Saat yang dinanti telah tiba. Ujian akhir Semester telah usai. Semua urusan mengenai nilai dan presensi telah diselesaikan. Kini waktunya liburan. Sesuai yang sudah direncanakan, Kania akan pulang ke rumah. Dan El akan mengantarnya. Namun, Kania bersikeras menolaknya.
"Gue bisa pulang sendiri!" kata Kania tegas.
"Harus gue anterin. Suatu kehormatan bagi gue karena lu akhirnya mau pulang," kata El dengan membusungkan dada.
"Ah, lu ada-ada aja," balas Kania sambil mengibaskan rambut pendek sebahunya. "Rumah gue juga masih dalam satu kota. Ngapain ada acara nganter segala sih..."
"Biar berkesan."
"Bukannya lu ada janji sama Kansa?"
El terdiam sebentar. "Nggak jadi. Dia pergi sama Kamila buat cek tempat acara."
"Urusan proker lagi?"
"Iya."
"Kok makin ke sini mereka makin deket?"
"Litbang emang lagi sibuk-sibuknya. Ya... jadi begitu."
"Begitu apanya?" Kania menodongkan jari telunjuknya pada dahi temannya itu. "Lu punya pacar perhatian dikit napa sih..."
"Males ah. Ribet."
"Kansa itu pacar lu ya..."
"Belum resmi."
"Ya udah diresmiin."
"Nantilah... abis liburan ini." Mendengar itu, mata Kania berbinar.
"Beneran? Lu udah--"
"Iya."
"Kamila?"
"Bukan masalah. Gue kenal Kansa kayak gimana. Dia nggak mungkin kayak gitu."
"Yakin lu?"
"Yakin."
"Beneran?"
"Ah udah ah.. lu kebanyakan nanya," kata El sambil mengibaskan tangannya secara sembarangan. Lalu ia mulai mengangkat tas tangan ukuran sedang milik Kania untuk dibawa turun.
Kania mengikuti langkah El turun ke teras depan sambil sesekali menyerukan nama temannya. Sesampainya di bawah, El malah menatapnya dengan kesal.
"Kok lu pesen ojol sih? Kan gue bilang gue mau ikut?"
"Nggak usah, El. Gue bisa pulang sendiri." Kania mendekat ke arah ojol. Ia menyerahkan satu tas yang bisa ditaruh di depan sang ojol. Sedangkan tas punggungnya bertengger aman di pundaknya. Ia mulai memakai helm untuk siap berangkat.
El menatap Kania dalam diam, sebelum akhirnya merelakan temannya pulang sendirian. "Ya udah. Kalo gitu hati-hati ya... kalo udah sampe, kabarin."
"Siap." Kania sudah duduk di jok belakang sang kemudi. "Bye, El."
Lalu ojol itu membawa Kania meninggalkan halaman kos setelah El menganggukkan kepala. Menyisakan asap kendaraan di tengah panasnya kota metropolitan. Sebuah senyuman terbit di sudut bibirnya. Akhirnya, Kania pulang juga, batin El senang. Gadis yang dulu penuh tangis itu akhirnya memberanikan diri untuk kembali, sebelum nantinya semakin jauh berlari.
El berbalik ke kamar kosnya. Tiba-tiba ia diserang rasa sepi saat melewati kamar Kania. Ternyata, Kania sudah terlalu masuk ke dalam hidupnya. Sahabatnya yang ceriwis itu telah menjadi bagian yang takkan pernah hilang dari sudut hatinya.
El terkekeh ringan. "Kenapa gue merasa sedih banget, ya? Kenapa rasanya kayak nggak akan pernah ketemu lagi? Padahal libur semester cuma 2 bulan," pikir El kemudian. Lalu detik berikutnya ia coba yakinkan diri. "Ah... pasti Kania balik lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
ELKANSA [END]
Novela Juvenil[Romance-Teen Fiction] 15+ How Can I Love The Heartbreak, cause You're One I love "El, kamu harus ikutin kata hati." "Nggak mau. Hati selalu nyakitin kalau diturutin." "Buktinya?" "Gue ngikutin kata hati buat mulai percaya sama lu. Tapi lu malah...