2.2-Fallin Flower

3.5K 194 56
                                    

Perhatiann!
Ini chap adalah paling panjang karena bakal membahas tuntas semuanya. Jadi disarankan sudah siap camilan dan juga es jika perlu
Sekian.
.
.
.

Bagaimana jika sebuah benang merah masih mengikat keduanya?
Mungkin akan begini akhir dari kisah cinta Lia dan Hoshi
.
.
.

Pembohong. Itu adalah satu kata yang pas untuk mendefinisikan Revan dimata Lia. Pria itu berjanji akan bersamanya selamanya. Bahkan akan membahagiakannya disisa umurnya. Ah untuk yang terakhir sepertinya memang benar.

Pria yang satu tahun lalu menikahinya itu memang serius membahagiakannya disisa umurnya. Tepatnya satu tahun lebih dua bulan pria itu membuatnya bahagia. Membuatnya mau berdamai dengan masa lalu.

Nyatanya pria itu berbohong untuk hidup bersama hingga kakek nenek. Pria itu pergi. Untuk selamanya dan tidak akan kembali. Meninggalkan Lia sendiri, lagi. Tidak, pria itu meninggalkan dirinya dan juga calon anak di perut rata Lia ini.

Minggu lalu dokter memberitahu bahwa Lia sedang mengandung 6 minggu. Lia bingung harus bereaksi apa. Bahagia dan sedih rasanya hanya berbeda tipis.

Revan terlibat kecelakaan tunggal bulan kemarin. Bahkan pria itu tidak tahu dirinya hamil karena Lia memeriksanya baru beberapa waktu lalu setelah Revan meninggal.

Rasanya ia ingin menyalahi hidupnya. Kenapa semuanya tidak selesai-selesai sih? Apa belum cukup ia sedih dengan percintaannya sebelumnya? Sekarang saat dirinya mulai menerima semuanya. Tuhan juga dengan teganya mengambil Revan darinya.

Tangan Lia terulur mengusap perut ratanya. Sembari memandang langit pagi di balik jendela kamarnya. Kamar masa remajanya. Ya, sejak Revan meninggalkannya. Lia meminta Fery dan Tina untuk boleh tinggal lagi dirumah orang tuanya itu.

Lia bermaksud untuk sementara keluar dulu dari rumahnya dan Revan dulu. Walau hanya setahun, tapi ia masih melihat jelas kenangan bersamanya dengan Revan dirumah itu. Rasanya Lia masih belum siap. Apa lagi ia tengah mengandung sekarang. Ia takut akan mempengaruhi kesehatannya.

Yaa walaupun ia sudah menyerah akan hidupnya tapi setidaknya ia hidup untuk calon anaknya.

"Apapun yang terjadi. Kita bersama ya nak," lirih Lia. Tidak sadar air mata Lia menetes. Entah lah. Harusnya ia mengingat Revan saat hatinya segundah ini. Tapi justru ia mengingat Hoshi. Kekasihnya dulu. Lia kecewa dengan dirinya sendiri, kenapa masih belum bisa untuk melupakan pria itu.

"Gue harusnya inget Revan bukan lo Soon,"

Ceklek

Aksi galau bombaynya harus terhenti saat pintu kamarnya dibuka pelan oleh sang Mama. Tina.

Lia cepat-cepat menghapus air matanya. Sudah cukup ia membuat Mamanya khawatir.

"Ya, Ma?" Wanita paruh baya itu menghembuskan nafasnya pelan. Ia tidak bodoh untuk tahu Lia baru saja menangis. Biar lah, wajar jika anak putrinya ini bersedih.

Tina tersenyum diambang pintu. "Ada tamu kamu, keluar yuk. Orang korea kayaknya. Jauh-jauh sampe sini, orangnya cantik banget," Lia terkekeh saat melihat Mamanya ini begitu berlebihan saat berbicara. Lia menghampiri sang Mama.

"Siapa sih?" Tina menggedikkan bahunya.

"Kalo bisa ya Mama tanyain siapa dia. Kan Mama nggak bisa bahasa Korea. Dia tadi juga kesusahan pas tanya pake bahasa inggris. Mama kan nggak paham, Papa kamu yang pinter mah. Jadi Mama suruh aja masuk, setidaknya dia bilang yang Mama paham 'I want meet your daughter, Lia' gitu," Lia terkekeh lagi. Mamanya kenapa masih saja lucu sih?

My Idol Is My Boyfriend | Kwon Soonyoung✔[Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang