Selamat membaca...
Mean seperti orang gila sedari tadi tidak berhenti tersenyum, saat ini mereka sedang duduk berdua menikmati cemilan setelah tadi mereka secara bersama menemani tamu Mean berkeliling, melihat situasi sekitar GG dan investor itu tertarik untuk melakukan kerjasama dan melakukan penanganan kontrak.
"kau gila?"
Mean menggeleng tapi masih tersenyum
Plan mendesis
"bagaimana dengan pameran?" Plan bertanya biar bagaimanapun dirinya masih berharap akan pameran yang pernah diceritakan oleh Mean
"belum ditentukan sepertinya aku harus kembali kepusat"
Plan mengerutkan kening siap untuk meledak "kau menipuku?!"
"kau lihat tampang penipu dari wajahku?" Mean balik bertanya "ada beberapa masalah dipusat belakangan ini dan harus segera ditanngani, untuk pameran sudah pernah dibahas tapi belum mendapatkan jadwal yang cocok untuk diagendakan karena itu program dari cabang yang baru ditawarkan kepusat jadi pusat harus menemukan timing yang tepat" lanjut Mean setelah hampir saja Plan untuk menyela tapi kemudian mengangguk paham
"aku ingin kamarku kembali"
"kau tidak akan mendapatkannya"
"apa masalahmu dalam hal ini?"
"tidak ada"
"jika tidak ada maka kembalikan kamarku!"
"aku bilang kau tidak akan mendapatkannya"
"..."
Berbicara dengan Mean membuat Plan kehabisan kata-kata. Plan hanya ingin untuk dikembalikan kamar yang selama ini ia huni karena sudah merasa nyaman disana, ditambah lagi mungkin biaya dengan kamar mewah akan berkali lipat untuk sewanya walaupun P Un tidak meminta
"kau bisa tinggal dikamarku"
"kau gila?!"
"ini tawaran yang menarik dengan fasilitas yang lengkap"
"kau licik, ingin bertarung?" ucap Plan karena Mean tetap pada pendiriannya
"kau terlalu sensitive"
"lantas kenapa? Kau tidak memberi jawaban!"
"kau payah" setelah mengatakan itu Mean beranjak dengan Plan kekesalan.
Plan merengek pada P Un yang tidak ingin mengembalikan kamarnya dengan alasan Mean sudah memberinya perintah dan Plan pergi dengan penuh kekesalan. Sementara itu Mean menyunggingkan senyuman penuh arti dalam keberangkatan mereka kekantor. Plan kembali mendapatkan harapan setelah Mean memberinya.
"P apa kabar! Kau sangat sibuk!" diujung telepon Gun berteriak merengek sedangkan sang papa hanya menggelengkan kepala desebelahnya.
"P sudah hendak menghubungimu, P baik. Kau dan paman bagaimana?" dibalik itu Plan fokus menyetir pergi kekantor bersama Mean
"..."
"berkunjung? P tidak berjanji. Jangan begitu jika libur kau bisa menemuin P"
"..."
"baiklah P tutup"
"..."
Plan mematikan ponselnya dan membuang nafas kasar seolah terhanyut dalam dunianya sendiri melupakan posisi yang sedang menyetir dengan seorang bos besar disampinngnya. Antara kebahagiaan dan kesedihan yang dialaminya saat ini. Senang Gun masih ceria dan sedih mungkin tidak akan ada orang yang tersisa disisinya.
Seperti yang dikatakan Mean sebelumnya yang mengaharuskan pergi kepusat dan meninggalkan Plan tanpa kabar dengan lunglai Plan menuju rumah dan terkejut lampu rumahnya yang menyala tidak ada orang yang tinggal dirumah selain dirinya dan untuk kunci hanya Mean yang miliki juga terlihat beberapa deret mobil mewah
Sampai didalam rumah dan melihat siapa yang duduk disana membuat Plan mematung tangannya terkepal sesak yang menyerangnya tiba-tiba membuat lidahnya keluh membiarkan air mengenang dipelupuk matanya, air itu jatuh dengan perasaan yang membuncah menghapus airmatanya dan mengelak untuk menatap rentina itu.
Seseorang yang sudah memutuskan pergi tidak diharapakan untuk kembali. Plan sudah terbiasa dengan segala kesendiriannya tidak membutuhkan bantuan orang lain berempati lagi. Keputusan yang diambil tanpa perasaan.
Plan berbalik tidak ingin terlalu lama berada satu atap dengan orang itu tapi orang yang lebih besar menahannya dengan wanita itu bergerak maju
"mama minta maaf"
Plan berhenti sejenak dan memejamkan matanya meresapi perkataan wanita yang sudah berdiri tepat dibelakangnya. Menggigit bibirnya untuk menahan sesuatu yang lebih buruk agar tidak terjadi tapi demi orang yang dibelakangnya Plan berbalik dan tersenyum mengejek, sudut bibir yang terangkat.
"anda yang akan keluar dari rumah ini atau saya? Anda tidak akan pergi, baiklah" Plan kembali hendak meninggalkan ruangan tapi terhenti saat wanita paruh baya itu yang menahan lengannya
"Plan.." suara itu lembut membuat Plan tidak tahan dan menepisnya kasar sampai wanita yang menyebut dirinya mama itu terjungkal tepat seorang menahannya agar tidak jatuh kelantai
"lepaskan brengs*k!!"
"Plan!" kini laki-laki lain yang memanggilnya namanya dan
Plak!
Satu tamparan mendarat diwajahnya "itu yang bisa kau katakan pada mamamu?!"
Plan diam meresapi apa yang baru saja terjadi, satu pukulan dipipinya.
Si wanita menahan si laki-laki dan si laki-laki menurunkan tangannya dengan gemetar
"Plan..kau tidak apa?" wanita itu berusaha mendekati Plan
"tidak. Aku tidak pernah kenapa-napa ya aku akan baik-baik saja" ucap Plan dengan nafas yang terengah dan mundur perlahan seperti bukan ini dunia yang ia tinggali sambil mengusap air matanya yang tidak berhenti menetes. Pukulan dan tatapan itu mengingatkan Plan pada luka masalalu seseorang yang mempermainkannya seseorang yang tidak menginginkannya.
Plan menyilangkan tangannya didada memeluk dirinya dan meremas bajunya berjalan seperti orang linglung
"P Terth... P Terth... P Terth"
Dalam rasa sakit yang dialaminnya hanya nama itu yang bisa Plan gumamkan. Si pemilik nama yang menginginkannya pada masa itu. Plan terus berjalan dalam kebingungan tidak melihat sebuat mobil yang melintas lal...
Tiitt..tiiiitt.....
Brak!!
Semuanya gelap.
Bersambung
Tanya dunk. Gimana perasaan kalian jika orang yang paling kita sayang pergi ninggalin kita dan nggak pernah ada kabar tiba-tiba muncul gitu aja? Apa yang bakal kalian lakukan? Makasih.
![](https://img.wattpad.com/cover/208748516-288-k818401.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MEANPLAN II KENALI AKU ✅
Fanfic#8 MEANPLAN 16/02/20 'tak kenal maka tak sayang' Perjalanan hidup tidak selalu manis. Kebahagiaan Meanplan renggang begitu saja saat seseorang dari masalalu kembali dan menawarkan kebahagian lain. Ketika rahasia satu persatu terungkap. Apa pilihan y...