10. Dinner

618 59 2
                                    

Selamat membaca...

Keluarga besar Menthana Phiravich sedang berkumpul untuk merayakan ulang tahun tuan besar Phiravich yang memiliki lima orang anak dengan masing-masing sudah berkeluarga. Anak pertama sampai keempat merupakan anak perempuan dan anak terakhir adalah laki-laki yang adalah papa dari Mean Phiravich yang mewarisi perusahaan Phiravich tapi karena orangtuanya menolak dan melarikan diri jadilah Mean yang menjadi tumbal mengorbankan masa remajanya untuk mengantikan posisi sang papa yang entah kemana begitupun dengan mamanya yang ikut pergi bersama sedangkan nyonya besar Phiravich sudah lama tiada.

Perkumpulan keluarga tidak hanya untuk merayakan ulang tahun Phiravich tapi sudah menjadi rutinitas dalam keluarga ini setiap tahun dan itu diwajibkan untuk semua dihadiri anak beserta cucu dan cicit-cicitnya.

Semua keluarga berkumpul akibat keributan tersebut dan kini mereka berada diruang tengah satu-satunya orang yang dikenali Plan adalah Mean yang duduk dihadapannya dan juga anak yang menempel padanya seperti bayi koala yang mungkin bernama Chiba. Mean menatapnya begitupun Plan.

"Chiba bersama mama" ucap wanita itu mengulur tangannya tapi anak yang bernama Chiba menggeleng

"kau bukan pencuri" semua orang diam, menatap asal suara itu adalah suara tuan besar Phiravich

"bukan, saya...aku kesini mengambil ponselku" ucap Plan cepat sambil mengangkat ponsel digenggamannya

Kemudian semua orang menatap Mean tanpa peduli

"ponselmu tertinggal disini berarti kau pernah kesini sebelumnya?"

"untuk apa kakek menanyakan itu!" ucap Mean menatap kakeknya tidak suka jika Plan diintrogasi. Plan mungkin belum tahu situasi ini tapi Mean yang paling tahu bagaimana sikap tuan Phiravich pada teman-temannya. Sangat pemilih dan terpandang tentu saja akan sangat berbeda dengan situasi Plan saat ini.

"benar, aku pernah kesini sebelumnya" ucap Plan membuat Mean mendesah karena semua orang tau Mean tidak akan membawa orang asing kerumahnya melainkan orang itu dikecualikan. Mean yang keras semua orang juga tau untuk berkumpul mereka secara diam-diam datang kerumah ini karena jika meminta izin terlebih dahulu maka itu tidak akan pernah terjadi.

"jadi hubungan apa yang kalian miliki, kalian tidak mungkin seperti apa yang aku pikirkankan?" tanya tuan Phiravich lagi

"kakek!" Mean tidak dapat menahan emosinya lagi.

"pa!" begitupun anak-anak Phiravich

Semua orang terkejut dengan pertanyaan itu begitupun Plan yang membelalakkan matanya menatap seluruh keluarga berhenti pada Mean tampaknya semua orang terkejut seperti dirinya. Plan khawatir apa dirinya membawa masalah.

"tidak...tidak jangan salah paham aku...aku..."

"kau?" tuan Phiravich menaikkan alisnya menunggu kalimat Plan

".."

".."

"aku supirnya" ucap Plan tegas membuat semua orang tertawa dan heran dengan apa yang dikatakan Plan barusan

"supir?" ulang tuan Phiravich menatap Mean penuh tanya

"ia aku supirnya" ucap Plan lagi

Entah kenapa mendengar itu membuat Mean tidak suka alih alih mengatakan berteman mengapa Plan sangat menjaga jarak dengannya. Mean mengira meraka sudah lebih dekat setidaknya berteman sejak mereka pergi ke GG itu semakin membuat Mean kesal. Tatapannya tajam.

"ingin menjelaskan sesuatu?" ucap tuan Phiravich

"tidak ada yang perlu dijelaskan jika sudah selesai kalian segera pergi!" ucap Mean pergi dari kurisnya

"Mean Phiravich!!"

"aku lebih keras kepala dari pada kakek" ucap Mean pergi begitu saja

"Mean" kakak tertuanya memanggil tapi seperti yang dikatakannya bahwa kepalanya lebih keras

"duduk" tuan Phiravich mencoba untuk menenangkan diri ketika cucunya tidak mendengarkan perkatannya semua orang merasa sangat khawatir

Melihat situasi tegang seperti ini membuat Plan sangat tidak enak "biarkan aku berbicara padanya. Chiba tunggu p disini. Ok?" Chiba menganggguk menurut pada yang dikatakan Plan. Anak yang sangat ajaib dan begitu lengket.

Plan menyusul Mean kekamarnya menarik nafas benar Mean melarikan dirinya kekamar

Mau tidak mau suka tidak suka Mean harus berterimakasih pada Plan yang berhasil memaksanya duduk disini makan malam bersama keluarga besarnya semua orang tampak senang terlebih kakeknya yang mengumpulkan anak cucu beserta cicitnya. Perkumpulan orang-orang yang menyebalkan.

Mean mengalihkan pandangannya ketika ujung bajunya ditarik dan melihat Chiba disana "apa!" jika tidak mengingat Chiba masih kecil Mean sudah tentu mendorongnya kasar karena Mean sama sekali tidak menyukai anak kecil yang merepotkan terlebih semua kesialan yang ia miliki karena papa dari anak yang sedang merengek padanya saat ini.

"Chiba kembali ketempat duduk!" ucap Merry mama Chiba tapi anak itu tidak mendengar dengan terus menarik ujung baju Mean sedangkan Plan yang melihat itu menarik Chiba kebangku disebelahnya.

"Chiba ingin p suapi?" tanya Plan lembut dan anak itu mengangguk senang.

Mean yang melihat interaksi itu kesal sendiri menarik kursinya dan berlalu.

"tidak ada yang meninggalkan meja makan sebelum selesai!" ucap tuan Phiravich menatap Mean. Mereka saling bertatap tajam.

"aku selesai apa urusanmu!" Mean tipe orang yang tidak mau kalah sifat turunan

"anak kurang ajar!" tuan Phiravich hampir melayangkan tangannya tapi berhenti setelah mendengar Merry

"pa, sudahlah" ucap Merry merasa prihatin. Situasi yang menegangkan.

"jika dibiarkan anak itu semakan jadi" ucap tuan Phiravich

"pa, kita tidak akan membuang waktu dengan pertengkaran" ucap anak yang lain

"iya pa. Kita disini tidak untuk bertengkar" ucap yang lain lagi merasa malas melihat drama keluarga yang tidak berujung

"duduk pa" diantara semuanya Merry yang paling mengerti papanya

Tuan Phiravich menarik nafasnya kemudian duduk sesuai perkataan anak-anaknya. Sedangkap Plan hanya diam dan menutup telinga Chiba dengan tangannya karena suara keras akibat pertengkaran mereka bisa membuat Chiba terkejut dan menangis tapi anak itu hanya diam tidak juga memakan makanannya.

Pertengkaran dalam keluarga sering terjadi tapi bagaimanapun darah lebih kental dari air.

Bersambung...

MEANPLAN II KENALI AKU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang