6. Mimpi

821 80 4
                                    

Halo ada yang nunggu? Selamat membaca..

Mean bergerak diatas pangkuan Plan memegang pelipis yang berdenyut kuat, matanya menatap Plan yang memejamkan mata tepat diatasnya. Mean bangkit dari sana hendak menegur Plan tapi kerongkongannya kering melihat air disamping Plan mengambil dan meneguknya hingga tandas. Kemudian menatap disekitar Mean baru sadar sepenuhnya setelah beberapa menit, mereka saat ini berada dilorong tepat dipintu kamarnya.

Entah sudah berapa lama mereka tertidur diposisi ini dan entah apa yang telah memasuki jiwa Mean sehingga meletakkan Plan diatas ranjangnya menutupi dengan selimut. Ini belum pernah terjadi bukannya geram Mean malah tersenyum kecil memandang Plan yang matanya terpejam tapi kemudian keningnya berkerut.

Mean melihat ada airmata disana untuk memastikan kemudian mengusapnya. Hangat, satu kata yang disimpulkan oleh Mean adalah air mata dari Plan terasa hangat diujung jarinya. Semakin deras. Mean kembali mendekatkan ujung jarinya untuk mengusap dan tiba-tiba tangan Plan memegangnya semakin erat.

"jangan menangis" Mean berkata lembut didekat Plan dengan tangannya yang lain mengusap rambut

Ajaib! Tangis Plan berhenti tapi terus menggenggam tangan Mean

Pagi hari. Mean terbangun lebih dulu dengan posisi dibawah ranjang dengan menggenggam tangan Plan, melepas perlahan kemudian merenggangkan ototnya Mean pergi untuk membersihkan diri dan masih melihat Plan yang tertidur jadi Mean meninggalkan Plan dikamarnya

Keinginan Mean pagi ini sederhana yaitu memasak sesuatu lalu sarapan bersama Plan. Senyum itu terukir. Mean berdecak kesal saat berada didapur tidak ada yang bisa ia kerjakan baik itu untuk menghidupkan kompor atau mengambil bahan masakan dikulkas. Apa yang pertama dilakukan untuk memasak? Jawabannya Mean tidak tahu! Tidak ada yang bisa membantu karena para pembantu rumahnya sudah ia usir kebelakang jadi Mean memutuskan untuk memesan dan menatanya dipiring.

Dua gelas susu dan dua piring makanan sudah siap diatas nampan Mean membawanya kekamar dan meletakkannya diatas meja. Apa ini berlebihan fikirnya karena sampai membawa sarapan kekamar tapi kemudian Mean menggeleng menatap Plan duduk disisi ranjang menatap Plan, kenapa tidur itu nyenyak sekali? Mean mengangkat tangannya dan mengusap pelipis Plan dengan pelan "bangun" bisiknya disana

Suara itu mengusiknya perlahan Plan membuka mata dengan samar pandangan mereka bertemu kemudian Plan merasakan usapan itu dan dadanya berdegup kencang sesuatu yang ia rindukan perlahan tapi pasti airmatanya jatuh bangun dengan cepat memeluk erat orang tersebut. Pelukan hangat yang tidak pernah ia rasakan lagi. Perasaan rindu itu muncul begitu saja membuat ia terlihat cengeng.

"hiks"

"..."

"hiks"

"kau tidak apa?"

Mendengar suara itu Plan menegang, melepaskan pelukan mereka melihat kesekitar foto itu? Plan menghapus air matanya.

"kenapa aku disini?" tanyanya

"aku membawamu" ucap Mean

"aku harus pulang" Plan berkata dan turun dari tempat tidur tapi Mean menahan tangan itu

"kau bisa sarapan disini" Mean menunjukkan sarapan yang ia buat tadi "segera bersihkan dirimu" Plan mengangguk dan pergi kekamar mandi untuk membersihkan diri setelah Mean memberinya handuk.

"apa kau sudah menemukan alamat orang yang aku minta?" tanya Plan setelah mereka menyelesaikan sarapan dengan diam

Mean menatapnya lalu menggeleng "alamat siapa yang kau cari sebenarnya? Beritahu aku" tanya Mean kemudian

"itu tidak ada dikesepakatan, aku menjadi supirmu dan kau mencari orang itu" jawab Plan

"tapi tidak mudah mencari alamat seseorang hanya dengan nomor ponsel" Mean tidak mau kalah berdebat

Plan hendak menjawab tapi terdiam setelah melihat ponselnya banyak nomor yang menghubunginya pamannya termasuk Gun juga beberapa pesan masuk salah satunya berbunyi

Dari Gun:

P' dimana? Mama masuk rumah sakit. Segera! L

Plan panik meletakkan sendoknya sontak berdiri dan menghubungin Gun cepat membuat Mean ikut kaget dan merasa khawatir.

"hallo P' hiks hiks p' dimana? Mama...mama..." terdengar isakan Gun diseberang sambungan tidak bisa menyudahi kalimatnya tapi Plan tahu apa yang terjadi dan bersikap setenang mungkin mencoba memahami adiknya yang pasti sangat sedih saat ini sampai membuatnya terisak.

"Gun...tenang, P' akan segera kesana"

"..."

"Jangan menangis lagi. Bibi akan baik-baik saja"

"..."

"Jangan tutup ponselnya sampai P' datang, ok?" Plan bangkit mengapit ponsel ditelinga dan mengambil bajunya yang berserakan lalu menatap Mean yang juga sedang menatapnya seolah sedang bertanya 'ada apa?' dan 'apa yang terjadi?' Plan menghembus nafas dirinya tidak bisa menyimpulkan sampai mana batas kepedulian Mean pada bawahannya

"pinjamkan aku mobilmu" Pinta Plan cepat dan dengan cepat pula Mean menyerahkannya karena terlihat dari raut wajah Plan yang sedang membutuhkan. Plan segera berlari dan menuju mobil didepan tapi karena terlalu gemetar Plan bahkan tidak mampu untuk memasukkan kuncinya dan terjatuh

Tok! Tok!

"aku saja yang menyetir, kau terlihat kacau" itu suara Mean yang tadi menyusul Plan keluar dan Plan mengangguk.

"rumah sakit mana?" tanya Mean lembut

Plan kebingungan mencari ponselnya disakunya yang ternyata ikut terjatuh tadi.

"rumah sakit XT" ucapnya pelan

Mean menambah kecepatan agar mereka sampai dirumah sakit dengan cepat. Sesampai didepan RS Plan langsung turun begitu saja meninggalkan Mean juga ponselnya karena tujuannya hanya satu saat ini melihat Gun dan juga bibinya tanpa memperdulikan yang lain tepat didepan ruang ICU Plan berhenti menghapus airmatanya menetralisirkan nafas disana ada pamannya yang bersandar didinding memejamkan mata terlihat kelelahan dan Gun yang berada dipelukan kekasihnya dengan masih terisak.

Pelan Plan mendekat kearah Gun dan berjongkok dihadapannya, mengusap kepala adik kesayangannya "Gun" ucapnya lembut

Gun yang mendengar dan tau itu adalah Plan langsung memeluk P'nya "P'.." ucap Gun serak airmata Gun jatuh dipelukan P'nya "mama...mama sakit" ucap Gun terbata-bata dalam pelukan itu Plan mengusap Gun dan mengangguk "mama akan baik-baik sajakan?" tanya Gun pada P'nya Plan mengurai pelukan mereka dan mengangguk samar "bibi akan baik-baik saja, jangan menangis lagi" Plan berusaha untuk menahan tangisnya dan tersenyum pada Gun mengusap air mata adiknya itu dengan kedua kelopak mata yang membengkak.

Gun tersenyum dan kembali memeluk P'nya. Orang yang memberinya ketenangan dan kenyamanan.

So sad!!

MEANPLAN II KENALI AKU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang