16. Rapuh

2.7K 183 0
                                    

"kamu mau beli ini juga lubna?"

"gak usah tante, mas arkhan gak makan brokoli" ucap lubna.

Saat ini lubna dan tante wahyuni sedang berada di pasar, lubna mengajak tantenya untuk belanja keperluan memasak.

Baru dua hari yang lalu, arkhan memutuskan untuk membeli sebuah apartement di jakarta. Pasalnya mereka sudah 2 minggu berada di jakarta.

Arkhan tidak ingin selama di jakarta, ia dan lubna terus-terusan tinggal di hotel walaupun awalnya lubna menolak dan mengatakan lebih baik mereka tinggal di rumah tantenya namun arkhan berkata bahwa ia tidak enak jika harus merepotkan om dan tantenya lubna. Dan berakhirlah arkhan membeli apartemen dekat lokasi syutingnya.

"jadi kamu sama suami mu itu berencana untuk menetap disini?"
Lubna tetap sibuk memilih bahan makanan yang akan di belinya namun ia juga tetap mendengar pertanyaan tantenya itu.

"lubna sama mas arkhan tetap pulang kok ke aceh kalau kerjaannya mas arkhan udah selesai. Tapi katanya dia akan sering disini daripada di rumah makanya dia beli apartement"

"baguslah setidaknya suamimu itu juga pasti mikirin kenyaman kamu, kalau tante sih disuruh nginap di hotel terus mending yah pulang" ucap tante wahyuni.

Lubna hanya menanggapinya dengan senyuman, ia memang memaklumi sifat tantenya ini yang kadang tingkat kecerewetannya tinggi. Tapi ia sangat nyaman jika bersama tantenya.

***

"gimana tadi belanjanya? Maaf yah mas gak bisa temenin kamu" ucap arkhan.

Saat ini mereka sedang menikmati makan malamnya, walaupun isi apartement mereka belum lengkap karena baru di pindahi dua hari yang lalu tetapi meja makan, tempat tidur,sofa dan benda benda besar lainnya sudah dipersiapkan arkhan jauh jauh hari. Tinggal keperluan tambahan mereka yang perlu dilengkapi.

"gak papa kok mas, kan ada tante wahyuni" ucap lubna tersenyum ke arah suaminya.

Arkhan yang melihat itu tertegun dengan senyuman indah istrinya, sudah sebulan ia menikah dengan lubna, namun ia belum paham dengan perasaannya ini. Apakah ia mulai mencintai lubna?

"mas... Mas" ucap lubna sambil menggoyang goyangkan tangannya di wajah arkhan.

Arkhan yang tersadar pun lalu menatap lubna.

"mas kok ngelamun?"

"ahh.. Lebih baik kita lanjutkan makan" ucap arkhan yang langsung menyuapkan makanan ke mulutnya.

Lubna hanya mengangguk walaupun ia ingin bertanya namun ia urungkan.

***

Selesai mencuci piring, lubna kemudian menghampiri arkhan yang saat ini tengah membaca buku agama.

Lubna membuatkan arkhan susu karena kebiasaan arkhan kalau malam harus minum susu.

"makasih yah" ucap arkhan lalu lanjut membaca lagi.

Disituasi seperti ini lubna canggung, ia tidak tahu harus berkata apa lalu ia memutuskan untuk ikut duduk di samping arkhan.

Lama lubna berdiam dengan arkhan yang sibuk dengan urusannya akhirnya lubna mengeluarkan suara.

"mas udah dapat kabar kak syifa?" tanya lubna gugup. Seketika arkhan menutup bacaannya lalu menoleh menghadap lubna disampingnya.

"mas tidak bisa menghubunginya, maupun ustad. Tidak ada yang aktif" jawab arkhan tetap memandangi lubna.

Lubna ingin menanyakan lagi namun ia takut, dan jadilah mereka bertatapan tanpa ada yang berniat memutuskannya.

"ada hal yang ingin kamu tanyakan lubna?" tanya arkhan serius tetap menatap lubna.

Lubna hanya diam, ia tidak tahu apakah tepat untuk menanyakannya sekarang atau tidak.

"katakanlah, aku akan menjawab"
Lubna menggigit bibir bawahnya tanda ia gugup namun akhirnya ia bertanya "apa mas masih mencintai kak syifa?"

Dan....

"iya" dan jawaban arkhan membuat air mata lubna langsung menetes, ia sudah mengira jawaban arkhan ini dan sudah mempersiapkan dirinya namun entah kenapa tetap saja air matanya tidak bisa ia tahan.

Arkhan tidak tahu harus berbuat apa sekarang, melihat lubna yang meneteskan air matanya di hadapannya membuat dadanya terasa sakit. Ia seperti merasakan kesakitan yang dirasakan lubna. Apalagi ia tidak menyukai jika lubna saat ini menangis karenanya.

Namun lidah arkhan juga terasa keluh untuk sekedar menenangkan atau menjelaskannya kepada lubna. Ia tidak siap dengan pertanyaan lubna tadi, ia tidak menyangka jika lubna akan menanyakan hal itu yang otomatis membuatnya langsung mengatakan iya. Sungguh ini diluar dugaannya.

Lubna menghela napas dalam dalam lalu menghembuskannya. Kemudian ia menghapus air matanya namun tetap tersenyum yang membuat arkhan lagi lagi merasa bersalah.

"maafkan aku mas, seharusnya aku sudah tahu jawabanmu" ucap lubna sambil tetap tersenyum yang siapun melihatnya akan merasa bahwa itu senyuman tanda rapuh. "yasudah aku ke kamar dulu" ucap lubna langsung meninggalkan arkhan yang tetap memandangnya kosong.

Lubna masuk ke kamarnya yang memang terpisah lagi dengan arkhan, selepas pintu ditutup bersamaan pula deras air matanya jatuh membasahi wajahnya.

Ia sungguh rapuh mendengar satu kata itu. Seharusnya ia tidak usah bertanya yang ia sendiri sudah tahu jawabannya. "kuatkanlah hamba ya Allah"

Arkhan yang berada di balik pintu kamar lubna hanya dia memandang pintunya, ia ingin mengetok namun mendengar isakan didalamnya membuat ia mengurungkan niatnya. Sungguh ia suami yang berdosa membiarkan istrinya menangis karenanya.

"maafkanlah hamba ya allah, yang tidak bisa menjaga air mata istrinya." ucap arkhan

***

Alhamdulillah💕

Menanti Takdir (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang