Kansa memperluas jaraknya. "Padahal gue cuma menduga. Makasih lho... udah perhatian sama gue."

El masih terdiam. Ia mencerna kalimat Kansa. Pemahaman itu membuat El mengingat satu obrolannya dengan Kania tadi pagi.

"Terus ngapain lu sampai ke apartemennya? Lu naik ojol yang otomatis itu mahal bagi lu. Lu yang gak pernah pake aplikasi ojek online, hari itu juga aktivasi akun. Coba  jelasin, itu ngapain, ha?" Tanya Kania kesal.

"Ya itu, anu..." El gelagapan jelasinnya.

"Anu apaan?" Kania menunggu tapi El tak kunjung menjawab.

"Lu nggak bisa jawab kan? Gue kasih tau ya, El. Itu adalah bentuk perhatian dan pengorbanan lu buat Kansa. Itu berarti lu sayang sama Kansa."

"Jadi sore ini lu mau masakin gue apaan?" tanya Kansa dengan tampang malas. Ia sudah duduk tenang di meja makan. Namun, El masih sibuk dengan lamunannya.

"El!"

"Ha? Iya?"

"Lu pasti ngelamun lagi?" Kansa berdiri mendekat ke meja dapur lagi.

ELKANSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang