26. Depresi

514 51 2
                                    

Selamat pagiii

Setelah sampai kelobi Mean keluar dari mobil dan membuka pintu samping menarik Plan tidak mempedulikan anak itu yang menolak sampai tangan itu merah. Mean membuka pintu kamar dengan pin yang dihafalnya dan membanting Plan ketempat tidur setelah melonggarkan dasi menindih tubuh Plan.

Plan mulai panik saat Mean mulai mengunci kedua tangannya dan mulai menyusuri lehernya nafas Plan memburu ketakutan itu muncul begitu saja suara tawa menggema diseluruh ruangan, menertawakannya rasa sakit yang ia alami.

"jangan...jangan..." Plan sudah menangis meronta dikekuatan terakhirnya. Untuk kesekian kali Mean tidak belajar dari pengalaman. Seharusnya Mean tahu tidak melakukan hal itu pada Plan lagi. Apa perlu P Terth untuk membunuhnya untuk menyadarkan tidak memperlakukan orang seenaknya.

Plan menggigit cuping Mean sampai mengaduh disaat itu Plan mendorong tubuh Mean diatasnya Plan tidak tahu harus kemana untuk melindungi diri pikirannya kalut mengambil apa yang ia bisa dan melemparnya kesembarang arah kamar mulai berantakan Mean menyaksikan itu seperti terakhir kali.

Dengan cepat Mean menghampiri Plan membawa kepelukannya menenangkan merasakan ujung bajunya dipegang

"P Terth" ucap Plan dalam keadaan setengah sadar.

Mean mengepalkan tinjunya sehebat apa P Terth hanya ada nama itu dalam otak kecil Plan

Setelah sedikit tenang Plan mendorong kasar Mean mengambil pot bunga melemparkan kearah Mean dan berlari kepintu pergi dari sana Mean lengah dan mengejar Plan. Mereka dijalanan umum dengan kendaraan masing-masing keadaan sepi Plan menyuruh untuk segera sampai.

Tujuan Plan adalah rumah Mean dimana ada P Terth disana dengan keadaan yang berantakan bertelanjang kaki Plan berlari dengan cepat mengetuk pintu rumah itu karena Mean terlihat dengan mobilnya

"P Terth...P Terth..."

Pintu terbuka dengan orang yang diharapkan oleh Plan menangis memeluk tubuh P Terth erat "tolong aku...tolong aku P" ucap Plan lirih

"tenang...tenang..ada apa?" P Terth melihat Plan dengan khawatir tapi Plan tidak mengatakan apa-apa semua itu terjawab setelah Mean muncul

P Terth mengerti situasi menyerahkan Plan pada Merry untuk ditenangkan dan langsung melayangkan tinjunya pada Mean. Untuk kali ini P Terth tidak akan memberi Mean ampun harus melampiaskan untuk Plan yang mengabaikan peringatan darinya. P Terth tidak mengatakan apa-apa hanya terus memukul Mean.

"P...Plan pingsan! Kita harus membawanya kerumah sakit" ucap Merry

"tidak! dia tidak suka rumah sakit" ucap P Terth terus memanggil Plan

"kita harus membawanya P. Plan membutuhkan pertolongan!" Merry realistis melihat keadaan Plan yang sekarat

"baiklah kita kerumah sakit. P akan membawanya kerumah sakit kau lihat Chiba" Merry mengangguk dan P Terth membawa Plan kemobil untuk dibawa kerumah sakit. Kemudian Merry membawa Mean yang terkapar kemudian.

Mereka berdua khawatir dengan dua orang yang sedang dirawat. Mean luka diwajahnya cepat di obati keluar dari ruang perawatn dengan beberapa kassa.

"memilikinya lagi" P Terth emosi menarik kerah Mean mendorong tubuh itu kedinding

"P Terth" panggil suster P Terth beralih "anda P Terth?" suster bertanya setelah P Terth mengangguk dan ikut masuk keruangan bersama dokter

"mungkin anda bisa membantu kami sedari tadi pasien memanggil anda" P Terth mengangguk

P Terth menyalahkan dirinya menggenggam tangan itu memberi Plan ketenangan.

"kau tahu apa yang telah kau lakukan?" Merry bertanya pada Mean namun tidak menjawab "kenapa kau tidak pernah dewasa! Kau selalu bertindak semaumu!" Merry tidak akan membicarakan apa-apa lagi pada anak keras kepala tersebut.

"bagaimana keadaan Plan?" tanya Merry saat P Terth keluar

"dokter harus memeriksanya dulu dan untuk sementara memberinya obat penenang" jawab P Terth

Setelah mendengar penjelas dokter baik Merry maupun P Terth tidak mengatakan apa-apa informasi yang mereka tahu selama ini Plan mengalami depresi dan juga obat tidur yang ia konsumsi. Plan melawan sakit sendiri. Merry memeluk P Terth menenangkan suaminya. Merry tidak harus merasa cemburu karena P Terth sudah menceritakan semuanya.

"P Terth...P Terth.."

"P Terth!"

Plan siuman setelah beberapa jam. Tidak ada orang diruangannya Plan mulai panik sendirian melepaskan jarum infusnya turun dari ranjang meskipun keadaannya lemah Plan harus keluar untuk mencari P Terth

"P Terth!...P Terth!" Plan jatuh didepan pintu. Tubuhnya tidak cukup bertenaga.

"Plan" P Terth didepannya memanggilnya lembut

"P ...Terth..." ucap Plan serak memeluk tubuh itu "jangan pergi...jangan pergi P...tetap bersama na" Plan menangis begitupun P Terth

"hmm..P tidak akan pergi jadi tenanglah"

"benarkah?"

"hmm..P Tidak akan pergi"

Plan menangis dan P Terth mengangkat Plan keranjang membetulkan infusnya dengan bantuan dokter. Plan kembali tertidur setelah diberi obat

"jika terus diberi obat tidak akan baik untuk kesehatannya apalagi Plan sudah lama mengkonsumsi obat itu" ucap Merry yang melihat Plan

"untuk mengurangi depresi Plan harus terapi" Merry meringankan beban P Terth

"kita belum bisa pastikan" ucap P Terth melihat Plan yang tidur dengan tenang

"kau bisa membujuknya P"

"tidak. Ini bukan hal yang bisa ditangani dengan mudah" ucap P Terth

"untuk kebaikan Plan" yang Merry tahu Plan penurut dengan kata-kata P Terth mereka sangat dekat maka dari itu P Terth yang harus membujuk Plan agar mau berobat karena itu berbahaya jika Plan terus memendam masalahnya sendiri.

"P bisa membujuknya pelan. Aku percaya pada P" ucap Merry

"kau tidak marah?" ucap P Terth pada Merry yang menggeleng

"kita tidak tahu selama ini Plan lebih banyak menderita" ucap Merry mengambil tangan P Terth dan menggenggamnya "Plan berbaik hati untukku genggam tanga ini apapun keputusan P kedepannya aku tidak akan berdebat" ucap Merry dan memeluk P Terth


Mean tunggu pembalasan Plan ya. Hahaha

Follow my instagram : @busamvung_id

MEANPLAN II KENALI AKU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang