42

1.7K 135 9
                                    

Terlalu menikmati
Membuatnya bingung saat perjuangan dimulai sedangkan seharusnya diakhiri
.
.
.
"

Apapun keputusan kamu, Mama sama Papa nggak akan larang sayang. Kamu udah dewasa dan udah tahu mana yang bener dan mana yang salah. Soonyoung anak baik, kalo kamu ikut dia. Mama udah cukup tenang," begitulah nasehat Tina, sang Mama. Lia hanya bisa diam dan memeluk tubuh ibu tercintanya ini. Lia sudah besar tapi ia masih ingin bergelayut manja dengan Sang Ibu.

"Tapi Ma. Bukankah seharusnya kita nggak boleh? Lia bakal melanggar perintah Tuhan kalo Lia lakuin itu," keluh Lia. Tina menghela nafas pelan. Sebenarnya cukup berat ia merestui hubungan Hoshi dan Lia. Tapi Tina selalu mengedepankan bahagia Lia dan ingin anaknya itu bisa memilih seseorang sesuai yang ia cintai. Tina ingin anaknya bahagia. Hanya itu.

"Yaudah. Mama nggak akan bilang apa-apa lagi. Kalo kamu masih ragu, kamu masih punya Tuhan kan? Istikharah. Coba minta pilihan yang terbaik. Apapun itu, Mama bakal tetap sayang kamu," Lia mengangguk. Ia sangat merasa beruntung memiliki seorang Ibu yang sangat mengerti dirinya.

Perlahan air mata Lia menetes. "Heh kenapa sayang?" Tanya Tina panik. Lia menggeleng dengan masih sesenggukan yang tertahan. Dengan cepat Tina merengkuh tubuh Lia dalam pelukannya. Anak yang dulunya kecil dan berkuncir dua. Kini justru dihadapkan oleh pilihan yang sulit.

"Lia takut,"

"Takut apa sayang? Nggak ada yang perlu ditakutkan kalo kamu berani pilih sesuai hati nurani kamu. Percaya sama Mama," Lia mengangguk. Dan tangisannya kembali pecah dan itu membuat Reza, Sang Kakak berlari memasuki kamar Mamanya ini dengan langkah panik.

"Dek kenapa?" Tanya Reza panik. Lia melepas pelukannya lalu beranjak dan memeluk Kakaknya ini. Ia butuh....sandaran.

"Kenapa? Hehh. Jangan nangis, ini gimana gue tau apa masalahnya kalo lo gini," Reza menelisik kearah wajah Lia yang sudah memerah padam. "Cerita ya sama gue. Gimanapun keadaan lo, gue nggak bakal capek buat jadi tempat sandaran. Gue kakak lo," Lia mengangguk dan kembali memeluk leher kakaknya. Reza meringis, bukan ia yang merasakan tapi entah kenapa. Ia juga ikut sakit. Reza tidak peduli joroknya adiknya ini yang menangis dan beringus dilehernya.

Reza hanya ingin Lia tenang dulu.

"Kita ngobrol ya,"

"Kak,"

"Hem?"

Disela-sela tangisnya. Lia berusaha berbicara, "Gue takut.....bakal ninggalin Hoshi,"

❤❤❤

Entah apa yang membuat Hoshi melangkahkan kakinya di pantai sepi ini. Dengan membawa dua botol soju ia nampak berjalan frustasi. Ia butuh ketenangan setelah kepelikkan masalah yang ia hadapi terasa sangat mengganggunya.

"Sebenernya Tuhan nyuruh aku gimana????" Racau Hoshi. Pria itu pun kembali menenggak botolnya lagi. Membiarkan rasa pahit dan panas dilehernya sedikit membuatnya lupa akan hari ini.

Pandangan Hoshi teralihkan lagi kearah pantai. "Kalian kok enak sih? Hidup bareng gitu nggak pake beda agama segala. Pasti kalian nikah juga enak, langsung nikah tanpa sepusing aku," sepertinya Hoshi sudah mulai terpengaruh alkoholnya. Bahkan pria itu baru saja berbicara iri kepada makhluk laut disana.

Srekk

Satu botol milik Hoshi tiba-tiba diambil oleh seseorang.

"Yakkk!!"

Saat Hoshi mengangkat wajahnya dan ingin menonjok wajah orang itu, Hoshi malah tidak jadi melayangkan pukulannya.

"Oy. Minum nggak ajak-ajak," ucap orang itu. Hoshi mendengus pelan dan kembali meminum sojunya tanpa berpikir untuk menyapa orang yang duduk disampingnya ini.

"Pulang, udah malem. Lia bingung nanti," ucap pria itu. Hoshi menoleh kearah temannya ini. Yaa dia masih temannya Hoshi, DK. Ah sekarang kan mereka sudah bukan SEVENTEEN. Nama pria itu Seokmin. Lee Seokmin.

"Males," jawab Hoshi. DK terkekeh, temannya ini sudah mau 30 tahun masih saja seperti remaja labil yang baru jatuh cinta. Menggelikan.

"Omong-omong gimana kamu sekarang?" Tanya Hoshi. Pria itu sedikit masih sadar lah untuk berbincang.

"Baik. Aku kan habis comeback kemarin, lumayan. Bisa untuk modal menikah," jawab DK dengan perangai kocaknya.

"Aku juga akan menikah. Kamu jangan lupa datang," racau Hoshi. DK menghela nafas pelan saat Hoshi berbicara seperti itu. Melihat Hoshi tersenyum sambil mengucapkannya saja membuat hati DK sesak.

DK menepuk bahu Hoshi pelan. Temannya ini sepertinya sudah akan mencapai titik lelahnya. DK sangat tahu apa yang membuat master dance grupnya ini sampai melangkahkan kakinya di pantai sepi ini.

Ini adalah tempat favoritnya Hoshi jika ia sedang banyak pikiran. Karena DK mendengar banyak tentang permasalahan Hoshi dan Lia melalui Jihyun kekasihnya yang sekaligus adalah teman baiknya Lia.

Saat dirinya tidak sengaja berjalan, ia seperti melihat Hoshi. Saat itu benar Hoshi, DK berkenan menghampiri untuk sekedar menghibur. Memang apa lagi yang bisa ia lakukan?

"Iya. Besok aku dateng, sama Jihyun. Kalo mau nikah,ngapain disini? Nggak ngantuk? Biasanya kamu nggak pernah betah tidur malem," ucap DK. Hoshi malah tertawa, temannya sudah mabuk sepertinya. Dengan sekuat tenaga DK mengangkat tubuh temannya ini agar mau diajak berjalan.

DK juga membuang botol kosong yang isinya sudah habis dan masuk keperut Hoshi. Sedangkan sisanya ia tinggal saja disana, membawa tubuh besar Hoshi sudah membuatnya lupa akan harga mahal soju itu.

Berat. Itu yang DK rasakan. Jika Hoshi bangun mungkin ia akan meminta balas budi karena telah membawanya pulang. Dia cukup merepotkan.

"Kenapa sih? Bahagia didepan mata, kalian malah dapat cobaan," gumam DK pelan. Saat ia perlahan mendudukkan Hoshi dikursi bus yang untungnya masih ada. Ponsel DK berdering. DK terkekeh, itu adalah panggilan dari Lia. Sepertinya ada yang sedang dikhawatirkan.

"Yeoboseyo?"

"Oppa. Apakah kamu melihat Hoshi? Aku dirumahnya dan di-"

"Dia bersamaku," DK melirik Hoshi disampingnya. "Mabuk, jadi kamu bisa tunggu sebentar Nyonya Jung?" Canda DK.

"Ahh syukurlah. Yaa! Berhenti panggil aku nyonya, aku masih muda ya," teriak nyaring disebrang sana. DK tertawa lepas, ia sampai lupa ia berada dimana sekarang.

"10 menit kami sampai. Kamu masuk dulu saja, kuncinya ada dikamu juga kan?" Tanya DK.

"Iya Oppa. Hati-hati ya, aku  akan menunggu,"

Pip

DK melirik kearah Hoshi. Ia tidak sadar, beberapa tahun berlalu dan semua berubah. Hoshi yang awalnya adalah pria sipit yang selalu bersemangat. Sekarang terlihat lebih dewasa dengan rambut hitamnya.

"Kangen hyung. Sama kita semua," DK membuang nafasnya kasar. DK terpejam sambil menunggu busnya berhenti, sedangkan Hoshi. Entah lah pria itu sudah tertidur pulas dengan posisi tidak nyaman.

"Semoga kamu bahagia hyung,"

Tbc

My Idol Is My Boyfriend | Kwon Soonyoung✔[Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang