Selamat siang. Selamat membaca.
Sampai batas mana kemampuan seseorang untuk mengukur sebuah keberhasilan, pencapaian untuk dirinya sendiri atau bermanfaat bagi orang lain. Sebuah perusahaan berkembang pesat tentu saja ada orang-orang yang bekerja keras dibaliknya ada keringat yang diteteskan. Kesuksesan yang tidak dicapai dengan cara instan ada cara-cara dan syarat-syarat tertentu didalamnya.
Plan melepaskan kacamatanya mengendarkan pandangan keseluruh ruangan. Melihat beberapa karyawan yang berlalu lalang. Dengan dokumen ditangan mereka. Dengan kesibukan mengangkat telepon tidak lupa canda tawa mereka yang menjadi obat lelah setelah melakukan kegiatan diluar.
Perusahaannya di akusisi setelah mengalami kerugian tidak bisa menutupi saldo yang mereka miliki bahkan dirinya tidak bisa meminjam kepihak bank tanpa jaminan. Perusahaan yang ia bangun dengan susah payah akan tinggal nama. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain meminta maaf pada karyawannya setelah apa yang diketahui Plan menggantungkan hidup dari gaji yang mereka terima.
"hallo..."
"..."
"..."
"..."
Setelah menerima telepon anonim tersebut Plan secepat kilat berlari pada orang yang mengintruksikan untuk bertemu, orang yang memiliki solusi dari kebangkrutan yang dialaminya. Sebuah restoran yang tidak jauh dari perusahaan. Dirinya dituntun untuk masuk kesebuah ruangan khusus dari restoran tersebut dan duduk didepan orang yang mempersilahkannya.
"apa benar anda memiliki solusi dari masalah saya?" tanya Plan cepat tidak ingin membuang waktu lagipula ia tidak mengenal orang didepannya.
Orang itu tersenyum kemudian "kami akan menanam modal tentu saja dengan syaratnya jika setuju bisa langsung ditanda tangani" menyerahkan amplop coklat padanya. Setelah dilihat itu adalah sebuah perjanjian dari kedua belah pihak. Plan menatap orang tersebut penuh selidik ia harus berhati-hati nasib banyak orang ditangannya.
"sebelum itu bisakah anda memperkenalkan diri" pinta Plan
"hmm...tidak perlu khawatir. Saya tidak berniat untuk menipu tapi baiklah nama saya tidak begitu penting tapi disini saya mewakili perusahaan jika anda setuju saya akan melaporkan pada atasan saya. Kedua belah pihak sama-sama menguntungkan. Perusahaan kami baru-baru ini melebarkan sayap dibidang seni dan setelah kami pelajari perusahaan anda cukup kompetitif dalam hal apa yang kami butuhkan. Lebih spesifiknya anda tidak perlu memikirkan karyawan karena mereka akan tetap pada posisi mereka tapi akan diatasnamakan perusahaan dan anda akan bersama mereka disana"
Plan mencerna apa yang baru saja diucapkan oleh orang yang tidak menganggap namanya begitu penting melihat logo didokumen digenggamannya tidak ada yang tidak mengenal sepak terjangnya mendunia. Tidak pernah terfikirkan Plan akan berurusan dengan perusahaan raksasa tersebut.
"apa boleh saya memikirkannya terlebih dahulu dan mempelajarin dokumen ini?" tamya Plan setelah mengambil dokumen tersebut mengangkatnya
"tidak masalah. Kami selalu memiliki waktu" ucap orang tersebut
"terimakasih"
Plan tersenyum lega. Ada orang yang berbaik hati untuk menolongnya terlepas siapa orang tersebut. Keuntungan yang disebut adalah dirinya tetap bekerja disana sebagai penanggunjawab begitupun dengan karyawannya yang tetap pada posisi mereka yang berubah adalah nama juga pemiliknya.
"apa ini keputusan yang tepat?" Plan bertanya dan tangannya mengusap kucing peliharaannya tersebut mengangkat kepelukannya "aku hanya mencoba mengambil keputusan yang terbaik untuk banyak orang walaupun akan menjauhkan kita dari impian tapi tidak apakan kita mewujudkannya sedikit lebih lama?" seolah mengerti perkataan tuannya kucing tersebut mengibaskan ekornya membuat Plan tersenyum.
"kau yang terbaik" ucap Plan lagi lalu mencium kucing kesayangannya
***
Seperti mentari, suasana hangat terlihat menyelimuti kantor pagi ini atas penyambuatan pemilik baru tidak terkecuali Plan mantan pemilik sebelumnya memutuskan demi kesejahteraan karyawan orang yang sudah lama ada bersamanya tidak apa untuk mengorbankan sedikit ego.
Tepuk tangan mengakhiri penyambutan itu.
"terimakasih sudah memberi saya kesempatan" ucap Plan pada orang yang kini duduk dikursi yang dulu adalah tempatnya.
Laki-laki itu menatapnya. Mungkin melihat bagaimana ia berpakaian tidak sebanding dengan apa yang dikenakannya saat ini "menarik" hanya itu kata yang diucapnya setelah meniti beberapa saat.
"tidak masalah, kau bisa kembali"
"terimakasih"
Plan hanya duduk dikubikelnya. Memperhatikan dengan seksama layar persegi tersebut sampai deringan telepon memecahkan konsentarinya.
"ya, ada yang bisa saya bantu?"
"..."
Suara itu jelas membuat Plan terkejut. Menatap keruangan si bos yang sudah melambai padanya lalu bergerak mendorong pintu pemisah tersebut
"bapak membutuhkan sesuatu?"
"saya ingin semua dokumen terdahulu" pendek, tepat.
"maksud bapak?" tanya Plan lagi seingat dirinya tidak ada yang belum ia berikan
"kami perlu berjaga-jaga jika terjadi sesuatu"
Plan menghela nafas berdiri tegap "jika maksud bapak Mean Phiravich adalah 'dokumen lain' maka tidak ada 'dokumen lagi' lagi pula seharusnya bapak memikirkan ini sebelumnya dari pada berisiko" Plan tidak mau kalah dituduhkan seperti itu. Dirinya tidak melakukan pekerjaan setengah-setengah itu bukan haknya akan tetapi bukan dan itu tidak akan berguna.
"baiklah, kau bisa menyetir?" tanya Mean berdiri mengancing ujung jasnya
Plan mengangguk.
Ps. Ini cerita sederhana dari pemikiran yang sederhana dan mungkin sangat jauh dari kata sempurna mohon dukungannya ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEANPLAN II KENALI AKU ✅
Fanfiction#8 MEANPLAN 16/02/20 'tak kenal maka tak sayang' Perjalanan hidup tidak selalu manis. Kebahagiaan Meanplan renggang begitu saja saat seseorang dari masalalu kembali dan menawarkan kebahagian lain. Ketika rahasia satu persatu terungkap. Apa pilihan y...