29

1.7K 154 9
                                    

Kesabaran manusia bukannya terbatas, tapi beda kemampuan.  Tiap manusia punya perkiraannya sendiri
.
.
.

Sudah genap 4 hari hubungan antara Hoshi dan Lia putus. Rasanya Hoshi seperti burung yang sayapnya patah. Tidak mampu berdiri apa lagi terbang. Rasanya sakit.

Walau ia mencoba untuk move on dan fokus kembali pada karir seperti sebelumnya ia mengenal Lia. Tapi rasanya sulit. Hoshi membuka ponselnya. Bahkan diwallpapernya masih terpampang jelas foto antara dirinya dan Lia.

Mau bagaimanapun, Lia  datang dan sukses memporak-porandakan hatinya. Masih ingat jelas bagaimana gadis itu sebelumnya sering salting dan manangis karena bertatapan dengannya. Kini sebaliknya?

"Jadi gini Lia? Rasanya nangis karena merasa halu? Para fans selalu seperti ini? Cih. Pria sepertiku, merasa tidak pantas menjadi alasan menangis para wanita(fans)"

Hoshi tersenyum, kenapa ia jadi rindu dengan gadis labil itu? Hoshi berpikir, apakah Lia juga merasakan tidak karuan seperti dirinya? Jika sudah putus dan Lia masih setanah dengannya. Bagaimana cara atau alasan Hoshi untuk bertemu?

"Datengin aja kalo kangen mah" seseorang menghampiri Hoshi dan duduk disamping pria itu. Itu adalah The8.

"Apasehhh. Tidur sana, malah kesini" jawab Hoshi lalu memasukkan ponselnya kedalam saku. The8 mendecih, pria kurus itu memberikan kaleng minuman alkohol pada Hoshi. Hoshi menerimanya dan membukanya lalu menenggaknya.

"Yaaa kadang seseorang harus pergi agar orang yang lainnya dapat belajar dan menjadi seseorang yang lebih kuat. Tidak semuanya perpisahan buruk kan?" Ucapan itu sukses membuat Hoshi menoleh.

"Cih. Apa kamu tuh. Kamu kalo ga ada diposisi hyung, jangan menasehatiku seperti kau sudah mengalami"

"Hyung benar. Aku memang tidak berada diposisi hyung. Tapi di logika saja, apa Lia pergi membuatmu mati? Atau membuatmu rugi? Secara real, tidak. Jadi jika hyung bisa berpikir, harusnya hyung buktikan pada Lia dan orang sekitar, jika tanpa gadis itu pun hyung tetap bersinar" Hoshi menghela nafas. Bisa dikatakan kini Hoshi sedang berada ditaraf bucin, rasanya semua tentang Lia itu sangat mempengaruhi dirinya. Bahkan untuk bernafas saja Hoshi merasa sesak jika mengingat hubungan antara dirinya dan Lia berakhir.

Seolah sumber kehidupannya adalah gadis itu.

Jika sebelumnya saat ia lelah dan tidak mood. Cukup mengingat senyum Lia sudah cukup. Lalu sekarang bagaimana?

"Sepertinya aku bisa kembali dengannya setelah ia selesai kuliah. Dan aku sudah memastikan aku tidak kuat" ucap Hoshi sambil melamun. Melihat Hoshi yang galau, The8 tertawa.

"Aishhh. Kamu tidak berguna, pergi sana" Hoshi mendorong-dorong The8.

"Iyaiya maaf. Kalo emang hyung masih ingin bersama Lia. Lebih baik kalian berbicara. Mumpung Lia masih remaja, ia masih bisa diajak buat kesepakatan" disini maksud The8 adalah Lia masih ditaraf remaja labil yang masih mudah diajak kompromi mengenai sebuah keputusan.

"Jika tidak mau gimana? Lia lebih dewasa dari yang kamu pikirkan" Hoshi menggantung ucapannya. "Apa aku mengikatnya saja ya?" Tanya Hoshi dengan polosnya. The8 melebarkan matanya.

"Oouhhh jangan bilang hyung mau mengikat Lia dengan cara itu. Tidak. Itu akan memperburuk keadaan. Jangan ya!"

"Lalu apa dong" lirih Hoshi.

"Coba dulu bicara. Situasi ga akan berubah baik jika cuma dihadapi dengan mengeluh dan diam"

❤❤❤

Semakin hari bukannya semakin membaik, tapi suasana hati Lia semakin memburuk. Ia tidak menyangka jika berpisah dengan Hoshi akan berdampak seperti ini. Kini Lia jadi sangat malas merawat diri. Boro-boro rajin skincarean seperti dulu. Cuci muka saja Lia sangat enggan.

Tubuh Lia pun semakin hari semakin kurus. Wanita itu sangat malas jika disuruh makan, jika sangat lapar barulah Lia makan.

Yuri memandang sedih keadaan Lia. Ia tidak memikirkan jika Lia akan down seperti ini. Ternyata ada yang lebih membuatnya sedih dari keadaan Lia sebelumnya. Dijauhkan dari Hoshi, Lia semakin menyedihkan.

Yang biasanya wanita itu pandai merawat diri, sekarang tidak terawat dan membiarkan jerawat tumbuh bebas diwajah cantiknya. Sudah cukup Yuri merasakan kesedihan Lia! Yuri tak tahan.

"Lia" panggil Yuri sambil memasuki kamar Lia.

"Hem" sampai Yuri duduk disamping Lia pun, Lia seperti tidak peduli. Jujur, Lia masih kesal dengan Yuri. Tapi Lia sangat menghargai jasa Yuri sejak ia tinggal disini. Bagaimanapun Yuri tetaplah walinya dinegara ini.

"Kamu kok jarang rawat diri? Hem?"

"Apa itu hal yang bagus untuk dibicarakan?" Tanya Lia tanpa menoleh kearah Yuri. Yuri menghela nafas pelan.

"Kamu lebih baik kembali ke indonesia" seketika ketikkan Lia berhenti. Lia memejamkan matanya sebentar.

"Wae? Kurang puas Eonni buat Lia sedih? Eonni belum puas ya buat aku jauh sama Hoshi? Iya?"

"Kamu sepertinya akan terus merasa sedih jika kamu disini. Eonni-"

"Ahh Lia tahu. Eonni ga mau ya ngurusin Lia lagi? Wahh. Padahal Lia ga banyak mau lohh sekarang. Lia ga pernah sekalipun ga nurut sama Eonni. Dan sekarang Eonni nyuruh aku balik?" Sungguh Lia tidak mengerti dengan jalan pikirian Yuri. Kenapa sih dengan Yuri?

"Bukan itu. Eonni ga mau masa depan kamu terhambat karena kamu yang terpuruk" Lia tidak peduli, dan Lia bangkit meninggalkan Yuri. Menghampiri lemarinya dan mulai menyusunnya di koper.

"Lia! Kamu ngapain?!" Gertak Yuri. Lia masih tidak menjawab, sampai Yuri mendatanginya dan menahan lengan Lia untuk memasukkan baju-bajunya.

"Apa sih Eon?! Eonni kan yang minta aku pulang? Oke! Aku ga pernah yang namanya langgar perintah Eonni. Eonni nyuruh aku putus, aku putus! Tapi kali ini, aku bakal langgar semuanya! Aku ga bakal pulang ke indo karena apa? Kuliah disini itu udah impianku jauh sebelum aku mengenal langsung mereka. Baik itu mereka ataupun Eonni, ga akan ada yang berhak menghambat itu. Dan satu lagi, aku mau keluar dari sini. Eonni egois" Lia mendorong pelan tantenya ini dan melewatinya begitu saja.

"LIA! Kamu disini tanggung jawab Eonni ya! Tetap disini!" Sentak Yuri. Lia pun berhenti tanpa menoleh.

"Sisa barang-barangku nanti aku ambil lagi. Sekarang, Eonni ga punya hak atas apapun didalam tubuh aku. Aku bakal bilang sama Mama dan Papa, kalo aku mau sewa apart sendiri. Jadi Eonni ga usah pusing lagi mikirin Lia yang selalu salah ini. Permisi. Lia ga bisa bertahan sama keluarga yang ga ngerti perasaan orang lain" Lia pergi dan tidak memperdulikan teriakan Yuri. Bahkan wanita itu hanya pergi dengan ponsel, koper, dan uang cash tak seberapa.

Yuri terduduk lemas didepan pintu kamar Lia. Astaga, apa dia terlalu keras? Ah dia lupa. Lia masih remaja yang sangat labil. Ia salah dalam bersikap dan bertindak dengan orang yang belum dewasa.

Yuri hanya berniat dan berusaha yang terbaik untuk Lia. Agar gadis itu bisa berhasil dengan proses yang ia kerjakan tanpa penyesalan.

"Eonni bukan mau kamu pergi dari sini. Tapi Eonni cuma mau kamu ga terjerumus sama kesenanganmu sendiri"

Tbc

Vote dan komen gaes!
Aku rajin update lohhh sampe ini tamat
Masa kalian ga mau vote dan komen
Yang semangatin aku siapa dongggg
Ayo selesaikan cerita ini ditengah hiruk pikuk corona dimana-mana
Karena setelah ini selesai, aku bakal kerjain projek baru dan lanjuttin sequel mine
Tuhkannn masa aku sebaik itu kalian ga mau vote dan komen hiks
Biar kalian semangat aku spoiler in deh projek baru yang bakal aku up setelah ini tamat

Kalo ga tentang Hoshi yang bingung nyari pembunuhnya yaaaa berarti tentang  Mingyu yang mau jadi dokter ahli hihiw

Udah ah kebanyakan spoiler
Dah!

Kalian jaga kesehatan ya!
Luv u!

My Idol Is My Boyfriend | Kwon Soonyoung✔[Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang