21. Firasat Buruk

2.3K 144 0
                                    

"abaikan rasa sakit itu atau jika tidak kamu tidak akan pernah merasa bahagia"

~Ali Bin Abi Thalib~


***********************************

Beberapa bulan kemudian...

Saat ini arkhan dan lubna berada di aceh, setelah lama mereka menetap di jakarta. Umi nya arkhan menyuruh arkhan untuk sementara waktu cuti dari pekerjaannya untuk pulang ke aceh karena ia sangat rindu dengan lubna.

Masa masa pernikahan lubna dan arkhan berjalan dengan baik tanpa ada cekcok rumah tangga didalamnya. Mereka saling melaksanakan hak dan kewajiban mereka sebagai suami istri.

Allah SWT berfirman "dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara makhruf. Akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya."

Yah seperti itulah lubna dan arkhan menjalani binah rumah tangganya dimana iatri mendapat hak perlindungan dan perlakuan baik dari suaminya serta istri yang wajib berlaku taat kepada suaminya seperti yang diajarkan dalam agama islam.

Itulah indah nya penikahan yang dilandasi oleh ilmu agama.

"alhamdulillah makanan sudah jadi" ucap lubna menatap ke arah meja makan yang sudah terdapat beberapa makanan untuk sarapan mereka.
Memang di rumah arkhan dan lubna tidak terdapat asisten rumah tangga karena kemauan lubna.

Lubna sendiri ingin menjadi istri seutuhnya yang melayani suaminya, salah satunya menyiapkan sarapan seperti sekarang.

Beberapa menit kemudian, arkhan turun dengan memakai baju kaos putih dan eci di kepalanya yang menambah kadar ketampannya.

"harum sekali baunya" ucap arkhan sambil menggeser kursi untuk didudukinya.

Lubna pun juga ikut duduk didepan suaminya dan dengan telaten menyendokkan makanan ke piring arkhan.

"ini enak sekali, terima kasih" ucap arkhan ketika menyendokkan makanannya ke mulutnya.

"sama sama mas" ucap lubna tersenyum "ohiya mas, nanti lubna izin yah mau ke pasar soalnya bahan-bahan makanan lagi kurang" sambung lubna.

"yasudah mas antar"

Lubna menggelengkan kepalanya "mas lupa? Hari ini mas kan harus ke pesantren lihatin anak-anak"

"Astagfirullah aladzim mas lupa, yasudah nanti mas telpon pak supri buat ngantar kamu". Pak supri adalah sopir pribadi uminya arkhan

"gak us-"

"ini perintah suami lubna, jangan membantah!" tegas arkhan yang membuat lubna hanya bisa menganggukkan kepalanya.

***

Saat ini lubna sudah berada di pasar. Pak supri yang mengantar nya menunggu di mobil. Itupun karena paksaan lubna yang agak kurang enak jika pak supri terus mengikutinya.

Ia memilih dengan cermat bahan-bahan makanan yang dibutuhkannya lalu dimasukkannya ke keranjang.
Sesekali ia mengeluarkan kembali bahan makanan itu karena dianggapnya tidak terlalu dibutuhkan. Karena ia tidak ingin mubadzir apabila membeli makanan terlalu banyak dan ujung-ujungnya akan dibuang karena basi.

Setelah selesai berbelanja dan membayarnya lubna kemudian menelpon pak supri untuk mengantar belanjaannya ke mobil.

Selama menunggu, ia sedari tadi memerhatikan sekitarnya yang terdapat banyak orang yang menunggu sepertinya. Ketika suatu subjek membuat matanya fokus ke arah itu.

Menanti Takdir (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang