31

1.9K 156 20
                                    

Mencoba yang terbaik dan memperbaiki yang rusak adalah salah satu usaha untuk keluar dari jerat keputusasaan
.
.
.


"Asihhh bener-bener kamu ya. Kenapa sih pake marahhan segala sama Yuri Eonni? Pake minggat segala lagi" dengus Jihyun sambil memakan camilannya. Lia memutar bola matanya malas. Setelah ia memberitahukan alamat barunya, Jihyun langsung datang kemari membawa makanan banyak karena katanya Lia akan kekurangan makanan. Kata siapa coba?

"Kamu kenapa sih ah. Dateng bukannya ngehibur, malah marah. Pergi ah sana" Lia menendang-nendang tubuh Jihyun. Hampir saja Jihyun jatuh dari kasur jika ia tidak menahannya lebih kuat.

"Anjir lahh. Malah diusir"

"Udah ah ga usah gitu. Intinya aku mau mandiri, dan ga mau repotin siapapun"

"Ah masaaa"

"Musnah aja deh kamu!" Tawa Jihyun meledak. Suka sekali ia menggoda temannya itu. Jihyun mendekati Lia lalu memeluk temannya ini.

"Iya iya. Aku tahu maksud kamu kok. Aku ngerti. Kamu kalo butuh apapun, telpon aku ya. Aku ada buat kamu" hati Lia terenyuh, ia tidak pernah membayangkan akan memiliki teman sebaik Jihyun. Padahal ia lebih banyak merepotkannya. Sepertinya Lia harus banyak berbuat baik pada Jihyun.

"Hoshi hubungin aku semalem" seketika Jihyun melepas pelukannya. Jihyun terkejut mendengar hal itu.

"Hah? Kok bisa?"

"Dia habis dateng ke apartemen Eonni. Pasti Eonni udah cerita semuanya. Dan kamu tau ga? Dia ngajak aku ketemu. Katanya dia kangen" ucap Lia yang diakhiri dengan semburat merah dipipi.

"Cie cie cie" Jihyun sekali lagi menggoda Lia yang tengah tersipu itu.

"Apaseh ahh" setelah itu. Lia bercerita panjang tentang penyelesaian masalah semalam. Lia mengatakan bahwa Mama Papanya tidak keberatan jika Lia harus beda apartemen dengan Yuri. Asal Lia mau berhati-hati dan bisa dipercaya.

Untuk Yuri, ya wanita itu tetap mencoba membujuk Lia untuk tetap stay di tempatnya. Tapi tekat Lia sudah bulat, bukan semata-mata ia tidak mau dikekang or something like that. Tapi Lia hanya ingin hidupnya lebih mandiri dan lebih baik. Lia merasa dirinya akan segera dewasa, ia perlu hal privasi.

❤❤❤

"Etdahh busett. Wangi amat nih orang. Pake parfum berapa botol pak?" Goda Joshua saat melihat Hoshi disampingnya tengah mengambil minum. Karena posisi mereka berada didapur. Setelah Hoshi meneguk habis, baru lah ia menjawab ucapan Joshua.

"Mau pergi dongg. Kan aku punya cewek, ga jomblo kayak hyung wlee" alis Joshua mengerut. Hoshi punya cewek?

"Emang kamu dah move on? Bukannya baru aja kemarin ya kamu masih uring-uringan?" Joshua bingung sekarang. Apa lagi melihat Hoshi tertawa. Sepertinya ada hal besar yang baru terjadi. Dan pria berdarah amerika itu tidak tahu apa.

"Yaelahh. Move on. Orang ceweknya juga bukan orang yang beda. Dahh. Doakan aku sukses ambil hatinya lagi yaaa"

Buk buk

Hoshi memukul kencang lengan atas Joshua dua kali yang sukses membuat Joshua meringis.

"Gila ya?! Sakit anjir" Hoshi lagi-lagi hanya nyengir tak berdosa. Cepat-cepat Hoshi pergi dari dapur untuk menuju tempat janjian Lia.

"HYUNG! BILANG PADA SEMUANYA JIKA AKU PULANG LARUT!" Teriak Hoshi sebelum pria itu benar-benar pergi. Joshua memegangi telinganya. Itu manusia jika sudah berteriak, orang Jepang mungkin bisa mendengarnya.

"Ga usah aku bilang, udah pada denger maung" gerutu Joshua. Joshua akhirnya melanjutkan tujuan utamanya kesini, tapi sebentar.

"Aku kesini mau ngapain ya?" Joshua menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Joshua lagi-lagi mengumpat pada Hoshi.

"Gara-gara ngomong sama dia. Aku sampe lupa mau buat kopi" Joshua mendengus.

❤❤❤

Lia menunggu dengan hati yang berdebar. Karena gadis itu menunggu Hoshi di sungai Han yang cukup sepi. Mengingat tempatnya lebih aman. Bahkan Lia juga memakai baju penyamaran lengkap. Hawa dingin juga tidak membuatnya terlihat aneh berpakaian rapat seperti ini.

Sudah seminggu Lia tidak berkontak dengan Hoshi juga selama seminggu Lia sama sekali tidak bertemu Hoshi. Ia fokus kuliah sampai lupa istirahat. Huhh, mau bagaimana pun Lia tetap memikirkan Hoshi. Lia masih sayang.

"Lia!" Perhatian Lia teralihkan, terlihat seorang pria berpakaian mantel tebal dengan kupluk hitam dikepalanya tengah melambai kearahnya. Lia pun berdiri dan tersenyum. Sampai pria itu berdiri didepan Lia. Lia mendangak.

"Hai..cantik" sudut bibir Lia terangkat. Ia rindu.....pria ini.

"Kangen" ucap Lia spontan. Hoshi terkekeh pelan. Kenapa Lia masih semenggemaskan ini sih?

Dengan cepat Hoshi menarik tengkuk Lia lalu menciumnya setelah sebelumnya ia menurunkan syal yang menutup bibir Lia. Sekarang, ditempat ini, adalah saksi bisu Hoshi menumpahkan semua kerinduannya pada Lia.

Lia yang juga merasakan hal yang sama, juga ikut membalas ciuman Hoshi. Rasanya Lia ingin menangis, ia sangat rindu dengan Hoshi.

Hoshi melepas ciuman tersebut dan kembali melilitkan syal milik Lia lebih tinggi dari bibirnya.

"Dingin. Kita pergi dari sini yuk" Lia menatap mata Hoshi. Hoshi yang merasa ditatap pun ikut tersenyum.

Cup

Hoshi mencium kening Lia. Itu sukses membuat Lia membeku.

"Yuk" ucap Hoshi menyadarkan Lia. Hoshi merangkul pinggang Lia. Lia akhirnya bisa mengangguk.

❤❤❤

"Masuklah Oppa" ucap Lia sambil melebarkan pintunya. Hoshi memasuki apartemen Lia yang tidak terlalu besar ini. Mata Hoshi mengedar ke penjuru ruangan.

"Maaf ya, ga terlalu besar. Aku udah tinggal sendiri, harus hemat hehe" Hoshi mengangguk.

"Gapapa. Ini nyaman" Lia segera menuju dapur. Memindahkan makanan yang ia beli tadi. Seperti biasanya, ia tidak mau berada diluar lama-lama saat bersama Hoshi. Ia tidak mau kejadian kemarin terulang lagi.

Lia tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi dua kali.

"Oppa. Sojunya mau aku bukain sekalian?" Tanya Lia. Hoshi yang berada diruang tengah pun menyahut. Karena memang tidak ada pembatas antara dapur dan ruang tengah.

"Boleh. Kamu kesusahan ga? Mau aku bantu?" Hoshi akan beranjak jika Lia tidak menahannya.

"Gausah. Ini muat senampan kok" Lia berjalan kearah Hoshi dan meletakkan nampan berisi makanan lengkap itu dimeja. Mereka membeli ramen, dan membawanya pulang. Ramen Jepang sangat enak dinikmati saat musim dingin seperti ini.

Hening. Keduanya makan dengan tenang. Antara canggung dan juga malu?

"Kamu kayaknya ga nyaman banget" ucap Hoshi. Lia menaikkan wajahnya.

"Siapa? Aku? Ga kok. Cumaaaa...rada canggung aja. Udah lama yaaa" cengir Lia.

Tangan Hoshi mengusap kepala Lia lembut sebelum berucap lagi yang membuat hati Lia melayang.

"Kamu jangan pergi lagi ya. Aku ga bisa baik-baik aja saat ga ada kamu"

TBC

Aku updatenya kayak lagi mikirin dia ya, tiap hari. Wkwk. Gapapa lah ya. Kalian seneng kan???

Aku bakal rajin update. Tenang. Entah tiap hari atau 2 hari sekali? Ga tau deh wkwk

Tungguin aja.

Aku ga tau kenapa ini idenya lancar banget  mwehehe. Doain biar selalu lancar dan bikin kalian bahagia:)

Jan lupa votmennya. Dahhh

My Idol Is My Boyfriend | Kwon Soonyoung✔[Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang