23. Perpisahan

547 56 4
                                    

Hello hayyyy....selamat membaca...

Tengah hari salah satu dari dua orang diatas ranjang bergerak itu adalah Plan perlahan matanya terbuka sempurna denyutan dikepalanya terasa hendak turun dari ranjang melihat kesamping ada orang lain disana Plan mencoba untuk tenang memeriksa keadaannya, bernafas lega setelah tidak ada yang terjadi.

Tubuh tanpa baju itu mengusap kerongkongannya yang kering melihat kesekeliling ini bukan kamarnya melainkan kamar orang yang masih tertidur, Plan mencuci mukanya dan baru menyadari jika wajahnya sedang terluka dan perih saat bersentuhan dengan air. Plan keluar kamar mengabaikan Mean melihat P Un karena perutnya sudah minta diisi.

"kau bangun?"

"hmm...beri aku makan" Plan duduk dikursi dan P Un langsung melayani Plan

"kau menginap dikamar VVIV dan sekarang kau minta makan?"

"oo tentang itu...aku akan kembali kekamarku"

"kamarmu sudah ditempati pelanggan" jawab P Un enteng duduk didepan Plan. Memperhatikan wajah itu yang sudah terlihat membaik

Plan mengehentikan suapannya yang melayang "kau melakukan itu?"

"aku mendapatkan keuntungan dari kerjasama ini"

"aku akan membayarnya" ucap Plan kemudian

"kau tidak dengar, aku mendapatkan keuntungan"

Plan terus makan dan membiarkan P Un merawat lukanya. Belakang Plan tau jika Mean bercerita jika mereka berselisih juga semalam Meanlah yang membawanya kekamar laki-laki itu dan menyulap kamar sederhananya dengan kamar mewah. P Un menasehati Plan untuk berbaik hati pada Mean jika laki-laki itu tulus meminta maaf.

"biarkan aku bekerja disini"

"hah? Bekerja. Bagaimana dengan kantor"

"aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi jadi sebelum aku mendapatkan pekerjaan baru biarkan aku bekerja disini" ucap Plan

"tunggu. Kau belum menceritakan apa-apa"

"kantorku diakusisi olehnya"

"dia yang kau maksud...laki-laki kaya itu?"

Plan mengangguk

"aku bisa bekerja dengan baik, melayani pelanggan misalnya" ucap Plan ragu

"jangan konyol" P Un tidak memikirkan apa pekerjaan ini cocok untuk Plan

"aku serius hanya sebelum aku mendapatkan pekerjaan baru" Plan memohon setidaknya untuk sementara Plan bisa menghidupi dirinya sendiri ia akan memikirkan hal lain nanti tidak apa jika dirinya tidak mendapat kamar selagi masih ada tempat untuk tidur tidak menyusahkan orang lain.

Plan tersenyum saat P Un mengangguk

Pekerjaan yang Plan lakukan tidak berat hanya melayani pelanggan dibar dengan mengobrol dan merayu para bos untuk memesan minuman mahal sebuah keuntungan yang harus didapat oleh P Un. Plan tidak begitu ahli dalam berbicara tapi Plan akan menantang dirinya sendiri.

"seseorang mencarimu" P Un datang memanggil Plan saat bersama pelanggan

Plan berdiri sebentar berbicara pada P Un "aku tidak memiliki siapapun untuk ditemui" ucap Plan untuk kembali duduk tapi P Un mencegahnya dengan memamerkan kartu ditangan

"maaf bos malam ini ada sistem pergantian pasangan dijam.." P Un melirik jangan ditangannya dan mengatakan pada pelanggan tersebut. Plan tersenyum kecil sejak kapan ada sistem seperti itu dibar ini.

Plan keluar dari bilik kecil dan melihat seseorang yang berdiri disana. Orang yang familiar.

"P disini?" ucap Plan "P harus membayar mahan untuk tarifku" Plan seperti meledek pada P Un yang tersenyum padanya

"P sudah menyerahkan padanya beserta bonus" Plan mengngguk dan membawa P Terth untuk duduk

P Terth mengeluarkan ponsel Plan dari sakunya "P menghubungimu dan kau tidak ada diapartement jadi P pikir kau disini" Plan mengambil ponsel tersebut dan berterimakasih

"bagaimana dengan lukamu?"

"sudah diobati P Un" Plan mengangkat dagunya "aku baru menyadari jika waktu itu wajah P juga lebam. P berkelahi?"

P Terth menggeleng "tentang Merry...P tidak bermaksud menyembunyikannya, sungguh" P Terth merasa khawatir apa yang dipikirkan oleh Plan

"aku sudah memikirkan semuanya p..untuk...berpisah"

"apa yanga kau katakan, P tidak suka mendengar itu" P Terth menggenggam tangan Plan dengan cepat untuk tidak berbicara lagi

"saat ini aku hanya ingin menghitung kebahagiaan. Aku tidak memiliki perasaan sedih begitupun orang lain jika P bersamaku akan ada perasaan sedih untuk orang lain. Hubungan yang kita miliki itu hanya ada dimasalalu dan akan berada disana sebuah keegoisan untuk tetap mengulanginya"

"aku tidak menyalahkan P atau siapapun hanya semua orang berhak memiliki kebahagiaan. Aku harap P bisa menerimanya"

"tidak P tidak akan menerimanya" P Terth pria lembut yang keras kepala Plan harus menjelaskan dengan baik

"P sudah menikah itu sebuah fakta dan kenyataan. Aku tidak akan berani merusak rumah tangga yang suci. Dan Chiba...anak itu membutuhkan P disisinya...aku tidak mau Chiba merasakan seperti apa yang aku rasakan. Perasaan tidak diinginkan oleh orangtua. Aku tidak memiliki kenangan indah bersama orangtua untuk diceritakan pada orang lain ataupun untuk diingat, P paling tahu akan hal itu"

"tapi..Chiba harus merasakan kebahagiaan itu. Ini belum terlambat P" Plan berkata dengan dengan sedih.

"Plan..."

"aku akan baik-baik saja P...ada paman bersamaku. P bisa kembali" Plan sudah menghitung, tidak akan ada yang tersisa untuknya karena pamannya juga akan segera pergi. Perasaan ditinggalkan akan merayap dalam tubuhnya. Berusaha untuk tetap tersenyum pada P Terth agar laki-laki itu tidak memiliki beban dalam hatinya.

"P mencintaimu" ucap P Terth kemudian. Perasaan cinta untuk saudara Plan tidak akan salah mengartikannya lagi. Hanya mengangguk.

"kau benar-benar akan putus dengan P?" tanya P Terth lagi

Plan mengangguk "P harus pergi...aku memiliki pelanggan" Plan berdiri dan mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan P Terth juga ikut berdiri tapi tidak menyambut tangan itu melainkan langsung memeluk Plan, erat.

Plan tidak bisa menahan airmatanya yang jatuh begitu saja. Ini perpisahan yang sebenarnya.

"kau harus menghubungi p" ucap P Terth dalam pelukan itu Plan mengangguk sebelum mengurai pelukan mereka Plan menghapus air matanya. Plan masih melambai menatap kepergian P Terth setelah tidak terlihat Plan jatuh kelantai menangis kencang melampiaskan sakit didadanya. Semuanya pergi!

P Un yang melihat itu mengerti perasaan sedih Plan langsung menenangkan Plan mengatakan pada anak itu tidak apa-apa tidak apa-apa

Mean menyaksikan itu semua niatnya untuk mencari Plan dan berbicara tapi ia dikejutkan dengan kehadiran P Terth merasa penasaran Mean mendekat dan mendengar apa dua orang itu bicarakan setelah kepergian P Terth Mean melihat kesedihan Plan tidak bisa berbuat apa-apa. Mean kembali kekamarnya dengan perasaan kosong melihat Plan menangis membuat Mean meraba dadanya. Kenapa dadanya sesak saat melihat Plan bersedih? Pertanyaan yang tidak bisa Mean jawab sekarang.

Bersambung...

Follow my instagram : @busamvung_id

MEANPLAN II KENALI AKU ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang