Kembali Lagi

425 21 7
                                        

Mungkin sudah sebaiknya El melupakan Kansa. Pertemuan mereka sepulang El dari Camp bersama forumnya, menyisakan sesak bagi El. Rasa itu semakin sesak ketika El harus terus bertemu dengan Kansa saat ia mampir ke kantor pers kampusnya. Rasanya, El ingin enyah dari semesta.

Memang seharusnya kita harus menjaga jarak dengan mantan. Takkan ada yang baik-baik saja saat bertemu mantannya. Apalagi hubungan itu berakhir dengan tidak baik-baik. Pertengkaran telah mewarnai hubungan mereka jauh sebelum kata putus berkumandang. Belum lagi, sikap dingin Kansa yang tiba-tiba, mendiamkan El yang dilanda kebingungan. Bahkan sampai sekarang alasan Kansa bersikap demikian kepadanya, masih tak bisa ia logika.

Bukannya El ingin menyalahkan semesta, tapi semesta terlihat tak pernah menyetujui semuanya. El hanya ingin di tahun keduanya ini, semuanya berjalan lebih baik, lebih teratur dan lebih terkondisikan. Bukan seperti sekarang, hatinya makin tak beraturan.

El masih duduk termangu di tempatnya saat rapat persiapan program kerja telah ditutup. Satu per satu teman-temannya keluar dari ruangan, menyisakan beberapa kru yang masih berdiskusi, entah diskusi apa El tak ingin tahu.

"Kamu nggak pulang?"

Itu suara Kansa. El tahu.

"Nanti," jawab El tenang.

"Nanti pulang bareng aku ya..."

Setelah putus, hubungan mereka memang sempat memburuk. Bahkan buruk sekali. Mereka saling diam bahkan memilih untuk tak saling kenal. Selalu membuang tatapan, saling menjauh, bahkan tak ingin menjalin interaksi walaupun itu soal organisasi. Susah memang, hubungan mantan dalam satu organisasi.

Untuk kali ini, mungkin kata Triyas benar, El harus mencoba menerima semuanya. Termasuk semesta yang  lebih mendukung ia dan Kansa tak lagi bersama.

"Nggak tau. Aku harus diskusi dulu bareng Pimred dan lainnya," balas El menatap mata Kansa. Ia ingin tahu, seberapa tulus ajakan Kansa kali ini.

"Ya udah, aku tungguin. Aku mau main dulu," katanya kemudian berlalu meninggalkan El. Sedangkan El mulai mendekat ke arah gerombolan pimpinan Redaksi dan para redaktur pelaksana lainnya.

Ia mengambil duduk di sebelah Kaila.

"Lagi bahas apaan?" Tanya El berbisik.

"Konten foto moment di postingan Instagram." Kaila menjawabnya tanpa menatap El.

El mengangguk mantap, kemudian mendengarkan Anindira selaku pimred yang sedang memberikan penjelasan kepada Samuel, sang Redpel Foto.

"Jadi foto moment itu nunjukin suatu moment khusus, seseorang atau gerombolan orang yang sedang melakukan sesuatu. Jadi emang harus ada orangnya. Namanya juga moment. Jadi harus satu moment atau kegiatan. Bagus lagi kalau itu mengandung human interest."

Sam mengangguk patuh. El ragu jika Sam paham dengan apa yang disampaikan pimred.

"Lu paham beneran nggak?" tanya El ragu.

"Paham, paham."

"Sekalian pembagian tugasnya dibagi aja," pinta El pada Anin.

"Itu gue serahkan ke Sam selaku redpel fotonya."

"Gue belum bisa bagi."

"Why?" tanya Kaila dengan kerut berkening.

"Ya gue harus tanya dulu lah ke mereka. Nyesuain jadwal mereka."

"Ya kalau gitu nggak bakal terlaksana dengan cepet. Harus nunggu konfirmasi mereka. Sedangkan kita tahu, mereka itu leletnya minta ampun," sanggah El yang membuat suasana sedikit memanas.

ELKANSA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang