Selamat membaca, selamat berpetualang...
Plan terpaksa pergi kekantor meski harus merangkak karena Mean mengatakan beberapa informasi yang ia dapatkan dan disinilah mereka dengan banyak tumpukan kertas dan juga rekaman yang harus mereka periksa. Plan mengutuk sedari tadi matanya tidak bisa lagi diajak berkompromi dengan terus menguceknya sampai matanya sakit.
"kenapa aku harus melakukan ini!" Plan teriak dari ujung sofa pada Mean yang memeriksa berkas dikursi kebesarannya. Situasi yang mereka lakukan sejak pagi tadi
"karena kau membutuhkannya" ucap Mean sekenanya
"tunggu, ini adalah tugasmu. Aku sudah menjadi supirmu sejak awal" Plan tidak mau kalah emosinya naik dengan kondisi saat ini siap untuk meledak
"kau mulai berhitung?" Mean meletakkan berkasnya dan berjalan mengitari meja lalu duduk disofa tepat didepan Plan "aku beritahu, aku tidak pernah bahkan memegang setir mobilku sendiri dan apa yang kau lakukan dengan menjadi sopirku. Menyuruhku menyetir sendiri, begitu?" Mean bersidekap tersenyum penuh kemenangan yang mampu membungkam Plan
Plan menunduk "kau tidak boleh meremehkan sesuatu yang menurutmu kecil tapi hal itu akan sangat berarti bagi orang lain" ucap Plan "aku mempertaruhkan segalanya untuk menemukan p Perth dengan menjadi babumu. Aku harus segera menemukannya, pagi ini keadaan bibi kembali drop dan sekarang diopname kau tidak tahukan bagaimana perasaan khawatir itu karena kau tidak pernah merasakannya" Plan menatap Mean mengangkat dagunya "apa dengan semua ini kita akan menemukannya? Huaa... aku mengantuk sekali, izinkan aku untuk tidur sebentar"
"sial!" Mean mengutuk dirinya sendiri kata-kata yang dilontarkan Plan tidak pernah melesat mampu membuatnya diam. Tapi memang benar setelah perjanjian mereka Mean tidak benar-benar mencari keberadaan orang yang dimaksud Plan dalam artian menyepelekannya tapi Plan salah dengan mengatakan dirinya tidak pernah merasa khawatir karena saat ini entah kenapa Mean merasa sangat khawatir
"Plan..Plan bangun" Mean tertawa pada dirinya sendiri Plan tidur seperti itu bagaimanapun tidak akan bangun mungkin gempa sekalipun
Mean meraih komputer itu dan membawa kemejanya kali ini ia harus menepati kesepakatan mereka ya harus menepati kesepakatan.
Hari sudah gelap saat Plan mengangkat wajahnya dari meja dan mengaduh karena posisi tidurnya mengendarkan pandangan tidak ada orang dan mendapati stik note didepannya sebuah kunci dan juga makanan yang sudah dingin tidak bisa untuk dimakan kemudian meninggalkan ruangan dan tujuannya adalah rumah sakit.
Tiiittt...
Sebuah mobil berhenti disamping Plan dan pengendara turun dari sana "p akan kemana? Aku akan mengantar" ucap orang tersebut adalah Off pacar adiknya
"p akan kerumah sakit. Tidak apa" ucap Plan. Anak yang ramah pikirnya.
"aku akan merasa buruk jika tidak mengantar p, ayolah" Off memakasa Plan yang sudah membuka pintu mobil agar dirinya segera masuk kali ini Plan menerima niat baik itu
"apa kalian bertengkar? Sudah lama p tidak melihat kalian bersama" tanya Plan kemudian
"kami baik-baik saja" Off menjawab
"jika adalah masalah kalian harus berbicara baik-baik, terutama kau mengambil inisiatif lebih dulu. P percaya padamu. Terimakasih" Plan turun dari mobil setelah mengatakan itu hanya itu yang bisa Plan katakan tidak ingin terlalu ikut campur urusan asmara sang adik tapi Plan tau jika hubungan keduanya renggang sejak terakhir kali mereka bertemu
"p melamun?" mendengar itu Plan mengangkat wajahnya didepannya sudah ada Gun yang menyambutnya
"tidak"
"hmm..p selalu mengatakan tidak tapi aku tahu p sedang memikirkan banyak hal" ucap Gun polos karena diantara mereka bersaudara hanya Gun yang paling peka padanya mungkin juga karena ia lebih sering bersama Gun dan dapat merasakan suasana hatinya persis seperti kedua orangtuanya
"kau tahu siapa yang mengantar p tadi?"
"siapa? Pacar?"
"bukan"
"trus siapa?"
"off"
"p off!" Gun kaget dan setelah sadar segera merubah untuk berpura-pura bersikap biasa tapi tidak berhasil karena Plan mengetahuinya "aku tidak ingin mendengar" lanjut Gun
"baiklah tadi off bersama dengan seorang gadis...misalnya" Plan sengaja menggoda Gun
"p!!"
Plan tertawa "dia sendiri dan terlihat kacau" ucap Plan tidak sebenarnya karena Off jelas mengatakan baik-baik saja mungkin itu fisiknya tidak untuk hatinya.
"kau harus bicara padanya hm"
Gun berbalik "tidak p aku tidak ingin bicara padanya"
"Gun harus bicara padanya. P tidak ingin Gun menyesal nantinya. Jika Gun sedih siapa nanti yang akan paling bersedih. Papa dan mamakan? P sudah pernah katakan papa dan mama belum menerima bukan tidak menerima karena mereka akan sangat terluka jika mereka sendiri yang melukai buah hati mereka"
"tsst kenapa pria jomblo yang harus menasehatiku" ucap Gun kesal
"hei aku tidak jomblo"
"lalu dimana pacar p?" tanya Gun antusias
Plan menatap Gun dan menepuk dadanya "disini"
"hati? Apa artinya dia sudah meninggal? Auchh" Gun mengaduh karena Plan meninju kepalanya
"orang yang disini bukan berarti sudah meninggal tapi bagaimanapun dia hidup disini" jelas Plan lagi "anak kecil tidak akan mengerti" Plan mendapat satu kesempatan untuk meledek Gun dan itu berhasil
"hm. P tidak bekerja?"
Plan mengangkat ponselnya "segera" orang yang menghubunginya adalah Mean sudah pasti akan meminta dirinya untuk pergi
"..."
"apa? Benarkan?"
"..."
"baiklah-baiklah" Plan menutup ponselnya
"ada apa P?"
"p...pe, tidak P akan pergi kekantor. P titip mama" setelah mengatakan itu Plan mengusap pucuk kepala Gun dan pergi untuk kekantor.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
MEANPLAN II KENALI AKU ✅
Fanfiction#8 MEANPLAN 16/02/20 'tak kenal maka tak sayang' Perjalanan hidup tidak selalu manis. Kebahagiaan Meanplan renggang begitu saja saat seseorang dari masalalu kembali dan menawarkan kebahagian lain. Ketika rahasia satu persatu terungkap. Apa pilihan y...