8

1.1K 51 11
                                    

Happy reading and enjoy...
Jangan lupa vote dan komen
Warning! Typo dimana-mana

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hari terlalu begitu cepat. Tidak terasa sudah seminggu Vale menahan rindu terhadap tunangannya. Dan sudah seminggu pula, hati dan pikirannya bergejolak. Satu hal yang Vale yakin, bahwa semua itu hanyalah bagian dari sindrom pra-nikah.

"Tunangan kamu jadi pulang hari ini ?" tanya Rion

"Iya pak,"

"Jam berapa kira-kira sampai bandara ?"

"Sekitar jam 1 siang,"

"Kamu gak jemput dia di bandara ?"

"Enggak lah pak. Saya kan masih kerja. Toh udah biasa juga dia pulang sendiri,"

"Baiklah. Nanti makan siang diluar ya," ajak Rion

"Siap pak,"

.
.
.
.
.

Siang harinya, Rion dan Vale tengah bersiap-siap. Mereka akan pergi makan siang bersama orangtua dan adik Rion.

"Pak beneran gapapa saya ikut ?" tanya Vale

"Iya,"

"Tapi kan ini acaranya pak Rion sama keluarga. Dan saya bukan bagian dari itu,"

"Iyaudah mulai sekarang kamu bagian dari keluarga saya,"

"Ihh saya serius pak,"

"Saya duarius Va,"

"Va ?"

"Kepanjangan kalau Valerie. Jadi saya panggil Va aja,"

"Terdengar aneh sih. Tapi yaudahlah terserah bapak,"

"Iyaudah ayo. Kasihan kalau mereka harus nunggu kita," ajak Rion

"Saya beneran harus ikut pak ?" tanya Vale

"Iya Va,"

"Beneran pak ?"

"Astaga Valerie! Kamu mau jalan sendiri apa perlu saya gendong ?"

"Eh jalan pak," ucap Vale kemudian dengan segera ia mengambil tasnya dan mengikuti Rion.

Mereka berjalan menuju mobil Rion.
Tanpa menunggu lama lagi, Rion langsung menjalankan mobilnya menuju restoran milik maminya.

30 menit kemudian mereka tiba di restoran. Setelah memarkirkan mobilnya, Rion dan Vale masuk kedalam.

"Rion.. Vale," panggil mami Acha

 Vale," panggil mami Acha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang