9. Mencari

682 56 3
                                    

Hallo semuanya. Jangan lupa supportnya ya...

Plan terbangun dengan seluruh ruangan gelap dimatanya berusaha menggerakkan tubuhnya yang pegal karena tertidur disofa. Setelah memeriksa tidak ada orang selain dirinya tidak membuat dirinya terkejut dan membersihkan diri Plan dengan cepat keluar, dirinya harus segera kerumah sakit untuk melihat bibinya.

Mengetuk pelan ruangan sang bibi didalam ada paman dan juga adiknya dan tak kalah melegakan adalah bibinya yang sedang tersenyum disana meletakkan bunga yang sempat ia beli tadi diatas meja dan menghampiri sang bibi menggenggam tangan hangat itu "bagaimana kabar bibi?" bibinya hanya menjawab dengan mengerjapkan mata

Kemudian memeluk Gun adiknya tersebut yang tidak menolak hanya diam "kau terlihat jelek dengan wajah ini" ucap Plan mencolek dagu sang adik

"kalau aku jelek menjauhlah dariku!" ucap Gun mendorong tubuh Plan darinya

"apa kau sedang mengusirku?" tanya Plan lagi dengan masih menggoda Gun

"pergi saja tapi jangan harap aku akan baik padamu!" Gun tetap menjawab dan ikut berbaring disebelah sang mama, memeluk wanita yang masih terinfus dengan pandangan yang sayu tapi setidaknya ini sudah membaik perlahan tapi pasti dirinya masih diberi waktu dan kesempatan

"padahal dia sedang menunggumu khawatir kau tidak datang" bisik sang paman ditelinga Plan dan mengangguk mendekati Gun menggenggam tangan adiknya tersebut

"pa" rengek Gun "aku mendengarnya" ucap Gun pada papanya

"jadi kau tidak ingin melihatku, ingin aku pergi. Baiklah aku akan pergi untuk bekerja" ucap Plan membetulkan dasinya dan beranjak dari kursi tapi dengan cepat Gun bangkit dan memeluk pinggang Plan "tidak, P' tidak boleh pergi" ucap Gun serak. Plan melihat pamannya yang tersenyum

"kau ini" ucap Plan

Mereka berdua makan siang bersama dikantin rumah sakit Gun tetap tidak bicara jadi harus Plan sendiri yang harus berinisiatif untuk memulai pembicaraan. Setelah menghabiskan makanan dan mengambil cemilan untuk mereka Plan membawa Gun untuk berbicara mungkin bicara pelan dari hati ke hati agar Gun paham dan tidak tersinggung dengan apa yang akan mereka bicarakan

"P minta maaf tidak memberitahumu sejak awal. P salah, maafkan P" ucap Plan memohon

"aku yang seharusnya minta maaf, P sudah memberitahuku. Aku egois dengan tidak mendengarkan P sejak awal. Terimakasih P" ucap Gun tulus pada Plan "waktu itu aku marah pada diriku sendiri dengan tidak mendengarkan P sampai mama masuk ICU papa juga sudah menjelaskannya padaku. Mereka hanya tidak mau aku sedih dan banyak pikiran seperti sekarang"

"apa yang dikatakan P dulu itu benar aku tidak benar-benar berbicara dengan baik dan mereka hanya ingin menjagaku dari orang yang menganggapku aneh. Tidak seharusnya aku melawan mereka dan kabur dari rumah mungkin ini sudah terlambat untuk meminta maaf setelah mengetahui segalanya tapi aku benar-benar tidak bermaksud menyakiti mama" ucap Gun lagi

Plan mengusap kepala Gun "kau sudah dewasa sekarang tapi apa yang kau katakan waktu itu juga tidak salah" ucap Plan

"hah...apa?" tanya Gun tidak mengerti

"tidak ada yang salah dengan saling mencintai semua orang berhak untuk jatuh cinta kepada siapa, untuk siapa dan kapan saja" Plan tersenyum "lalu sudah berbicara pada papa dan mama?" tanya Plan dan Gun menjawab dengan gelengan

"papa dan mama sudah menjaga perasaanku selama ini dan ini saatnya aku untuk menjaga perasaan mereka"

"P tidak mengerti" Plan bingung harus mendefenisikan kalimat Gun barusan

"Pkan tidak punya pacar jadi wajar tidak mengerti" Gun tersenyum sedangkan Plan hanya menonyor kepala Gun yang meledeknya. Mereka tertawa bersama. Terlihat jelas mereka sangat akrab.

"dasar"

"emh...bagaimana dengan P Perth apa sudah ada kabar?" tanya Gun kemudian

Plan menjawab dengan menggeleng

"seharusnya mereka bisa lebih dewasa" ucap Gun begitu saja

"kita akan menemukannya dan yang bisa kita lakukan sekarang adalah dengan terus mencari. Tidak perlu khawatir p akan menemukannya. P janji" ucap Plan optimis mengangkat jari kelingkingnya pada Gun yang tersenyum kemudian ikut menautkan jari kelingkingnya disana.

"aku percaya pada p" ucap Gun

"hmm tentu saja kau harus percaya..."

Plan baru menyadari jika dirinya kehilangan ponsel dan baru teringat terakhir kali tidak menggunakan ponsel sejak mendengar kabar dari Gun dan itu waktu dirumah Mean dan Plan segera kerumah Mean untuk mengambil ponselnya tersebut dan tidak mengira ada begitu banyak orang dirumah itu dan Mean menyambutnya.

"ada apa?" tanya Mean cepat

"kau sedang sibuk nanti saja" ucap Plan hendak pergi tapi Mean mencegahnya

"kau harus menjawab ketika orang bertanya" Mean menatapnya tidak suka

"aku ingin menanyakan ponselku sepertinya tertinggal disini" ucap Plan menggaruk tengkuknya dan secara kebetulan perutnya berbunyi memang benar terakhir ia makan bersama Gun dan itu siang tadi dan Mean mendengar itu menatapnya penuh selidik

"kau yakin ponsel itu tertinggal disini?" tanya Mean lagi

"aku tidak begitu mengingatnya maka dari itu aku ingin bertanya padamu" ucap Plan

"kalau begitu kau bisa mencarinya dikamarku"

"hah?"

"aku bilang kau bisa mencarinya dikamarku" ulang Mean kesal

"oo..baiklah, aku akan keatas sekarang" ucap Plan tampak ragu karena dirinya ingat tidak ada yang memasuki kamar itu selain pemiliknya tapi karena butuh Plan harus memberanikan diri masuk kamar tuan muda tersebut dan mencari ponselnya. Karena dengan ponsel itu Plan akan kembali mencari P Perth.

Tapi suara pantulan dibawah tangga menarik perhatian Plan tidak orang disekitar melangkah kakinya pelan mungkin ia terlalu lancang tapi suara itu tidak berhenti dan Plan terkejut melihat seorang anak laki-laki disana bermain dengan memantulkan bola kedinding seorang diri Plan menajamkan pandangannya benar itu seorang anak Plan mendekat dan jongkok disamping anak itu dan tangannya mengusap kepala anak itu

"apa yang kau lakukan disini?" tanya Plan lembut anak itu menoleh memeluk erat bolanya

"p tidak akan mengambil bolamu, tenanglah" ucap Plan lagi anak itu hanya menatap Plan tanpa berkata apa-apa "siapa namamu? Lain kali kau tidak boleh bermain sendiri. Ayo katakan pada p siapa namamu?" Plan terus melihat anak itu begitupun anak tersebut mereka saling memandang

"Chiba"

"Chiba, kau dimana nak?"

Mendengar suara itu Plan menoleh ke asal suara dan berbalik tapi entah kenapa anak itu memeluk lehernya Plan tidak mengerti kenapa tapi balik memeluk anak tersebut dan membawanya keluar dari bawah tangga "jadi namamu Chiba, ayo kita pergi kemamamu" Plan berjalan tapi anak yang ia yakini beranama Chiba itu menggeleng

"Chiba!" suara wanita itu lagi

Tapi lagi-lagi anak digendongan Plan menggeleng dan mulai menangis dengan diam

"baiklah...baiklah p tidak akan membawamu jadi berhenti menangis. Ok?" anak itu mengangguk dan Plan membawanya kekamar Mean karena tujuannya untuk mencari ponsel yang tergeletak manis diatas meja

"pencuri!!"

Buk! buk!

Bersambung...

MEANPLAN II KENALI AKU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang